daniel and jena

192 31 64
                                    


Tampaknya hari ini cuaca cepat berganti. Saat Jena datang ke sini tadi, matahari bersinar cerah dengan suhu yang sedikit naik dari hari sebelumnya. Hanya berselang beberapa jam, kini langit sudah menjadi mendung dan seolah akan turun hujan lebat di sertai badai.

Dari tempat ia berdiri sekarang, Jena bahkan tidak bisa merasakan udara dingin yang berhembus setelah Daniel kembali datang dengan membawa dua gelas plastik berisi kopi hangat.

Saat sampai di balkoni tadi, laki-laki itu sempat menawarkan Jena kopi setelah melihat cuaca di luar yang tiba-tiba menjadi dingin. Selain itu, ia menawarkan kopi tersebut hanya sebagai alibi agar ia bisa menenangkan diri sebentar sebelum Jena akan berceramah panjang berusaha membela Aza di depannya. Ia sudah memprediksi apa yang akan perempuan itu ucapkan.

Jena berdeham setelah meneguk satu tegukan kopi hangat miliknya. "So it's been two or three months since that moment."

"I know exactly where is this going and I don't wanna hear some defenses or some shit about her. I—"

"Are fucking crazy? What are you gonna do then if you don't wanna fix this?!" Jena jelas memotong laki-laki itu dengan nada kesal. Ia pikir Daniel akan bisa diajak berbicara dengan tenang lalu masalah akan perlahan selesai. "Are you just gonna keep running from this shit? What the heck?!"

"Jena, I am now just trying to understand—"

"Understand what? Just say you wanna get back with Cynthia and everything will be understood."

Daniel memutar bola matanya, ia juga sudah memastikan jika Jena akan membawa Cynthia dalam pembahasan kali ini. Tidak masalah sebenarnya karena cukup banyak teman-temannya yang berasumsi sama seperti Jena.

"Well your cousin seems happy with her ex and live life."

"You what? Daniel- I-" Jena tertawa.

"What? That's true, she said she never know him before, Nick or Austin or who the fuck her ex name is, she said that he is a nightmare but look ... they're getting back together."

"Oh shut up you stupid, it's so complicated to explain but it's for the management, you know how messed up Hollywood industry is."

"I know but they look like unbothered about that because they also wanna get back together."

"You dumbass stop telling me they're back together because they won't. Aza loves you and still, that's what am I trying to say. Why the heck you're blocking her on every social media?!"

Daniel terdiam sebentar memberi jeda pada adu mulut yang sedang terjadi. Ia takut menyampaikan sesuatu yang seharusnya tidak ia katakan. Matanya menyorot tajam manik hitam milik Jena lalu kembali bersuara setelah menghela napas.

"If she loved me, she shouldn't be lying to me the whole time. Like- it's not that hard to just tell me what's going on with her past. I won't care about that also."

"So you know—"

"Before that, let me tell you this. I know she met that guy at the skatepark after a long time. She said right into my face that the guy is a freaking stranger. She told me everything about her past and how she doesn't wanna to meet her ex anymore. She hated him so fucking much. But then what? ... After I found out that she was lying about this person that nearly becaome my friend, she got back together with him not long after that night."

"Oh so you're telling me that?" jawab Jena tidak kalah sangar. "How about you and Cynthia?"

Daniel seketika terkekeh, ia seketika terlihat lebih santai dari sebelumnya dengan kembali meneguk kopi yang sedari tadi ada di genggamannya.

"I told Aza everything about Cynthia, also about that I wanna become friend with her if Cynthia wanna. And Aza doesn't care about that because she won't tell me what should I do with my life."

Jena terdiam, posisinya sekarang sudah terperojok. Bagaimana pun caranya ia membela Aza di sini, ia tetap tidak akan menang karena Aza lah yang menjadi 'penjahat' dalam kasus ini.

"But please don't act like you never lie to Aza before. I know how many times you lied to her and she always forgave you."

Daniel kembali tertawa dalam posisi meremehkan kalimat Jena barusan. "I did lie to her because I don't wanna make her sad, I don't wanna her worried, I don't wanna her mad, everything is for her you know. Also, after that I always explain as soon as posible because I don't wanna messed thing up ... but what she did- she clearly doesn't want me to know about her past since the first place then she lied and everything screwed up."

Lelah meneruskan adu mulut ini, kini Jena menatap Daniel sendu namun tajam menuju pada pupil milik laki-laki itu. Daniel juga ikut terdiam setelahnya.

"Then ... don't you wanna forgive her? Don't you wanna talk about this with her? ... Don't you miss her?" Pertanyaan beruntun itu di sampaikan oleh Jena dengan tenang dan lembut. Jika ia terus mengeras pada Daniel, ia yakin yang ia dapatkan hanya luapan emosi dari laki-laki itu.

Diam kemudian menyelimuti keduanya. Daniel mengalihkan pandangannya pada pemandangan di bawah sana. Banyak orang-orang berlarian masuk ke dalam hotel setelah hujan mulai turun. Pikirannya seketika kacau mendengar pertanyaan dari Jena barusan.

Mungkin itu terdengar tidak sulit untuk di jawab dan ia bisa saja berbohong untuk pertanyaan terakhir. Tapi, sesuatu di dalam hatinya seperti terus berusaha memaksanya untuk jujur jika ia ingin menemui Aza sekarang. Ia rindu semua tentang perempuan itu. Mungkin jika ia bisa melihat Aza sekarang, ia akan melupakan kebohongan perempuan itu dan lebih memilih untuk memeluknya erat.

Tapi tentu pikirannya bertolak belakang dengan hatinya. Ia sudah cukup baik selama ini pada perempuan itu, menerima semua kekurangannya dan tidak akan pernah membiarkan perempuan itu terluka sedikit pun. Dan sekarang semua yang ia lakukan untuk Aza dibalas dengan kebohongan seperti ini? Ia akan percaya diri untuk bilang ke semua orang jika ia tidak pantas untuk ini.

"You miss her, don't you?" tanya Jena mengulang pertanyaannya.

Daniel kemudian kembali melirik pada Jena yang kembali menayakan hal yang sama. Daniel menggeleng. "I don't miss her."

Jena terkekeh remeh lalu memalingkan pandangannya. "See we did lie. Can't you just give her another chance?"

"Jena, I can't for now. I just wanna be alone."

Jena menghela napas, "Well if that's what you want, I can't say anything because it's your choice. But also you can't regret the next time you realize she isn't yours anymore."

Sebelum Jena pergi dari hadapan Daniel, perempuan itu seolah telah menusukkan pedang tajam tepat di dadanya dengan kata-kata yang ia gunakan barusan. Pikirannya kembali kacau. Daniel tiba-tiba menjadi takut dan hanya bisa menatap Jena yang perlahan menjauh dari hadapannya dengan wajah datar.

✿ ✿ ✿

𝒔𝒕𝒂𝒚 || 𝒅𝒋𝒔Where stories live. Discover now