La Rèussite ㅡ 10

267 25 5
                                    

Pagi hari, aku sudah bersiap untuk berangkat sekolah. Hari ini, aku melewatkan sarapanku karena aku tidak mau berada dalam jarak yang sangat dekat dengan Papa. Sebisa mungkin akan aku usahakan tetap jauh darinya.

"Kakak, udah mau berangkat?" Aku melirik Icha, yang sudah cantik pagi ini.

Aku menutup pintu kamarku lalu menjawab pertanyaan Icha, "Iya, Icha. Kakak mau ke Sekolah, Icha kapan pulang?" Aku bertanya tentang kepulanganya, bukan karena aku ingin Icha dan Caca cepat pulang. Karena mereka juga sekolah, tidak mungkin bolos berhari-hari.

"Kata Papa Icha pulangnya lusa, Kak." Kata Icha.

Aku mendekati Icha dan merapikan bedaknya yang acak-acakan. Pasti yang bedakin Caca, rada-rada anak satu itu. "Icha mautidur sama kakak nanti malam, boleh?"

"Boleh, kok. Nanti Icha ke kamar kakak aja, ya." Aku menggandeng Icha dan mengantarnya ke meja makan. Disana sudah ada Mama, Papa, dan Tarisa. "Kak Caca mana?"

"Kak Caca, lagi mandi. Tadi kak Caca mandiin aku dulu,"

Aku mendudukan Icha disalah satu bangku meja makan, dan mengecup kepalanya pelan. "Aku berangkat," Pamitku pada Mama dan Papa

"Shakilla, kamu enggak sarapan dulu?"

Pake ditanya, heran. "Enggak."

Aku langsung ke Garasi dan memanasi mobilku, tapi aku merasa ada yang aneh dengan bannya. Aku berkeliling dan benar, salah satunya kempes. Sial, kenapa harus pagi gini. Aku bisa telat ke Sekolah. Ban cadanganku juga tidak ada. Aku mematikan mobilku, dan mencari taksi di depan rumah. Semoga ada yang lewat.

Baru aku berdiri beberapa detik untuk menunggu taksi, sebuah motor ninja hitam berhenti di depanku. Pengendara itu membuka helmnya dan, "Ansara?"

"Angkasa, ngapain ke rumah gue?" Tanyaku pada Angkasa. Apa ini ada hubungannya dengan ban mobilku yang kempes? Angkasa disini mau jemput gue? Ah, mungkin aja.

"Ada urusan sama Tarisa." Bedebah, aku udah geer ternyata ada urusan sama Tarisa.

"Oh."

Angkasa menatapku, aku juga menatapnya. "Kenapa belum berangkat?"

"Ban mobil gue kempes, gue lagi nunggu taksi."

Angkasa masih menatapku, "Berangkat bareng, mau?"

Aku terdiam sesaat. Ini.. Angkasa ngajakin aku berangkat bareng? Aduh senang banget, pake di tanya lagi. Ya aku udah jelas aku mau berangkat bareng.

"Mau." Jawabku dengan lantang.

"Pake helm, ya. Gue enggak bawa helm dua." Aku mengangguk dan segera masuk kedalam rumah. Angkasa juga ikut kedalam rumah, karena dia ada urusan dengan Tarisa.

Aku menunggu Angkasa di depan, tak lama dia muncul. "Pake jaket, Ansara. Rok lo pendek,"

"Gue enggak ada jaket."

Angkasa membuka sweater berwarna abu-abu yang ia pakai, dan memberikannya padaku. "Tutupin paha lo nanti," Aku mengambil sweater abu-abu itu dan menutupi pahaku begitu aku naik keboncengan.

...

Angkasa memarkirkan motornya di tempat yang kosong, di parkiran sekolah. Aku turun dari boncengannya dengan memegang bahu Angkasa.

"Makasih tumpangannya,"

"Sama-sama."

"Cie Shakilla dianter Angkasa, udah pdkt, ya?" Aku mendelik mendengar suara Putra.

"Berisik." Aku melihat Putra dan teman-teman satu gengnya pergi meninggalkan aku dan Angkasa, saat Angkasa menyuruh mereka melalui tatapannya.

"Angkasa,"

"Apa?"

Aku mengambil sesuatu di dalam tasku dan memberikannya pada Angkasa, "Hoodie lo. Makasih, ya." Angkasa mengambil Hoodienya dan aku bergerutu padanya, "Lain kali jangan pinjemin gue hoodie dari Tarisa, gue enggak mau."

"Kenapa?"

"Gue enggak suka pake barang lo dari Tarisa."

Angkasa terkekeh, "Sweater yang lo pake, itu dari Tarisa."

Aku menganga dan menatap Angkasa, yang bener aja. Semua dari Tarisa.

Aku segera membuka sweaternya dan memberikannya pada Angkasa, "Gue enggak mau pake Hoodie dari Tarisa, Angkasa." Aku menatap Angkasa sebal, "Apa semua Hoodie lo dari Tarisa? Lo enggak bisa beli sendiri?"

"Hadiah."

"Apa lo enggak bosan dapat hadiah Hoodie terus."

"Kesukaan gue," Angkasa menunjuk sweater abu, "Kesukaan Tarisa," Tunjuknya lagi pada Hoodie merah.

"Besok lo beli hoodie, jangan semua yang dari Tarisa lo pake."

"Kenapa?"

"Gue enggak suka liatnya,"

"Kenapa, enggak suka?"

"Gue enggak suka hoodie lo dari Tarisa, apapun barang lo dari Tarisa. Gue enggak suka."

"Apa yang lo suka?"

"Lo."

Aku jawab spontan. Serius, kelepasan. Menatap kearah lain, enggak berani menatap Angkasa. Malu.

"Angkasa ta-tadi gue, ke-keceplosan,"

"Pulang bareng gue."

Aku menatap Angkasa. dia mengajakku pulang bersama, "Oke,"

...

TO BE CONTINUE

La RèussiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang