13

236 50 7
                                    

Yoohyeon POV

Sudah sekitar dua bulan aku bersekolah di negara mungil ini. Luxembourg. Artinya aku sudah di Luxembourg sekitar 3 bulan.

Anehnya, selama itu aku belum mendapat teman. Aku tak terlalu kesepian karena ada Chris yang menjadi temanku. Selama dua bulan aku melihat hal yang.. seharusnya ditegur dan dihukum.

Tapi, guru-guru yang bahkan melihat kenakalan muridnya hanya diam saja. Padahal aku yakin kalau sekolah yang aku masuki adalah sekolah yang bagus, tapi.. ini diluar ekspektasiku.

”chris, apa kamu betah disini? Aku tidak. Disini banyak sekali pembullyan.”

”aku juga tak betah.”

“apa kita pindah sekolah?”

”luxembourg negara yang kecil, yoohyeon.”

”baiklah, tak apa. Ayo kita pindah sekolah. Tapi sebelum itu, ada yang harus aku lakukan.”

Aku langsung pergi meninggalkan Chris. Aku pergi ke perpustakaan dimana ada pembullyan disana.

”kumohon, jangan seperti ini.. (menggunakan bahasa Perancis)” untungnya aku sudah cukup belajar banyak bahasa Perancis dan Jerman.

”hei, kita hanya ingin melampiaskan amarah. Apa kamu tau betapa serunya ini?”

”kumohon jangan aku..”

”kenapa kalian membully nya? Apa aku boleh ikutan?” -yoohyeon.

”hei, anak baru. Kamu jangan ikut campur.”

”kenapa memangnya? Aku hanya ingin melampiaskan amarahku.”

”pergilah jika kamu tak ingin dilecehkan kami.”

”hmm, bagaimana yaa...”

Laki-laki yang membully perempuan itu menarik lenganku dan membuatku terpojok.

BRAKK

”kamu berani juga ternyata.”

Melihat keberaniannya membuatku geli. Aku hanya menyeringai. ”biar kuberi satu hal. Aku cukup pintar dalam bela diri loh.”

Aku memegang dahi orang itu dan menendang kepalanya hingga dia tersungkur. ”apa aku boleh melampiaskan amarahku pada kalian juga?” ujarku yang menatap teman² pembully itu dengan seringaian .

Mereka semua pun kabur beserta orang yang dibully. ”bilang terimakasih, kek. Ck!”
”selanjutnya, ada disana.” aku berjalan ke arah sudut perpustakaan dimana disana sangat sepi dan gelap.

Di perpustakaan itu memang ada ruangan khusus untuk belajar. Namun, bukannya untuk belajar mereka malah melakukan pembullyan.

Aku mengetuk kasar pintu itu lalu sembunyi.

”siapa?” suara perempuan.

”bukan siapa-siapa.” suara laki-laki.

Ternyata seorang perempuan juga membully.

Orang itu langsung menutup pintunya kembali. ”dasar menjijikan. Apa kalian tak tau kalau ruangan itu banyak setannya? Bahkan aku melihat iblis juga disana.”

”apa yang harus kulakukan, ini membuatku geli. Para guru juga tidak membantu. Mereka gil* semua ternyata.”

”aku tak bisa memberi mereka mimpi buruk. Mereka lebih dari 10 orang.”

Aku pun berlari ke tempat aku meninggalkan Chris. Aku menemukan Chris.

”chris, sepertinya kita harus pindah ke negara lain. Apa kamu tak keberatan?”

SCREAMWhere stories live. Discover now