Apa jadinya jika seorang pangeran mengemis cinta pada seorang rakyat jelata?
Jaehyun yang keras kepala, dingin dan arogan. Tak ada yang bisa membuatnya bertekuk lutut.
Tapi, bagaimana bisa ia bertekuk lutut pada seorang pria cantik yang baru ditemui...
Beberapa bulan pun berlalu. Jaehyun berdiri di depan cermin sembari membenahi Jas yang di pakainya. Ia terlihat sangat tampan dengan balutan Jas formal berwarna hitam itu.
"Akhirnya kau lulus juga." Ucap sang Ayah menatap anaknya dari depan pintu kamar. Jaehyun hanya tersenyum tipis dan meraih jam tangannya.
"Setelah lulus, kau tau semuanya tak akan sama kan?" Tanya sang Ayah lagi sembari berjalan mendekat.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Aku tau." Jawab Jaehyun dan berbalik menatap sang Ayah.
"Serahkan semuanya padaku. Aku tak akan mengecewakan." Ucap Jaehyun. Sang Ayah tersenyum dan memeluk anak tunggalnya itu.
"Baiklah, pergilah. Nanti Ayah dan Ibu akan menyusul." Ucap sang Ayah.
Jaehyun memarkirkan mobilnya dan masuk ke dalam rumah sederhana itu. Menatap Taeyong yang duduk diam di ruang tamu. Dandan kekasih cantiknya itu sangat sederhana, namun berhasil membuatnya jatuh cinta 'lagi' dan 'lagi'.
Jaehyun sengaja berjalan tak menimbulkan suara, mendekat pada Taeyong dan mencium kilat pipi mulus sang kekasih. Taeyong terperanjat kaget dan matanya membola. Jaehyun terkekeh melihat reaksi lucu Taeyong.
"K-kau mengejutkanku." Kesal Taeyong berusaha memukul Jaehyun tapi Jaehyun menghindar. Jaehyun meraih tangan Taeyong dan berjongkok di depan kekasihnya.
"Kau manis sekali hyung." Bisik Jaehyun dan mengecup tangan Taeyong.
"Hyung, kau sudah datang?"
Jaehyun menoleh pada Jeno dan tersenyum sambil mengangguk menatap calon adik iparnya itu.
"Selesai acaranya, kalian ikut denganku kesuatu tempat ya." Ucap Jaehyun, Jeno hanya mengangguk pelan.
Dan sampailah mereka bertiga ke acara kelulusan Jaehyun. Kini, bergantian Jeno yang menemani Taeyong duduk, sedangkan Jaehyun berada di atas panggung.
Bedanya, Jaehyun tak menerima sebagai Lulusan terbaik. Yah, apa yang di harapkan dari seorang murid brandal yang hobi berkelahi. Namun itu semua tak berpengaruh pada Jaehyun, karena bagaimanapun hasilnya, tetap saja ia pewaris tunggal dari perusahaan ayahnya.
Selesai menerima bunga dan ucapan selamat dari kepala sekolah, mereka pun mulai menikmati acara. Ada yang berfoto, berbincang pada teman dan orang tua, bahkan ada yang menangis karena merasa sedih.
"Hey." Jaehyun menoleh pada Myungsoo yang merangkulnya.
"Sejak kapan kita jadi sedekat ini?" Tanya Jaehyun sarkas.
"Entahlah, aku ingin berteman saja denganmu, calon Presdir." Ucap Myungsoo dengan kekehan kecilnya.
"Heuh, dasar sinting." Jaehyun menepis rangkulan Myungsoo dan berjalan mendekat pada Jeno dan kekasihnya.