32. Diamnya Aril

239 12 0
                                    

Gue tau gue salah, tapi seenggaknya elo bisa dengerin penjelasan gue dulu sebelum elo nyimpulin semuanya sendiri.-Ninik Nuraida

.
.
.
.

Happy Reading^^

Ninik diam, Aril diam. Keduanya tak ada yang ingin mengalah, ego mereka terlalu tinggi sehingga membangun sebuah dinding ego yang kapan saja bisa menghancurkan hubungan di antara keduanya karena tak ada yang ingin mengalah.

Semenjak kejadian kemarin, kini keduanya sama-sama diam. Tak ada yang berani memulai duluan, bahkan sekedar meminta maaf pun tak ada.

Aril yang beranggapan bahwa dirinya tak salah, juga Ninik yang sama beranggapan dirinya juga tak salah. Jadi keduanya tak ada yang ingin mengalah, keduanya sudah diselimuti oleh egonya yang mungkin tak akan pernah mencair jika mereka masih belum percaya satu sama lain.

Gina yang ikut turun tanganpun kewalahan menanganinya, masalahnya ini ego mereka yang terlalu tinggi. Dan mereka lebih mementingkan egonya juga harga dirinya tanpa mau ada yang mengalah di antara keduanya, dan itu membuat Gina lelah yang harus terus menasehati Ninik dan terjebak diantara keduanya.

******

Kini Ninik seperti mayat hidup, raganya ada tetapi jiwanya entah dimana. Itu membuat Rasya abangnya pun terheran-heran melihat adiknya itu lebih banyak diam tidak seperti biasanya yang selalu menjahili Aira ketika di rumah.

"Dek. Elo kenapa si?"

Suara Rasya yang menanyakan perihal dirinya membuat Ninik tersadar dari lamunannya.

"Hah? Hm. Nggak bang, nggak papa." Ucap Ninik masih setengah sadar.

Rasya mengehela nafas, sudah dua hari belakangan ini Ninik lebih banyak diam, dan selalu melamun tak fokus membuatnya khawatir. Bagaimanapun Rasya ini adalah anak laki-laki satu-satunya di keluarga ini, jadi dia sebagai abang harus sigap dan selalu menjaga keluarganya ketika Ayah pergi keluar kota, terutama menjaga adik-adiknya.

Ia memang sedikit protektif kalau sudah menyangkut kedua adiknya, bahkan terhadap Bundanya pun Rasya terlalu protektif apapun yang di lakukan oleh sang Bunda. Rasya hanya ingin keluarganya baik-baik saja, ia hanya ingin mereka bahagia sekalipun taruhannya nyawa.

"Lo ada masalah dek? Cerita aja sama abang." Ucap Rasya berusaha tenang, walau kini hatinya merasa bahwa Ninik tidak baik-baik saja.

Kini mereka sedang berada di balkon kamar Ninik, jarang-jarang Rasya mampir ke kamar Ninik. Jika ada waktu luang saja dan tak ada tugas kuliah ataupun ketika ia merasa penat, Rasya akan lari ke kamar Ninik dan mengeluh jika ia lelah ataupun bermanja-manja dengan Ninik.

Tak apa dia sudah dewasa tapi masih bermanja-manja dengan adiknya, toh nggak ada yang ngelarang. Ya itung-itung pengganti pacar lah karena dia belum mempunyai pacar dan tak memikirkan soal pacaran.

"Gue nggak papa bang. Cuma sedikit capek aja tadi pulang sore banget habis ngerjain tugas kelompok."

"Gue tau kok, elo ada masalah kan? Pasti sama Aril?"

Ninik hanya mendengus kesal, tak mengelak apa yang diucpkan oleh abangnya itu.

"Mau cerita ngga? Mumpung free nih gue. khususon buat jadi pendengar cerita seorang Ninik Nuraida."

Ninik bergidik ngeri mendengar ucapan abangnya yang dramatis itu, memang ya Rasya ini hanya penampilan luarnya saja yang kece keren abis, tapi dalemnya barbar. kapan si Ninik tidak ditempatkan oleh orang-orang yang barbar? Ngga dirumah ngga di sekolah sama-sama barbar semua orangnya, untung Ninik nggak heheh.

Terlanjur Sakit [ E N D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang