7. Hari Pertama Sebagai Istri

3.6K 199 4
                                    

__________

__________

Adil sampai di depan rumahnya, setelah berjalan santai menggunakan sepeda gunungnya berkeliling kompleks untuk olahraga. Sudah rutinitas seorang Aidil mahasiswa kedokteran yang selalu menjaga kesehatannya dengan bersepeda setiap pagi. Biasanya setelah solat subuh dia melakukan kebiasaan ini bersama Andika, tapi mau tidak mau mulai saat ini dia sendirian.

Adil memarkirkan sepedanya di sudut bagasi rumah, tepat di sebelah mobil milik Aidil. Kemudian mampir dulu untuk memberi makan Lulu, kucing anggora kesayangan Aidil. Lalu masuk ke dalam rumah untuk membersihkan diri dan bersiap untuk mata kuliahnya pagi ini.

"Assalamualaikum," ucap Aidil saat masuk ke dalam rumah.

"Waalaikumsalam," jawab Zahra. Suara Zahra terdengar dari arah dapur. Aidil penasaran kemudian berjalan menuju sumber suara. Benar, Zahra sedang berada di dapur, mengotak atik dapur, sepertinya dia sedang memasak sesuatu.

"Kamu ngapain?" tanya Aidil, mendekati Zahra.

"Lagi masak," jawab Zahra sambil memotong wortel. "Mas mau buat teh atau kopi?" tanya Zahra.

"Mas?" tanya Aidil kemudian bibirnya melengkung membuat sebuah senyuman di wajahnya.

"Lho, memangnya salah ya?" tanya Zahra Kuikuk, menghentikan aktifitasnya memotong sayuran.

"Enggak, aku suka kok kamu manggil Mas. Cute aja," puji Aidil.

"Jadi, mau kopi apa teh? Perlahan lahan ajarin aku buat tau kebiasaan kamu ya, Mas."

Aidil menganggu sambil tersenyum. "Aku enggak ngopi dan gak ngeteh, biasanya aku minum susu tiap pagi."

"Oh susu, tapi aku enggak ada beli susu kemarin. Maaf ya, nanti aku beli susu di warung deket kompleks deh."

"Yaudah enggak apa apa, gak minum susu juga gak bakalan mati kan."

"Hust, gak boleh ngomong gitu," Zahra menempelkan jari telunjuknya di bibir Aidil. Aidil memegang pergelangan tangan Zahra dan menjauhkan tangannya dari wajah Aidil.

"Iya sayang, maaf."

"Iih, udah sana mandi, Bauk tau."

"Bauk gini kamu nempel juga, kan aku ganteng."

"Udah sana," Zahra mendorong pundak suaminya pelan, wajahnya selalu saja memerah dan detak jantungnya tak stabil, setiap Aidil menggobal.

Zahra heran, percaya diri suaminya itu benar benar tinggi. Zahra kembali melanjutkan kegiatan memasaknya, meski tidak selalu memasak di rumah namun Zahra cukup mahir dalam memasak dan sudah di akui oleh semua sahabatnya.

Zahra memotong wortelnya bulat bulat, kemudian memotong kentang yang bulat menjadi persegi. Tak lupa Zahra juga memotong daun bawang dan daun sup untuk mempersedap masakannya.

Setelah ayam yang Zahra rebus matang, Zahra memasukkan osengan bawang merah dan bawang putih ke dalamnya, kemudian memasukkan sayuran dan memberinya bumbu. Dan jadilah sup ayam ala Zahrana, istri pertama untuk Aidil dan insya Allah selamanya.

Zahra memasukkannya ke dalam mangkuk kaca, dan menyidangkannya di atas meja makan. Kemudian menuangkan air ke dalam teko dan menghidangkannya di atas meja. Pekerjaan memasaknya selesai kemudian berpindah ke kamar mandi, lebih tepatnya ke bagian cuci mencuci baju.

Tulang rusuk dokter Aidil (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang