TAWO9A~Konflik 1

61 14 28
                                    

"Hidup adalah sebuah pilihan. Namun, terkait masalah apa yang akan dihadapi, kita tidak pernah bisa memilih. Tugas kita hanya tegar, sabar dan tabah. Hadapi dan jalani, terima dengan lapang dada. Maka kelak, tinggal kebahagiaanlah yang menanti kita."

______________________________________________________

Rizky yang baru kembali dari kantor dengan kedua tangannya dipenuhi buku tulis—hasil dari mengumpulkan tugas kemarin, disambut pemandangan kurang mengenakan ketika memasuki kelas.

Kelas yang biasanya ricuh tiba-tiba senyap. Satu dua saling sinis dan melempar sindiran, yang lainnya memilih diam kebingungan. Rizky menghela nafas pelan. Baru juga satu bulan sekolah, sudah ada saja yang bertengkar. Sebagai KM tentu ia berkewajiban mendamaikan, namun apanya yang bisa didamaikan jika permasalahannya pun tak jelas adanya.

Rizky menatap ke arah Matteo—seksi keamanan. Yang ditatap mengangkat bahu, sama bingungnya.

Keduanya pun memilih duduk,  mengacuhkan untuk sementara karena pelajaran pertama akan segera dimulai.

🌸🌸🌸

Bel istirahat berbunyi nyaring, semuanya berdesakan tak sabaran keluar kelas, menyambut kantin— surga makanan.

"Aku pengen kita semua jauhin, Vina!"

Ilya dan Ananda saling tatap.

"Tapi kenapa?" tanya Ananda.

"Dia berubah, liat aja, ngomongnya makin kasar, udah berani pake liptin, banyak melanggar tata tertib," jelas Erlina.

Ilya menggaruk tekuknya. "Em ... Memangnya gak ada cara lain?"

"Niatku baik, Il, aku pengen dia sadar.  Ya, sahabat mana sih, yang dengan santai biarin temennya buat salah?"

Ilya bergumam pelan, melirik Ananda yang tersenyum canggung. Ananda sudah mengangguk meng-iyakan, menyisakan Ilya yang memilih diam, tak memberikan keputusan.

Di tempat lain, topik yang sama juga tengah diperbincangkan. Ini menjadi hot isue sampai beberapa hari ke depan.

"Mereka pada bertengkar, ya?" Rere memulai topik perbincangan. Mengambil duduk di sebelah Arlin.

"Mereka siapa?" tanya Annisa.

"Mereka berlima, Erlin, Maia, Naura, Pia sama Vina," jelas Rere.

Annisa hanya ber oh ria. Rere mendecak kesal, susah-susah menjelaskan hanya dibalas 'oh' saja.

"Mereka nyuruh kita buat jauhin Vina." Arlin ikut nimbruk.

"Kita sekolah baru berapa minggu, sih, kenapa udah dateng aja tuh, masalah?" Annisa mendecak kesal. Ia marah-marah sambil sibuk mengunyah cireng.

Yang lainnya mengangkat bahu, siapa pula yang menginginkan ini terjadi?

"Jadi sekarang apa?" Rani yang sejak tadi haya menyimak kini membuka suara.

"Ya, milih. Ikut jauhin Vina, atau tetap besikap biasa aja. Masing-masing punya konsekuensinya," terang Michelle. Yang lainnya mengangguk-angguk ada yang paham ada juga yang pura-pura paham.

Ini keputusan yang sukar dipilih. Jika mereka tetap bersikap biasa saja—tidak ikut menjauhi Vina maka mereka akan ikut dikucilkan. Maia dan kawan-kawan memang berpengaruh besar dalam kelas.

Namun, jika mereka ikut menjauhi Vina, bagaimana jika ada guru yang mengetahuinya, atau Vina mengadu pada anak kelas lain? Nama mereka akan ikut teseret dan permasalahannya semakin rumit.

"Kalau kamu, Ya, milih mana?" Ananda bertanya pendapat Ilya. Mereka berdua masih setia di dalam kelas.

"Aku gak ikut," jawab Ilya, singkat dan padat.

Ananda mengangguk, sudah ia duga. Ilya tipikal orang tidak suka diatur, akan berontak jika menurutnya itu salah dan tidak akan nemberatkan diri di satu pihak saja.

🌸🌸🌸

Hari pertama aksi jauh-jauhan dimulai. Semuanya kompak mengacuhkan Vina, menjaga jarak sejauh mungkin.

Tak ada yang dapat dilakukan Vina selain diam. Yang ia tahu dirinya tengah dijauhi seisi kelas. Padahal tidak semua orang di dalam kelas benar-benar menjauhinya. Ada yang terpaksa, ada yang hanya ikut-ikutan, ada yang tetap netral, ada juga yang sejak awal tidak peduli.

"Anak perempuan pada kenapa, sih?" tanya Daclan di sela-sela pergantian jam pelajaran.

"Kelas mendadak horor," tambah Ricky.

Rizky dan Matteo kompak mengedikkan bahu. Stay cool.

"Cewekkan emang gitu, kalo berantem yang maen mulut. Sekali berisik, ya, berisik bikin kuping budek. Sekalinya diem-dieman, ya, gini bikin bulu kuduk merinding." Reyyan yang menjawab. Disusul tawa pecah kelimanya.

"Ini bukan yang terakhir. Kedepannya masalah yang serupa bakal muncul, tapi ya, bentaran lagi juga pada akur," tukas Rizky. Ia mulai memasukan buku catatannya ke dalam tas di ganti dengan buku pelajaran yang baru.

Tapi sayangnya tak sepenuhnya ucapan Rizky itu benar. Masalah ini memang tak bertahan lama, namun belum juga menemukan titik terang masalah lainnya muncul secara bersamaan.

"Terus kita harus gimana?"

"Diemlah, itukan masalah mereka." Matteo menyisir rambutnya dengan sebelah tangan. "Ngapain juga kita ikut-ikutan?"

Yang lainnya mengangguk membenarkan. Perempuan adalah makluk penuh misteri. Sulit ditebak dan penuh teka-teki. Tak ada yang tahu betul apa yang mereka inginkan. Tak ada yang benar-benar paham mengenai perasaan perempuan. Jadi, untuk apa dipikiran. Buang-buang waktu saja.

___________________________________________________________

Cuap-cuap Author

Selamat malam semua, selamat berbuka puasa. Terimakasih sudah berkenan mampir, semoga berkenan juga meninggalakn jejak 🐾

Kali ini gak banyak yang mau disampaikan, Author cuma mau menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya buat kalian temen-teman sekelas yang mulai pakai wattpad. Berikut nama-namanya, kira-kira mejadi siapakan mereka ini? Ada yang bisa nebak gak? 🤣


Terimakasih untuk :

Fikrination
ResaResmawati
Airiin75

Semoga kalian betah ya, dan yang lain kapan nyusul, hufth-

Mungkin segitu aja basa basinya. Mohon maaf atas segala bentuk kesalahan dalam kepenulisannya.

Sekian dan terimaaa?? Terima kamu jadi imamku aja deh, wkwk

The Amazing World Of 9A Where stories live. Discover now