[27]. Peran

1K 113 0
                                    

DUA PULUH TUJUH

***


TANGAN lentik itu meraba wajahnya secara perlahan. Pandangannya terus menatap ke arah cermin, memperhatikan setiap lekat tubuhnya yang sekarang.

"Melody emang cantik. Pantes aja Diego bisa jatuh cinta sama dia," gumam Xevanya dengan nada pelan.

Flashback on ...

"Gue mau nunjukin sesuatu sama lo."

Austin menarik tangan Melody hingga membuat gadis itu kembali berbalik. Dengan gerakan cepat, Austin langsung menempelkan telapak tangannya dijidat Melody hingga membuat gadis itu berakhir dengan pingsan.

"Kakak yang akan mengurusnya," ujar Austin disambut dengan anggukan dari Xevanya.

Xevanya berjalan, mendekati Melody yang sudah berada dalam pelukan Austin. Ia lalu meraih tangan Melody lalu mulai membacakan mantra.

Alhasil, tak lama kemudian wujudnya berubah menjadi Melody. Ya, Xevanya menggunakan kekuatannya untuk berubah. Ini memanglah rencananya. Xevanya dan Austin sengaja datang ke daratan untuk mencari Diego dan membawanya kembali ke lautan. Bagaimanapun caranya.

Sementara Austin mengurus Melody, Xevanya langsung menjalankan misinya sebagai Melody. Ia menemui Diego dan berperan sebagai Melody.

Flashback off ...

"Beruntung banget dia bisa dicintai sama orang kayak Diego," gumam Xevanya, mendudukkan tubuhnya di depan cermin.

Ia masih memakai wujud samarannya, yaitu sebagai Melody. Xevanya memang berubah wujud di depan dunia, tetapi ia tidak bisa mengelabui cermin. Di dalam cermin, masih nampak jelas wujud aslinya. Maka dari itu, Xevanya harus berhati-hati terhadap cermin agar Diego tidak mengetahui identitas aslinya.

Matanya kini melirik ke arah telapak tangannya. Kedua sudut bibirnya terangkat. Dirinya masih teringat jelas bagaimana Diego mengecup kedua tangannya itu dengan lembut. Selama ini, Diego tidak pernah memperlakukannya semanis itu. Ah, dengan begini, Xevanya jadi semakin nyaman berperan sebagai Melody palsu.

Cklek

Suara itu membuat Xevanya sontak melirik ke arah pintu. Ia cukup kaget ketika melihat Diego berdiri di sana dengan senyuman lebar. Sebelum memastikan Diego mendekat ke arahnya, Xevanya dengan cepat berjalan mendekati Diego--berusaha menghindari cermin.

"Lo gak kerja?" Pertanyaan Diego membuat kening Melody berkerut. Ah, apa yang harus ia katakan?

Diego terkekeh melihat respon Melody kali ini. Tangannya ia bawa untuk menarik pinggang Melody hingga membuat gadis itu refleks menahan dadanya. Sungguh, jauh di dalam sana, Xevanya tengah deg-degan luar biasa.

"Gak usah kerja, mending temenin gue di sini," goda Diego, mendekatkan wajahnya ke arah Melody--membuat gadis itu semakin gugup.

Melody mendorong tubuh Diego dengan pelan, seakan tak rela jika lelaki itu menjauh darinya. Tetapi bagaimanapun juga, ia sekarang tengah menjadi Melody. Ia harus bersikap cuek dan galak kepada Diego, seperti yang Melody lakukan biasanya.

"Gue ... gue lagi males kerja, jadi gue ngambil cuti," jawab Melody beralasan.

Kening Diego berkerut. "Tumben, biasanya lo semangat banget kalau soal kerja," tukas Diego, membuat Melody gelagapan.

Melody menggigit bibirnya. "Gue cuma gak lagi bersemangat aja, udah." Melody memalingkan wajahnya ke arah lain, takut jika Diego mengetahui kebohongannya.

MELODY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang