Menunggu #2

15.1K 713 5
                                    

Disa POV

Sesuai janji Fikri, malam ini dia akan mengajakku ke pesta temannya di sebuah cafe.

Awalnya aku ragu untuk kesana namun dia meyakinkan aku kalau pesta disana jauh dari kata maksiat. Ba'da Isya Fikri sudah ada di rumah dan terlihat sedang mengobrol ringan dengan abah.

"Kak Disa mau kemana?" tanya Bian, adik laki-laki ku.

"Mau jalan sama Fikri. Kenapa?"tanyaku balik sambil memakai flat shoes pink kesukaanku.

"Bian boleh ikut?" Aku melotot ke arahnya.Bukan aku marah tapi aku heran bocah SMP seperti dia apalagi seorang laki-laki masih saja nempel terus denganku.Padahal aku kira dia sudah memiliki perempuan yang dia sukai di sekolahnya.

"Kamu pergi saja sama pacarmu" kataku sebal.

"Bian nggak punya pacar Kak. Kata abah kan kita nggak boleh pacaran. Nikah dulu"

Sejenak aku berhenti. Pacaran? Ya betul tapi bagaimana bisa aku menolak pesona Fikri. Dia itu cinta pertamaku. Di lain pihak , aku nggak akan menyia-nyiakan kepercayaan abah sama umi padaku.

"Sudah lah. Aku mau berangkat. Sampai jumpa adikku tersayang" aku mengelus pelan pipinya dan Bian paling tidak suka di perlakukan seperti itu.

Aku heran dengan sikap abah tadi, beliau begitu ramah menerima Fikri. Biasanya kalau ada laki-laki yang berkunjung ke rumahku dan mengaku teman dekatku, abah akan langsung menginterogasinya habis-habisan. Tapi lain halnya dengan Fikri, sepertinya abah leluasa membiarkanku pergi berdua dengannya.

"Abah ngomong apa aja ke kamu?" tanyaku pelan. Sejak tadi kami berdua hanya diam dengan pikiran masing-masing. Seketika Fikri hanya menoleh ke arahku dan menggeleng.

"Kenapa memangnya kalau abah kamu ngomong sesuatu ke aku?" Tatapan Fikri masih tertuju ke depan. Aku menghela nafas.

"Nggak apa-apa tapi aneh aja biasanya abah nggak gampang ngasih izin aku untuk keluar rumah apalagi sama cowok"

Fikri tersenyum dan itu senyum yang paling manis yang aku lihat dari jarak dekat.

"Aku hanya bilang kalau aku teman kampus kamu. Itu saja karena aku tau gadis seperti mu tidak diperkenankan untuk berpacaran. Ya kan?" Aku tertunduk malu. Fikri memang benar tapi di sisi lain aku sedih dia tidak menganggapku.

Baiklah aku tidak akan mempersoalkan ini.

Akhirnya kami tiba di sebuah cafe di bilangan kotaku ini. Kafe yang sengaja di booking oleh teman Fikri ini ternyata lumayan luas. Di dalam sudah banyak tamu yang hadir. Aku agak malu untuk bisa masuk ke dalam kafe ini karena hampir semuanya perempuan-perempuan disana memakai dress yang bisa dibilang seksi.Lain halnya denganku. Seperti biasa dress panjang namun longgar serta make up tipis dan tatanan rambut yang hanya digerai.

"Hay Fikri, kok terlambat sih?" seorang gadis manis dress hitam dengan potongan berdada rendah menghampiri aku dan Fikri. Bahkan mencium pipi Fikri di depan mataku.

"Hey happy birthday darl. Sorry Bella sayang, tadi aku jemput Disa dulu.Kenalkan ini pacarku, Disa" aku tersenyum dan mengulurkan tangan ke arah gadis itu namun dia tidak menggubrisnya. Justru gadis bernama Bella itu memandang sinis ke arahku.

"Mari nikmati acaranya" kata Bella jutek. Fikri menggandeng tanganku dan menuju ke tempat acara berlangsung.

"Kamu mau minum?" tanya Fikri. Aku mengangguk. Sekarang aku duduk sendiri di pojok kafe dan mengamati sekitar.

"Hay Disa" sapa Bella. Dia duduk di hadapanku tanpa ku minta. Dia masih menatapku rendah dan sinis. Aku merasa di telanjangi oleh tatapan tidak sukanya itu.

Menunggu Where stories live. Discover now