09

938 75 26
                                    

Maaf ya.
Baru up lagi...
Buat yang belum selesai baca Clarissa pertama boleh loh lanjut mampir ke dreame cari aja akun aku.

Ka_mella
Atau cari judul Clarissa....

Happy reading...
Typo koreksi...

____

Setelah mendengar penjelasan dokter semalam Clarissa tidak bisa tidur nyenyak sehingga menimbulkan kantung hitam di bawah lingkaran matanya. Sejak kemarin pun ia tidak sendirian di kamar inap putranya, karena ada Arkan yang setia menemaninya meski lelaki itu harus terjaga beberapa kali ketika dirinya tersentak dalam tidurnya. Sekarang lelaki itu sedang keluar untuk membeli sarapan. Clarissa menatap lekat wajah damai putranya yang masih tertidur lelap. Ia mengenggam jemari mungil putranya dengan dengan wajah sendu.

"Raka kapan mau bangun Nak. Bunda kangen."

"Bunda janji akan lakuin apa aja yang Raka minta. Tapi Bunda mohon kamu bangun ya Nak. Raka bilang kangen sama Ayah kan. Disini ada Ayah. Ayah nungguin kamu Nak. Bangun ya."

Wanita cantik itu terus bermonolog, memanggil putranya berharap Raka segera membuka matanya. Dokter bilang ini hanya efek obat dan Raka pasti akan bangun. Clarissa hanya tidak sabar, ia sudah sangat merindukan putranya. Ia juga merasa bersalah pada Raka atas apa yang menimpanya kini.

Ceklek.

Suara pintu kamar inap terbuka dari luar terdengar, Clarissa menoleh menatap Arkan yang baru kembali dengan kantung kresek berwarna putih di tangannya. Pakaiannya masih sama seperti semalam. Lelaki itu berjalan ke arah meja nakas lalu meletakkan kantung berisi dua buah styrofoam tersebut.

"Makan dulu ya Rissa." Clarissa menggeleng tidak nafsu. Ia tidak selera makan sebelum melihat putranya membuka mata dan memanggil namanya.

Helaan napas berat terdengar, "Rissa. Kamu harus makan. Aku nggak mau kamu ikut sakit juga. Kalau kamu sakit siapa nanti yang jagain Raka. Dia pasti mau terus sama kamu."

"..." wanita itu tampak terdiam lama.

Pandangan anak adam dan hawa itu terfokus pada sosok bocah laki-laki yang masih betah tidur meski mentari pagi sudah muncul sejak tadi.

"Aku merasa bersalah sama Raka kak. Aku merasa nggak bisa jaga Raka dengan benar. Aku merasa gagal jadi ibunya. Seharusnya aku bisa lebih memperhatikannya. Tapi yang aku lakukan justru--" ucapnya bergetar.

"Kamu nggak salah apa-apa Rissa. Ini semua musibah dan teguran. Aku yakin putra kita pasti kuat. Dia kan jagoan. Pasti nanti Raka kembali sehat dan ceria. Aku yakin." Balas tegas lelaki itu, Clarissa mendongak. Pandangan keduanya bertemu. Clarissa terenyuh menatap manik hangat yang lelaki itu tunjukkan untuknya.

"Aku--." Bibirnya tercekat.

"Bun-nda." Refleks dua orang dewasa itu menoleh, menatap lega dan haru ketika melihat mata bulat hitam legam itu terbuka menatap mereka.

"Raka." Panggil keduanya serentak.

Anak laki-laki di atas brankar mengerjap beberapa kali saat melihat sosok selain ibunya. Mata bocah itu tiba-tiba berkaca-kaca, membuat kedua orang tuanya beringsut mendekat dengan wajah khawatir.

"Sayang. Ada apa Nak. Ada yang sakit. Bilang sama Bunda Nak. Mana yang sakit."

"A-ayah." Cicit anak itu menekuk bibirnya kebawah ingin menangis.

Clarissa menoleh ke samping, melihat Arkan yang juga sudah berkaca-kaca memandang putra mereka.

"Hei jagoan Ayah." Sapa lelaki itu bernada sedikit bergetar. Ia sangat merindukan putranya. Rindu putranya memanggil dirinya Ayah. Seperti sekarang.

CLARISSA 2Where stories live. Discover now