.: tiga puluh lima :.

1.7K 177 48
                                    

Happy Reading!!!^^











"Dokter, Ara mau kemo."

Bukan hanya Dokter Jeffrey, tapi semua yang ada di dalam ruang inap pun juga terkejut mendengar penuturan Ara yang tiba-tiba ini.

Setelah diyakinkan Khaila kemarin saat di taman, ditambah lagi Guanlin yang juga kemarin datang bersama Jisung di sebelahnya ─entah sejak kapan mereka saling kenal, akhirnya Ara membulatkan tekad nya untuk menjalani semua pengobatan.

Setelah dipikir lagi, benar kata dua teman nya itu. Ara tidak bisa terus-terusan begini, yang ada itu malah membuat orang lain semakin khawatir dengan kesehatan nya.

Untuk kali ini, Ara mencoba untuk melawan ego nya.

Mendengar itu Mama dan Papa langsung memeluk anak gadisnya itu dengan erat. Memejamkan matanya sambil terus bergumam terima kasih, terima kasih, dan terima kasih.

Di dekat sofa, ada Guanlin, Jeno, Taeyong, dan kedua sahabat Ara juga tersenyum bahagia mendengar ucapan Ara tadi.

"Syukurlah, saya akan atur jadwal untuk kemo kamu minggu depan." Kata Dokter Jeffrey sambil menepuk ujung kepala Ara.

Gadis itu mengembangkan senyuman tipis di bibir pucatnya, "terima kasih, dok."

Setelah itu Dokter Jeffrey meninggalkan ruang inap Ara bersama dua perawat yang selalu mengikutinya.

Kali ini gantian Winwin yang memeluk adik kesayangan nya itu sambil memejamkan mata dan tersenyum bahagia.

"Jangan nangis, kak." Kata Ara lalu menepuk pelan punggung si sulung Kim itu.

Winwin mengusap air matanya dengan ibu jari. "Nggak, gue gak nangis."

Kemudian netra Ara beralih menatap Khaila dan Guanlin bergantian. Bibir pucatnya kembali mengembangkan senyuman tipis.

"Makasih," katanya tanpa suara. Ditempatnya, mereka berdua hanya membalas dengan senyuman tulus.

Hari demi hari telah berlalu, kondisi Ara juga semakin membaik karena sudah mau makan dan kembali rajin meminum obatnya. Walaupun badan nya masih lemah, setidaknya kondisi Ara lebih baik dari sebelumnya.

Hari ini adalah hari yang paling mendebarkan di dalam hidup Ara. Bahkan lebih mendebarkan daripada saat ia menunggu nilai ujian semesternya.

"Dokter, sakit gak?" Tangannya sudah sedikit gemetar saat punggung tangan nya sudah tertancap selang infus yang akan menyalurkan cairan obat untuk kemoterapi.

Tangan satunya lagi juga dari tadi tidak bisa diam, jari-jari ramping nya terus memilin ujung selimut yang ia kenakan.

Mendengar itu Dokter Jeffrey hanya tersenyum tipis. Setelah selesai dengan berbagai kantong cairan yang berisi obat kemoterapi dan lain sebagainya, dokter itu menatap Ara.

"Nggak, dokter tau Ara pasti kuat." Tangannya terulur untuk mengelus ujung kepala salah satu pasien nya yang masih saja cantik dengan wajah super pucatnya itu.

"Nanti dokter kesini lagi," sedetik kemudian Dokter Jeffrey meninggalkan ruang inap Ara, setelah sebelumnya menepuk bahu Winwin dan Taeyong yang ada di dekat sofa.

Sejauh ini masih belum ada reaksi yang bekerja di tubuh Ara. Mungkin hanya sedikit sesak napas dan pusing saja setelah tadi menjalani kemoterapi pertama nya selama hampir 8 jam.

Kemo pertama.

Kemo kedua.

Semuanya sudah ia lalui. Efek samping yang kemoterapi berikan juga hampir semua sudah ia alami.

[✔]My Teacher My Boyfie | Lee TaeyongWhere stories live. Discover now