Project X

71 4 0
                                    

"SIALAN KAMU!" seorang laki-laki dengan dandanan yang tidak cukup rapi dan memiliki bekas luka di wajahnya mengumpat tajam. Dia adalah Gilang. Kata-kata yang sedari tadi begitu lama ditahannya akhirnya dapat terucap dengan kurang menyenangkan. Emosinya mulai memuncak setelah mendengar janji-janji kampanye dari si kepala botak yang berdiri dengan sombong di atas panggung. "PERGILAH KE NERAKA, KAMU SETAN!" katanya lagi.

Seorang laki-laki yang hadir di tengah keramaian kampanye terselubung itu tersenyum setelah sedikit terkejut melihat aksi Gilang yang sangat mencengangkan. Seakan-akan berkata 'aku sependapat dengan perkataannya'. Sementara itu, seorang laki-laki lain yang bermata sipit dan bertubuh tinggi mengamati Gilang dengan kebingungan. Dia berdecak kagum atas semua tindakan nekat Gilang. Sepertinya, sejak tadi dia pun begitu ingin meneriakkan kata-kata yang sama, tetapi begitu banyaknya pertimbangan yang ada mengurungkan niatnya untuk bertindak tanpa pikir panjang. Laki-laki sipit yang memiliki panggilan Coen itu adalah salah seorang detektif yang ditugaskan untuk menyamar demi mengumpulkan beberapa informasi. Tindakan Gilang seakan-akan mengingatkan terhadap apa yang pernah dikatakan oleh pimpinannya. Bahwa akan ada hal mengejutkan yang menantinya ditengah penyelidikan. Jika saat itu datang, dia hanya perlu mengamati karena itu adalah bagian paling menarik dari tugasnya ini. Tampaknya, Coen yang semula tidak mengerti kini dapat melihat bukti dari perkataan pemimpinnya tempo hari. "Menarik," ujarnya sambil tersenyum kecil.

"Sialan kamu. Busuk!" umpat Gilang yang seakan-akan tidak pernah lelah untuk melakukannya. Loka dan Val terlihat begitu terkejut hingga tidak dapat berkata apa pun. Dias berusaha menenangkan dan menarik-narik lengan Gilang untuk menghentikannya. Napas Gilang masih terlihat memburu, seirama dengan desas-desus dari orang-orang yang menyaksikan aksi frontalnya. Gilang yang menyadari bahwa teman-temannya terlihat mulai khawatir, perlahan mulai mencoba untuk meredam emosinya.

Laki-laki botak calon legislatif bernama Bambang Haryanto itu tampak terheran-heran dengan perkataan Gilang yang dilontarkan untuknya. "Maaf, kalian ini siapa, ya?" tanyanya sambil tetap menjaga wibawanya di hadapan banyak orang.

"Kami sudah tahu keburukanmu, semua yang kamu lakukan hanyalah pencitraan dan kamu benar-benar penjahat tulen!" emosi Gilang kembali meledak. Namun, kali ini disusul dengan emosi Bambang yang tampaknya turut terpancing oleh perkataan Gilang.

"Hah? Hei! Kamu tidak usah berteriak-teriak tidak jelas seperti itu, atas dasar apa kamu menuduhkannya kepada saya?" ujar Bambang dengan sedikit berteriak. Sesekali matanya melirik ke arah walikota yang tampak terdiam kebingungan.

Dias yang sadar bahwa emosi Gilang sudah tidak bisa diredakan, segera mengambil tindakan. Ditariknya tangan Gilang untuk mundur ke tempat Loka dan Val, sementara Dias kini mengambil alih keadaan. Dengan penuh keraguan, akhirnya dia mulai memberanikan diri untuk bicara, "Apa Anda ingat kasus kebakaran yang terjadi tepat pada awal tahun ini? Sebuah panti jompo habis terbakar, tidak ada yang tersisa. Semua orang menganggapnya hanya kebakaran biasa, tetapi kami yakin kebakaran itu didalangi seseorang yang kini sudah tidak bisa lagi lari ke mana-mana." Dias mengeluarkan sebuah potongan koran dari dalam saku celananya dan memperlihatkan isinya. "Joko Sucipto. Bukankah dia berasal dari partai yang sama dengan Anda? Dialah orang yang membakar panti jompo itu dengan tujuan membangun sebuah pusat perbelanjaan. Rencana yang begitu keji!"

"Loh, pelakunya sudah tertangkap, bukan? Jangan bilang kalian menuduh saya hanya karena Joko tergabung dalam partai yang sama dengan saya. Jangan pernah menuduh tanpa alasan!" Bambang memotong perkataan Dias.

"Maaf, tetapi kami tidak menuduh Anda tanpa alasan. Kami curiga bahwa Anda adalah dalang dari kejadian tersebut. Andalah yang merancang sebuah rencana agar Joko melakukan tindakan kriminal itu. Meskipun sebenarnya, dia tidak sadar bahwa sebenarnya Anda mendukung perbuatan keji itu hanya untuk memasukkan kepentingan pribadi Anda. Nyatanya, nama Anda tertera sebagai orang yang akan melaksanakan proyek pembangunan pusat perbelanjaan yang diinginkan Joko. Selain itu, sehari setelah panti tersebut habis terbakar, Anda dengan cepat atau bahkan dengan sangat cepat memberikan sebuah bangunan lain sebagai gantinya. Anda bisa saja berkata bahwa itu adalah tindakan atas dasar kepedulian atau sejenisnya, tetapi respon Anda terhadap kejadian itu terlalu cepat. Bahkan, untuk menyiapkan sebuah bangunan pengganti, Anda butuh waktu setidaknya seminggu. Satu-satunya hal yang memungkinkan bagi kami adalah Anda ikut campur dalam usaha pembakaran panti. Jika ditanyakan motif, bukankah sudah jelas karena Anda ingin menarik perhatian masyarakat dengan mengangkat nama Anda yang tahun tahun ini menjadi salah satu kandidat calon legislatif." Dias menghela napas lega setelah puas mengeluarkan pendapatnya.

Project X: The New Beginning of Net Detective IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang