5. Berubah

409 62 9
                                    

"Duh.. Udah jam segini Varo belom nongol juga lagi. Gue gak bisa bohongin perasaan gue, gue khawatir Va." Batin Caca.

Tak lama kemudian seorang cewek berambut coklat sebahu datang dan menarik kursi untuk duduk di sebelah Caca.

"Lo lama banget sih Jeng. Ketiduran ya lo di toilet?" Tanya Caca pada cewek tersebut, yang merupakan sahabatnya. Dia duduk dibangku belakangnya Caca, sendirian. Walaupun begitu, kursi kosong sebelahnya selalu jadi rebutan para kaum adam.

"Abis ngabsen kuman kali ya?" Lanjut Sella ikut menimpali yang kemudian dibalas tawa oleh keduanya.

Ajeng. Rizkia Ajeng. Cewek tomboy berambut coklat sebahu, yang merupakan ketua basket putri di SMA Cempaka. Walaupun tomboy tapi paras cantiknya tidak tertutupi oleh penampilannya. Apalagi ia selalu menjadi incaran para kaum adam dikala ada pembagian tim basket dipelajaran olahraga.

"Enak aja lo kalo ngomong. Ngantri woy ngantri." sungut Ajeng. Ia sangat tak habis pikir dengan kedua sahabatnya itu. Kurang kerjaan sekali, jika ia benar-benar melakukannya.

Caca hanya tertawa melihat ekspresi wajah Ajeng yang kini sudah sangat kesal.

"Maaf ya, gue harus bohong dan nyembunyiin ini dari kalian berdua." Batin Ajeng.

🌻🌻🌻

Kringg..kringg

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Tapi sampai sekarang batang hidung Varo belum juga terlihat.

"Ca kuy balik." Ajak Ajeng dan Al yang berada di sebelahnya. Sella? Dia sudah duluan ngabret saat bel baru saja dibunyikan. Katanya sih buru-buru.

"Kalian duluan aja. Gue mau ada urusan dulu." Ucap Caca yang membuat kedua temannya melongo. Namun Al segera menyadarinya, sepertinya ia tau apa yang sedang menjadi urusan Caca.

Caca terpaksa berbohong pada kedua temannya itu. Karena Caca tidak ingin mereka tau kalo ia sebenarnya sangat khawatir dengan Varo yang tak tau dimana keberadaannya sekarang.

Gengsian lo Ca.

"So ada urusan lo."

"So sibuk lo." Ucap Ajeng dan Al hampir berbarengan, yang dilanjutkan tawa mereka.

"Yehh sialan. Giliran begini aja kompak. Udah sana kalian duluan aja. Gausa sok khawatir gitu dong. Gue kan jadi terhura."

"Najis lo." Ucap Ajeng jijik melihat sahabatnya berkata begitu. Padahal memang Ajeng khawatir dengan sahabatnnya itu, yang tidak biasanya seperti ini.

"Yauda kita duluan ya. Bye." Ucap keduanya sambil berlalu meninggalkan Caca dikelas sendirian.

Caca hanya melambaikan tangan pada kedua temannya yang sudah berlalu. Dan langsung mengambil ponselnya yang ada di tas. Kemudian mencari nama seseorang di layar ponselnya untuk ditelpon. Varo.

Namun di seberang sana yang terdengar hanya suara operator saja. Tidak ada jawaban.


"Gak aktif?" Batin Caca setelah mengetahui tidak ada balasan dari seberang sambungan telpon nya.

"Duhh kemana sih itu cowok." Gumamnya sambil mondar-mandir gak jelas.

"Lo nyariin gue?" Seorang cowok muncul dari ambang pintu.

"Varo lo kemana aja sih." Ucap Caca, refleks memeluk Varo.

"Anjir ngapain gue pake acara meluk dia segala sih. Mampus. Bego lo Ca. Bego." Gerutunya dalam hati.

Setelah menyadari kebodohannya Caca segera melepaskan pelukannya. "Main peluk-peluk aja lo. Cie udah mulai khawatir ya?" Goda Varo.

Bagaimana tidak? Dari pagi Varo tidak menampakan batang hidungnya, dan baru muncul ketika bel pulang sekolah berbunyi. Lalu untuk apa ia pergi ke sekolah, jika akhirnya bolos seharian seperti ini. Tak habis pikir.

"Dih pd banget lo." Ucap Caca sambil berlagak membersihkan bajunya.

"Dahlah gue mau cabut dulu. Bye."Baru saja Caca akan melangkahkan kakinya. Namun langkahnya tertahan oleh cekalan tangan Varo.

"Lo balik bareng gue aja?!" Perintah Varo sembari menarik tangan Caca keluar dari kelasnya.

"Lepasin. Gue bisa balik sen-."

"Udah lo gausah bawel. Ini udah sore. Biar gue yang anter lo. Lagian lo diem disini buat nungguin gue kan?" Potong Varo, masih tetap menggenggam tangan Caca dan langsung melanjutkan langkahnya menuju parkiran sekolah.

Kini Caca hanya bisa menurut saja. Tanpa berkomentar sedikit pun. Apalagi saat mendengar pertanyaan Varo yang memang benar kenyataannya begitu. Namun tetap saja, kini Caca merasa sangat malu.

"Nih cowok kesambet apaan dah. Tumben banget baek." Batin Caca sambil mengukir sedikit senyum dibibirnya.

🌻🌻🌻

Kini dikamarnya Caca sedang memeluk erat guling kesayangannya, sambil memasang senyumnya lebar.

Entahlah, semenjak kejadian tadi sore. Otak Caca mengalami kerusakan. Mungkin. hahaha. Padahal sebelumnya, memimpikan Varo saja rasanya seperti mimpi buruk, tapi kini rasanya lain.

"Arghhh, gila Varo kenapa jadi ganteng banget sihhh." Teriak Caca kemudian menenggelamkan wajahnya kedalam selimut.

Caca langsung membekap mulutnya dengan tangannya sendiri, setelah menyadari kata-kata yang diucapkannya barusan.

"Sialan. Mulut gue gada akhlak banget." Batin Caca.

"Adek gue kenapa tuh? Udah mulai stres kali ya." Gumam bang Iki yang tidak sengaja mendengar teriakan adiknya dari dalam kamar. Kini dia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

🌻🌻🌻

"Caca tadi tiba-tiba meluk gue kenapa ya? jadi seneng." Gumam seseorang yang kemudian dilanjutkan dengan tawa diakhir kalimatnya.

"Lah kok gue malah mikirin itu cewe sih?" Tanyanya pada diri sendiri.

Setelah mengingat sesuatu, Varo segera mengambil tas sekolahnya. Kemudian dia mengambil sebuah map dari dalam tasnya. Dan mengobrak-abriknya, hingga kamarnya berantakan penuh dengan lembaran kertas.

"Clara Natalia. Nah ketemu." Soraknya setelah menemukan apa yang dia cari.

Varo terus membaca dengan teliti selembar kertas tersebut. sebuah kertas photocopy akta kelahiran beserta kartu keluarga, dan ada beberapa foto juga. Milik Clara Natalia. Caca.

Deg.

"Jadi dugaan gue bener? Di.. dia- hiks.. hiks." Belum selesai menuntaskan kata-katanya, kini mata Varo sudah dibanjiri air mata.

🌻🌻🌻

~To Be Continue~

maap ya kalo ceritanya suka gaje, authornya masi abal-abal huhu :(

tetep jangan lupa buat Vote and Comment yaw♡

makasih banget buat yang udah mau mampir dilapak ini♡

see you next part♡

Friendzone? [H I A T U S]Where stories live. Discover now