20. Akang galon

223 20 6
                                    

Tanpa aba-aba Caca memeluk Varo, dengan sangat erat. "Gue rindu lo, Va," ucap Caca tepat saat pipi mulusnya mendarat didada bidang Varo.

"Sebagai sahabat," lanjutnya.

Rasanya seperti baru saja dibuat terbang kemudian dijatuhkan tanpa parasut, sakit.

Varo mencoba menenangkan Caca yang sepertinya sedang menangis dibalik dekapannya, padahal disisi lain, hatinyalah yang sebenarnya sedang terluka.

"Maafin gue, Ca," ucap Varo seraya mengusap air mata yang mengalir membasahi pipi Caca.

"Gue yang harusnya minta maaf sama lo. Gue jahat, gue gak pantes buat jadi--,"

"Ssstt...," Varo langsung memotong ucapan Caca, ia menutup rapat mulut Caca dengan jari telunjuknya. Ia sungguh tidak ingin mendengar perkataan itu dilontarkan lagi dari mulut mantan gebetannya itu, sudah cukup ia membuat Caca menangis seperti ini.

"Lo masih jadi yang terspesial di hati gue, Clarisa Natalia,"

Caca seketika mematung ditempat. Ada sedikit rasa kecewa dihatinya, bukan kepada Varo, tapi kepada dirinya sendiri.

"Sorry Va, hati gue emang kosong, tapi gue udah kunci rapat-rapat. Mungkin cuma dia yang bisa buka hati gue lagi," batin Caca.

Suasana menjadi sunyi seketika, tidak ada ruang kata diantara mereka hingga selang beberapa menit. Akhirnya Caca sendirilah yang angkat bicara. "Hmm Va, gue mau minjem kamera lo boleh?" tanya Caca, berusaha mengalihkan topik obrolan.

Varo terdiam ditempat, ia menyadari Caca sedang mengalihkan topik pembicaraannya, "mampus Va, lo salah ngomong tadi," rutuk Varo dalam hati.

"Nihh," Varo memberikan kamera dslr yang sedari tadi ia kalungkan dilehernya kepada Caca.

"Ayo Va," ajak Caca. Sedangkan yang diajak malah memasang tampang bingung. "Hah? Kemana?" tanya Varo.

"Udah jangan banyak nanya deh lo," Caca langsung menarik tangan Varo, menjauh dari Cafe. Sedangkan para sahabatnya sedari tadi sudah masuk lebih dahulu, meninggalkan Caca dan Varo.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 5 menit, mereka berdua akhirnya sampai, ternyata tempat yang Caca tunjukan tak lain adalah taman, yang kebetulan posisinya tidak jauh dari Cafe.

"Permisi kak," Caca menghampiri seorang lelaki yang tengah duduk dikursi taman.

"Saya?" tanya lelaki itu bingung.

"Iya kak, emm... saya mau minta tolong fotoin kita berdua, boleh?" pinta Caca.

Varo benar-benar shock, ia pikir Caca akan menyuruhnya sebagai fotografer, ternyata malah ia yang akan difoto berdua dengan Caca.

"Buruan Va, siput amat lo," perintah Caca. Varo hanya membalasnya dengan tatapan malas. Meski hatinya sedang berbunga-bunga ia harus tetap kelihatan cool dimata mantan gebetannya itu.

Cekrek

Cekrek

Cekrek

"Sekali lagi ya, kak," perintah Caca kemudian langsung dibalas dengan anggukan oleh lelaki tersebut.

"Satu ... dua ... tig--,"

Cekrek

Cekrek

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Friendzone? [H I A T U S]Where stories live. Discover now