PART 3

101 23 7
                                    

Adelia Pov

Di sini aku sekarang, berdiri di samping gerbang sekolah untuk menunggu Pak Kadi menjemputku. Aku telah berpisah dengan teman-temanku, karena memang tujuan kami berbeda.

Sekitar sepuluh menit aku menunggu, tapi tetap saja belum ada tanda-tanda akan dijemput. Apa mungkin Pak Kadi lupa? Atau beliau ketiduran?

Hufftt! Aku menghela nafas. Kuputuskan untuk memesan taxi online, rumahku memang cukup jauh dari sekolah, dan meskipun aku ingin berjalan kaki, hal itu pasti akan sangat melelahkan.

Entah bagaimana dengan takdir, aku pikir hari ini sangat sial. Tadi aku terlambat masuk kelas, sekarang pun hampir 5 taxi pesananku di cancel. Lalu sekarang aku harus bagaimana?

Baiklah, aku memilih berjalan kaki. Aku tersenyum ramah pada Satpam sekolahku, kemudian melangkah menjauh untuk pulang. Beliau sempat menahanku karena tidak tega jika gadis sepertiku pulang sendirian, tapi aku mengatakan jika aku akan baik-baik saja.

Di perjalanan udara sore menyambutku, tidak terlalu panas, juga tidak terlalu gelap. Yang aku harapkan aku tidak sampai rumah pada malam hari.

Ketika aku melewati pasar tak sengaja pandanganku menangkap Edwin sedang membeli sesuatu di sana. Entah dorongan dari mana aku berputar arah menujunya.

"Edwin!"

Aku tersenyum ke arahnya, tapi aku menangkap aura tidak bersahabat darinya. Sampai sekarang aku berfikir, kenapa sepertinya laki-laki itu tidak pernah menyukaiku.

"Mau aku bantu?" Tawarku.

"Tidak, aku bisa melakukannya sendiri." Balasnya terdengar sinis?

Aku diam saja setelah itu. Aku perhatikan dia sebentar, sebelum melangkah menjauh tanpa suara. Aku sadar dia tidak mengharapkan kehadiran seorang Adelia.

•••

Edwin Pov

Bulan telah digantikan matahari, kegelapan telah tergantikan cahaya, dan rumah telah tergantikan dengan sekolah.

Seperi biasa aku berjalan dengan sebuah buku di tanganku. Fokusku pun telah terbagi, ke arah buku dan ke jalan. Namun, pagi itu ketika aku hampir melewati mading sekolah, aku lihat ada beberapa murid berdiri di depan sana. Sepertinya ada pengumuman terbaru.

Tentu aku penasaran, kedua kakiku pun aku langkahkan ke sana. Menyerobot sedikit antrian dengan wajah tak berdosa, lalu membaca dengan seksama brosur kuning yang tertempel di balik kaca.

Olimpiade Matematika antar SMA se-Kabupaten resmi dibuka. Silahkan untuk para murid Alebrata Senior Highschool yang berminat mengikuti segera daftarkan diri ke Pak Rendra selaku pembina.

Aku menyunggingkan senyum tipis. Kemudian berlalu menuju ke kelas. Tentang olimpiade itu pasti aku akan mengikutinya. Karena jika absen, beasiswaku berkemungkinan dicabut. Dan aku tidak bisa membiarkannya.

Setelah sampai di kelas, aku lihat Fahri sudah sampai duluan. Tumben sekali temanku itu datang terlebih dahulu dariku.

"Ed! Tumben telat." Ekspresi mengejek dia tunjukkan kepadaku.

"Kamu yang tumben datang sepagi ini." Jawabku tidak terima.

"Haha, aku ada keperluan sebagai ketua kelas."

Aku diam saja, karena jika menyangkut tugasnya itu aku tidak bisa mengelak lagi.

"Eh, kau tau tentang olimpiade matematika itu?"

Kegelapan Dalam Cahaya[TAMAT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora