.: sembilan belas :.

1.8K 209 8
                                    

Happy Reading!!!^^




Ara sekarang duduk di halte bus dekat sekolah, sendirian. Sambil menatap langit yang sudah menghitam. Ara menghembuskan napasnya kasar.

Setelah bicara empat mata dengan Taeyong tadi, Ara langsung berlari meninggalkan Taeyong yang diam mematung. Hhh.. kalau diingat lagi rasanya Ara mau menangis saja.

Air mata kembali lolos dari matanya. "Sialan. Lemah banget gue," suaranya bahkan masih terdengar serak karena terlalu lama menangis.

Sejak tadi banyak orang yang mengirim banyak pesan bahkan menelpon Ara. Tapi tidak ada yang digubris olehnya.

Drrtt drrtt drrtt

Ara merogoh saku roknya karena ia merasakan aura tidak enak dari getaran ponselnya.

Mama is calling...

Benar saja, nama Mama terpampang di layar ponsel Ara. Ia tidak bisa menolak panggilan dari Mama. Bisa-bisa uang jajan nya dipotong kalau sampai tidak diangkat.

Ia menarik napas sebentar dan menetralkan hatinya.

"Halo?" Suaranya sudah tidak terdengar serak. Pintar sekali memanipulasi suara.

"Adek dimana? Udah malem kok belum pulang?" Nada bicara Mama terdengar khawatir dari sebrang sana. Ara menggigit bibir bawahnya pelan.

"A-ah Ara masih main di kafe sama Herin Khaila, Mah. Lagi ngerayain hasil ujian Ara."

"Maaf Mah gak ngabarin,"

Disebrang sana Mama diam sejenak. "Ya udah cepet pulang ya? Mama khawatir tau."

"Iya, Mah. Maaf," kemudian panggilan terputus. Ara kembali menghembuskan napasnya.

Gadis itu meremat kuat ponselnya dan mengadahkan kepalanya agar cairan bening itu tidak keluar lagi.

Dosa besar ia sudah berbohong pada Mama. Apalagi tadi dia menggunakan kedua sahabatnya sebagai alibi dalam kebohongannya. Makin numpuk lah dosanya.

Tidak papa, dosa demi kebaikan tidak dilarang bukan?

.::.

Sejak tadi Ara masih belum membuka suaranya. Bahkan sekarang keluarga Kim yang sedang makan malam untuk merayakan keberhasilan ujian semester Ara tahun ini, satu-satunya anak gadis Kim Suho itu masih menutup mulutnya rapat.

"Kok murung aja anak Papa? Gak seneng ya dapet nilai segitu?" Papa mencoba mengobrol dengan Ara.

"Seneng." Jawab Ara singkat.

Makin bingung kan mereka mau ngomong apa lagi kalau jawaban Ara saja begitu.

Tadi saat Ara baru datang, mereka cukup terkejut dengan wajah merah dan sembab anggota termuda keluarga Kim itu. Apalagi Mama.

Wanita Bae itu bahkan terus menghujami Ara dengan berbagai pertanyaan tapi tetap tidak ada respon dari anak gadisnya itu.

Dari tadi Mama, Papa, dan Winwin berusaha mengajak Ara bicara tapi si bungsu Kim itu selalu menjawab sekenanya seperti,

"Hm."

"Iya.

"Nggak."

"Biasa aja."

Semacam itu. Pokoknya tidak seperti Ara yang biasanya.

[✔]My Teacher My Boyfie | Lee TaeyongWhere stories live. Discover now