La Rèussite ㅡ 09

244 25 11
                                    

Di malam hari yang dingin ini adalah hari yang spesial, bukan buat aku. Karena bagi aku, semua hari itu sama aja enggak ada yang spesial atau apapun. Aku berada di kamar sedang streaming Treasure, Treasure bukan boyband tapi soon - mereka akan jadi boyband, dari YG Ent. Ah, kalian harus nonton mereka. Ganteng semua, apalagi Yedam dan Haruto, sayangku.

Jangan tanya fandom aku apa, AKU MULTIFANDOM. huft, kan aku capslock. Soalnya aku enggak bisa diam aja kalau ada yang ganteng, pingin aku miliki semua. Tapi rasanya, enggak sanggup. Dan dari tadi yang aku lakukan adalah --- bulak - balik nonton Going Crazy dengan versi yang berbeda.

"Shakilla, ayo makan malam." Kata Tarisa dari balik pintu kamarku, tanpa menjawab aku membuka pintu dan turun ke meja makan. Disana ada Papa, Mama, Tarisa, Caca, dan Icha.

Caca dan Icha, dia adik aku. Adik tiri. Aku duduk dekat dengan mereka, cukup jauh dari Papa. Iya, memang seharusnya begitu. Aku harus jauh dari Papa, sejauh mungkin.

"Teman kamu jadi kesini, Tarisa?" Aku melirik Papa dan Tarisa sebentar.

Aku menyibukkan diri dengan mengambil makan malam aku sendiri. Menu makan malam ini adalah Nasi Kuning. Seperti biasa, jika ada yang Ulang Tahun.. Mama selalu masak Nasi Kuning, bukan saat Ulang Tahun saja tapi pada hari perayaan apapun, maksudnya untuk merayakan sesuatu.

"Ah, kayaknya dia udah datang." Aku juga mendengar suara mobil yang datang dari arah depan rumahku. Sudah pasti itu teman Tarisa. Tapi aku penasaran siapa teman Tarisa? Teman dari Bandung?

"Mama, ini temanku." Aku melirik ke beelakang dan melihat Tarisa yang menggandeng tangan temannya. Itu ... Angkasa.

"Angkasa, ayo duduk." Aku hanya memperhatikan mereka, alias hey aku kaget banget. Aku tau mereka ada hubungan masa lalu, mungkin. Tapi yang ada di ekspetasi aku adalah teman teman Tarisa yang sekampung akan datang kesini, ternyata bukan. Yang datang adalah Angkasa Athawijaya.

Cowok yang sekarang aku sukai. Tepat duduk di depanku dengan senyum manisnya untuk Tarisa.

"Mama kira teman kamu dari Bandung, Tarisa. Ternyata Angkasa." Mama memulai basa-basi, ya biarin aja. "Kamu juga udah lama enggak kesini, Angkasa."

"Sibuk, Tante. Kegiatan sekolah,"

"Tapi kok aku liat, Shakilla enggak pernah sibuk kegiatan sekolah, sih ? Kamu bolos, ya ?"

Aku mendelik sebal pada Tarisa. Jelas aku enggak sesibuk Angkasa, karena aku tidak mengikuti ekstrakulikuler apapun di Sekolah. Berbeda dengan Angkasa, dia kapten basket dan juga dekat dengan anak OSIS. Dia sering mengerjakan kegiatan bersama dengan OSIS, JELAS DIA SIBUK.

"Kamu enggak bolos 'kan, Shakilla ?" Giliran Papa yang bertanya, dan Mama melirik aku. Ya, semua gara-gara Tarisa dan mulut lemesnya.

"Saya sibuk karena ikut beberapa ekstrakuliler di Sekolah, Om. Setau saya, Ansara enggak ikut ekstrakuliler apapun."

Aku menatap Angkasa, yang sedang menatap Papa. Kaget, dia menjawab pertanyaan Papa. "Kenapa kamu enggak ikut ekstrakulikuler ? Kamu sukaa Cheerleaders, 'kan ?"

"Malas,"

"Kenapa ?"

"Udah, Pa. Waktunya makan malam, ayo makan dulu."

...

Setelah selesai makan, Papa membawa kue ulang tahun Red Velvet, rasa kesukaan Tarisa. Yap aku tahu, karena saat sebelum ini semua terjadi, Papa dan Mama selalu merayakan ulang tahunku dan tarisa bersama, karena ulang tahun kita hanya beda lima hari. Dan setelah semua ini, aku selalu pergi dari rumah pada saat hari ulang tahunku dan tidak mau merayakan ulang tahunku bersama mereka.

Mau tidak mau aku harus berada disini, melihat Tarisa meniup lilin dengan angka dua puluh satu di atas kue. Menyebalkan.

Angkasa juga masih ada disini, dia bahkan disamping Tarisa terus menatap kakakku. Di tatap terus, mau aku congkel mata kamu, Angkasa. Enggak bosan apa, aku aja bosan liat Tarisa terus. Dan aku mendapatkan potonga kue terakhir dari Tarisa, enggak peduli mau pertama, kedua, atau ketiga aku tetap enggak akan memakan kue dari Tarisa.

"Kado buat kamu." Aku melirik Angkasa dan Tarisa. Ah, kadonya romantis banget. Kado warna merah dengan pita di atas warna silver, pasti di dalamnya juga sesuatu yang indah.

Stop hurting yourself, Shakilla. Kamu enggak bole lihat mereka terus.

"Dibuka nanti, ya." Aku hanya mendelik kearah mereka.

Tatapan aku dan Tarisa bertemu dan dia berkata, "Mana kado buat aku?"

Kurang ajar, bisa-bisanya dia bertanya seperti itu. Setiap dia ulang tahun juga aku enggak pernah kasih kado, sekarang malah bertanya tentang kado. Kebangetan.

"Aku. Aku adalah kado buat kamu." Aku tersenyum kepada Tarisa dan memakan kue darinya terpaksa, karena Angkasa menatapku. "Senang kan punya adik kayak aku?"

Tarisa berdiri dan menghampiri aku, "Senang banget, peluk." Dan dia memeluk aku.

Nyebelin banget.

Kalau enggak ada Angkasa, udah aku marahi.

...

TO BE CONTINUE

La RèussiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang