Chapter 7

1.3K 176 29
                                    

~Keesokan harinya~

(Y/n) bangun kesiangan. Ia lupa bahwa tidak ada ibunya yang biasa meneriakinya di pagi hari. Gadis berambut cokelat itu buru-buru mandi, lalu memasukan buku ke ransel. "Tidak usah sarapan, deh," gumamnya saat mengingat masih ada sisa uang jajan di ransel.

Ia berlari turun dari tangga, memakai sepatu, lalu melesat keluar rumah. Di jalan, ia melihat Tokito kembar. Namun anehnya, mereka berjalan ke arah berlawanan dengan (y/n). Gadis itu pun mengerem kakinya tepat didepan Tokito kembar. Ia menatap mereka dengan ekspresi bertanya. "Selamat pagi, (y/n). Kami baru saja akan menjemputmu," sapa Yuichiro. "Ba-bagaimana kalian tau rumahku?"

"Hehehe... Kami kan melihat biodata mu saat hari pertama kau datang," jawab Yuichiro seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. (Y/n) menelengkan kepalanya, bingung namun tidak bertanya lebih jauh.
Mereka bertiga pun mulai berjalan dengan hening. Yuichiro sesekali melontarkan lelucon untuk meramaikan suasana.
Tapi, sepertinya tidak ada yang berhasil. (Y/n) diam saja, dan Muichiro juga ikutan diam. "Mereka kenapa, ya?" Batin Yuichiro, "bukankah kata Mui, ia ingin bertanya pada (y/n)?"

~Flashback semalam (Rumah Tokito kembar)~

Yuichiro masih memikirkan (y/n). "Kenapa jadi begitu, ya?"
Yuichiro sedang memasak makan malam dalam diam. Ia sibuk dengan pikirannya. Sementara itu, Muichiro ikut membantunya. Adiknya itu bingung kenapa kakaknya jadi pendiam. Biasanya Yuichiro lah yang cerewet.

"Kamu kenapa?"
Yuichiro menoleh, "a-ah, tidak apa-apa, kok," jawabnya tersenyum kecil. "Ayolah, tidak usah bohong, kak. Aku terlalu mengenalmu, kamu tidak bisa berbohong padaku,"
Kakaknya menghembuskan napas pelan. Ia pun terpaksa menceritakannya.

(A/N : Oh iya, orangtuanya Tokito kembar itu ceritanya lagi pergi kayak keluarganya Readers, yaa)

Setelah memasak, mereka makan dengan singkat. Muichiro tampak gelisah. Yuichiro jadi menyesal telah memberitahukannya. "Aku akan menelepon (y/n)-san," kata Muichiro, lalu pergi ke kamarnya. Yuichiro mengikutinya dan menunggu dengan sabar. Namun, mau berapa kali pun Muichiro menelepon, (y/n) tidak mengangkatnya.
"Sudahlah. Mungkin dia sudah tidur," hibur Yuichiro, "sebaiknya kau tidur saja. Kita bisa menanyakannya besok,"

"Baik, aku akan tanya. Dan ayo jemput dia besok," perintah Muichiro. Yuichiro mengangguk mantap. Untung mereka tahu alamat rumah (y/n). Yuichiro lalu mematikan lampu dan keluar dari kamar adiknya.

~Flashback off~

Mereka bertiga telah sampai di kelas tanpa menyadarinya. Muichiro sedari tadi memperhatikan (y/n) dengan khawatir. Yuichiro memberinya semangat sebelum berjalan ke kursinya.
"Aku penasaran.. kok dia sedih? Apakah gara-gara aku? La-lagian, kenapa aku sangat peduli padanya, sih?" Batin Muichiro.

Ia menoleh dan melihat (y/n) sedang telungkup di meja. Tidak bersemangat lagi seperti kemarin.
"(Y/n), kamu kenapa sih?" Tanya Muichiro berusaha terdengar biasa saja. Tapi nada bicaranya malah terkesan jutek bagi (y/n). Jadi  ketakutan dan memilih diam. "Aku ingin nangis saja sekarang. Kenapa Muichiro-san jadi jutek begitu padaku...?" Pikirnya.

Handphone yang berada di saku rok (y/n) berbunyi. Ia pun menyalakannya. Oh iya, sebenarnya (y/n) sudah tahu bahwa Muichiro berkali-kali meneleponnya (dilihat dari daftar Missed call yang menumpuk). Ia baru saja akan menanyakannya, tapi sudah takut duluan.

Mata (e/c) nya membulat. Ia mendapat pesan dari ibunya. Bunyinya begini :

"Kami akan memperpanjang liburan kami jadi seminggu, karena diberi waktu cuti lebih. Harap kau menjaga rumah dengan baik. Jangan merusak apapun. Jangan sentuh apapun kecuali barangmu. Tetap beli keperluanmu dengan uangmu,"

✔️ || Always With You [Muichiro X Reader] ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang