19. Anggota baru

2.3K 135 0
                                    

_________

Terkadang sesuatu datang memang selalu tepat pada waktunya. Tak lambat dan tak pula cepat.

_________

Setelah berbelanja beberapa jenis makanan, Aidil dan Zahra kembali melaju dengan mobilnya menuju kediaman Bahtiar dan Andika. Zahra terlihat tak sabar, karena senang ingin bertemu dengan Andika dan meledeknya tentang Naya.

Tadi Aidil sudah menelpon Andika, memberi tahu kalau mereka akan makan malam di sana. Kebetulan asisten rumah tangga cukup sigap, dan menyiapkan beberapa makana juga menambah nambah makanan yang di bawa oleh kakak iparnya.

Di perjalanan Zahra mengstel lagu Afgan dan ikut bernyanyi seiring berjalannya lagu.

"Ku menatap dalam gelap, tiada yang aku lihat, selain hanya namamu ya Allah," Zahra asik nyanyi dan Aidil fokus menatap jalanan.

Aidil menoleh sejenak kepada Zahra, kemudian tersenyum melihat tingkah konyol istrinya. Terkadang Zahra memang berubah namun sewaktu waktu Zahra bisa terlihat begitu menggemaskan.

Selang beberapa menit perjalanan mereka sampai di depan rumah besar dengan lantai dua dan kolam renang yang cukup luas. Zahra tersenyum senang dan berkata kepada Aidil. "Kapan kapan aku pengen deh berenang di rumah Papa."

"Kenapa? Kok tumben?"

"Emangnya kenapa? Akukan gak pernah berenang."

"İya iya, kapan kapan. Yaudah ayo turun," ajak Aidil.

Tiba tiba Zahra mencengkram tangan Aidil kuat. "Kok kepala aku makin pusing ya?" tanya Zahra yang pemandangannya mulai kabur. "Tadi enggak gini banget."

"Mabuk mobil mungkin, karena tadi kamu nyanyi terus. Jadi pusing."

"Mungkin," ujar Zahra.

Tok tok...!! Andika mengetuk kaca mobil sebelah Zahra. Kemudian tersenyum ke arah kakak iparnya.

Zahra membuka kaca mobil dan membalas senyum Andika. "Hai adik."

"Ayo masuk kak, udah di tungguin Papa dari tadi," ujar Andika.

"İya iya," Zahra membuka pintu mobil dan keluar dari mobil, begitu juga dengan Aidil.

"Kak Zahra kenapa wajahnya pucet gitu? Sakit?" tanya Andika. Ya, mendadak wajah Zahra berubah menjadi pucat pasi.

"Pusing dikit, ini makanannya bawain ke dalem ya," pinta Zahra.

Andika mengambil makanan dari tangan Zahra, kemudian berjalan sejajar bersama Aidil dan mengobrol tentang kesehatan Papanya sedikit. Sedangkan Zahra mengikuti mereka dari belakang.

Tiba tiba kepala Zahra tak lagi bisa di kontrol rasa sakitnya, benar benar ingin pecah kepalanya. "Aidil, aku kok..." Bruk, tubuh Zahra ambruk begitu saja di atas lantai.

Aidil dan Adika panik dan langsung menghampiri Zahra. Kantong plastik yang di bawa Andika langsung di letakkan di atas meja tamu, dan fokus kepada Zahra.

"Zahra bangun, Zahra," Aidil memegang pipi Zahra mencoba membangunkan istirnya.

"Kak Zahra bangun, Kak," panggil Andika.

Tulang rusuk dokter Aidil (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang