XII # Elips Wan Parunga

74 29 0
                                    

Yuad akan menerima hukuman selanjutnya, yaitu dipenggal di depan seluruh mata rakyat Cala. Yuad menggertak. Ia difitnah oleh Gulie. Dan ia merasa, memang sudah tidak ada keadilan bagi negeri ini. Rakyat Cala mulai berkumpul. Ingin mengetahui siapa kali ini pembuat onar dan kejahatan apa yang telah dilakukan.

Dua donge menggiring Yuad yang ditutupi karung ke atas sebuah panggung papan dengan tangan terikat di belakang. Ia didudukkan di tengah-tengah panggung. Sebelum meninggalkan Yuad, salah seorang donge yang menggiringnya membukakan karung pada kepalanya. Semua mata terkejut. Para rakyat mulai berbisik-bisik. Setelah menyelesaikan tugasnya, dua donge itu kembali turun dari panggung dan berjaga di bawahnya.

"Pendosa kali ini bernama Yuad Gottan dengan dosanya menjadi kanibal yang memakan putri pertama kerajaan Cala Parunga, Putri agung Elips Wan Parunga," beritahu panglima satu dari deluring.

Seorang algojo--tukang penggal kepala--dengan pakaian anti-peluru mulai menaiki panggung dengan sebuah pedang di tangan kanannya. Yuad menggeleng hebat melihat kilatan pedang itu. Kemudian entah darimana, ia berani memunculkan sebuah tekad.

"BUKAN AKU YANG MEMAKAN PUTRI ELIPS. YA, AKU MEMAKAN MANUSIA, TETAPI AKU TIDAK MEMAKAN PUTRI ELIPS!" Yuad menangis.

"Jangan banyak bicara! Akui saja kesalahanmu," seru panglima dua yang berjaga di belakang Yuad.

Algojo semakin dekat, menyeret pedang tajam pada papan kayu. Langkah kaki dengan sepatunya memenuhi isi kepala Yuad. Wajahnya memucat. Algojo itu berdiri tepat di belakang Yuad. Yuad menangis. Di tengah tangisannya, ia melihat tiga temannya dan memanggil tanpa suara. Tetapi kemudian, tiga temannya berbalik badan meninggalkan tatapan sedih. Mereka tidak ingin menyaksikan kematian Yuad langsung di depan mata.

"Laksanakan!" perintah panglima satu.

Algojo segera mengangkat pedang tinggi dengan kedua tangan. Mengayunkannya mendekati leher segar Yuad. Dengan satu kali hempasan keras, algojo itu berhasil memuncratkan darah segar yang mengenai wajah serta pakaiannya. Kepalanya mengguling dengan mata terbuka dan mulut menganga. Tubuh tanpa kepala spontan ambruk menyisakan darah mengalir dengan daging merah pada lehernya.

Semua orang bertepuk tangan. Ratu Meisei melihat dari atas kerajaan. Kenapa semua orang gembira? Mungkinkah karena kasus pertama kanibal dan pelakunya mendapat hukuman setimpal? Ataukah ... mereka sudah tak memiliki hati.

Baginda Raja, kau sendiri yang menghapus peraturan hukum. Membuat rakyat menderita. Tetapi, pantaskah Yuad Gottan dihukum seperti ini? Bukankah peraturan hukum sudah tidak ada, Baginda? Lalu, kenapa engkau memberikan hukuman berat bagi Gulie padahal peraturan hukum itu hanya tinggal bayang, batin Ratu Meisei.

#####

Tiga teman Yuad tentu tidak terima, Yuad Gottan dituduh seperti itu. Kini, mereka bertekad untuk menemukan Elips dan memakan putri itu tepat di hadapan keluarga raja, agar mereka puas. Mereka tidak mementingkan apa hukuman yang mereka dapat. Mungkin, mereka bisa bunuh diri setelah memakan jasad Elips agar tidak merasakan sakit berkepanjangan sebelum tewas. Mereka bertiga adalah kumpulan orang-orang tidak waras yang direkrut Yuad untuk memangsa sebangsanya sendiri. Di sinilah, orang mulai gila berpikir dan anehnya, ada saja yang mempercayai.

Diam-diam, mereka bertiga mencari tahu informasi tentang perempuan yang tinggal di depan rumah Yuad. Banyak rakyat yang belum mengetahui identitas asli Elips. Tetapi, karena pemenggalan Yuad, mereka bertiga jadi mengerti maksudnya. Karena Yuad pun pernah bercerita tentang perempuan di depan rumahnya. Suatu ketika, salah seorang teman Yuad melihat Elips duduk di atas pohon jambu di kebun miliki orang. Ia sendirian. Ia takut kalau langsung menghampiri Elips, ia tidak bisa menangkap perempuan itu. Jadi, teman Yuad itu memutuskan untuk memanggil dua temannya yang lain.

Sekembalinya mereka, ternyata Elips masih duduk di sana, termenung. Teman-teman Yuad segera menghampirinya dengan masing-masing parang di tengan mereka. Mereka berdiri di bawah pohon dan berhasil membuat Elips membelalakkan matanya.

"A--apa-apaan ini?"

"Turunlah putri, aku mencium aroma lezat."

"Kemarilah, setelah adikmu menjadi santapan kami," lelaki itu terkekeh.

Elips merasa hatinya panas ketika mereka menyebut-nyebut Gulie. Ia tidak pernah menyangka bahwa Gulie telah tiada menjadi santapan mereka. Elips hampir menangis karena salah seorang dari mereka mulai memanjat pohon.

"Enyah kau, pergi dari sini! Kau bisa mendapat masalah besar!"

"Ya, aku tahu. Tetapi kami tidak takut kematian."

"Dasar kalian para kanibal!"

"Potong kakinya cepat!" teriak teman Yuad yang melihat teman lainnya sudah memanjat seperempat pohon jambu. Elips terus naik ke tempat lebih tinggi. Dan kemudian ketika ujung pohon telah sampai, Elips melompat dan secepatnya berlari menjauhi mereka. Tetapi naas, langkah kaki mereka lebih cepat dan mengurung Elips dalam lingkaran kanibal. Mereka bertiga tertawa-tawa melihat Elips ketakutan setengah mati.

"Hei, kalian! Menjauhlah dari perempuan itu." Seorang pria datang dan menendang satu per satu wajah tiga lelaki berparang itu.

Elips segera berlari menjauh dan bersembunyi di balik pohon. Tiga lelaki kanibal itu mendadak jadi brutal, dan melemparkan sebuah parang yang hampir mengiris jari tangan pria itu. Mau tak mau, pria itu memanah salah seorang di antara mereka dan menewaskannya seketika. Dua lelaki kanibal yang tersisa terkejut dan segera lari meninggalkan jasad temannya.

"Dasar orang-orang tidak tahu diri!" umpat si pria.

Setelah aman, Elips keluar dari balik pohon dan mengucapkan terima kasih banyak karena pria itu telah menyelamatkan nyawa satu-satunya.

"Kenapa kau berpergian sendiri? Kondisi Cala sedang tidak aman. Jangan berkeliaran begitu."

Elips mengangguk. "Aku hanya bersedih, adikku telah menjadi mangsa mereka."

Pria itu melongo. "Orang-orang sialan!" umpatnya lagi.

Elips menunduk sedih. "Sudahlah biarkan. Siapa yang bisa menjamin umur panjang di kondisi seperti ini."

Pria itu tidak menjawab seolah setuju tentang pernyataan Elips. Namun tak lama, ia angkat bicara.

"Aku Lamda. Engkau siapa?" Lamda mengulurkan tangannya pada Elips.

Elips tidak menjamah tapi menjawab, "Lily. Ya, panggil saja aku Lily."

Lamda tersenyum. "Baik, Lily. Mau aku antar kau pulang?"

Elips mengangkat kedua alisnya. "Kau siapa? Aku tak pernah melihatmu."

"Aku dari negeri seberang mengembara ke sini dua bulan yang lalu. Ayahku seorang panglima perang. Untuk itu, aku bisa memanah, menombak jarak jauh, melawan orang yang berbadan lebih besar dariku, berperang dengan menaiki kuda, dan semuanya. Aku bisa."

Elips mengangguk biasa saja, tidak tampak terkesan. Ia kemudian berjalan menjauh dari pria itu. Lamda menyusulnya dari belakang dan menjajarinya.

"Aku dengar, Putri Gulie Weslies telah kembali ke kerajaan dibawa oleh seorang yang telah dihukum mati."

Spontan, mata Elips membelalak hebat. Ia menghentikan langkah dan terpaku menatap Lamda.

"Hei? Ada apa?"

Elips masih bergeming.

"Kenapa kau sekaget itu?" Lamda menaikkan kedua alisnya.

"Ah," Elips tersadar, "syukurlah kalau begitu." Ia melangkah kembali. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa orang yang membawanya ke istana justru dihukum mati?"

"Karena orang itu kanibal yang terdakwa telah memakan Putri Elips Wan Parunga. Yah, ternyata masalah negeri ini serumit itu." Lamda menaikkan kedua bahunya.

"Kau ... tidak tahu siapa Putri Elips dan Putri Gulie?"

Lamda terkekeh, "Hei, ayolah. Aku siapa? Aku mungkin orang tidak jelas yang terdampar kemari. Aku pun belum melihat wajah raja dan ratu Cala."

#####

KANIBAL Where stories live. Discover now