02

2.4K 156 53
                                    

Cover aku ganti lagi ya.... bagus yang kemarin atau yg baru?

Ohya maaf malem2 updatenya...
Baru selesai ketik...
Besok lagi ya...

Happy reading..
Tupo koreksi....

😊😊😊😊😊

Ruang dominan warna putih di penuhi suara isak tangis bercampur cerocosan seorang gadis sejak tadi. Sampai-sampai si pasien dan pria paruh baya yang ada disana merasa pusing mendengarnya.

"Huhuhu kakak lama banget sih bangunnya Nay takut banget kak."

"Mana yang sakit kak."

"Nay panggil dokter lagi ya. Periksa lagi. Siapa tahu ada luka lainnya."

"Kakak tuh juga jangan sok jagoan deh."

"Kalau kakak kenapa-kenapa gimana. Nay nggak mau kak."

"Astaga Nay. Bisa diam tidak. Kepala kakak sakit lagi Nay." Keluh lelaki di atas brankar dengan raut lelah dan kerutan dalam di dahinya.

Gadis yang di panggil Nay itu langsung menekuk wajahnya cemberut, ia bangkit dari duduknya dan berjalan menjauh tanpa menoleh lagi, hal itu membuat sang kakak menatap bingung kearah punggung sang adik yang menghilang.

"Nayla."

"Sudah Arkan. Biar nanti Papa yang bujuk adik kamu. Dia hanya khawatir saja sama kamu. Ohya Nak. Keadaan kamu gimana. Masih ada yang sakit." Arkan lelaki yang baru tadi pagi sadar dari masa kritisnya itu menggeleng pelan.

"Tidak Pa." Matanya terus menatap kearah pintu dengan mimik penuh harap, membuat pria paruh baya itu menghela napas berat.

"Nunggu siapa? Clarissa?" Arkan mengalihkan wajahnya menatap sang ayah sejenak kemudian menggeleng kepala ragu.

"Tidak Pa." Elaknya, mengalihkan tatapannya pada selimut rumah sakit.

"Papa tahu kamu ada rasa sama Clarissa kan."

Deg.

Arkan tergelak. Ia mendongak cepat.

"Pa--."

"Papa tidak marah Nak. Hanya saja kamu sekarang ini masih sah sebagai suami Sherin Arkan. Papa hanya tidak mau nanti pandangan orang-orang jadi jelek terhadap Nak Clarissa. Papa lihat dia perempuan yang baik. Mirip seperti almarhumah Mama mu." Papar Josh lembut ia mengulas senyum tipis mengingat wajah mendiang istrinya.

Arkan tertegun. Ucapan Josh seakan menamparnya dan mengingatkannya bahwa dirinya masih berstatus suami orang.

Hening setelahnya. Baik ayah dan anak itu saling terjebak dalam pikiran mereka masing-masing. Josh lalu memandang putranya dengan iba.

Semua salah Papa Nak. Maafkan Papa. Batinnya.

Josh masih menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang terjadi pada kehidupan putranya. Seandainya Josh tidak menikahkan Arkan dengan Sherin demi membantu keuangan keluarga mereka. Pasti putranya masih bisa menikmati masa mudanya. Dan Josh yakin mungkin putra sekarang sudah hidup bahagia. Tapi, karena keegoisannya semua menjadi berantakkan dan kacau. Walau Arkan tidak lagi mengungkit tetap saja dalam hati Josh masih ada rasa mengganjal. Ia ingin melihat putranya hidup bahagia. Apalagi sekarang Arkan sudah memiliki seorang anak, Raka cucunya. Josh yakin anak itu pasti bisa membawa kebahagiaan untuk putranya.

"Arkan Papa nanti mau ke ruang rawat Mama. Tidak apa-apa kan Papa tinggal sebentar. Nayla juga pasti pergi kesana." Seru Josh memecah keheningan.

"Ah. Iya Pa." Arkan mengangguk mengerti.

CLARISSA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang