Syirik & Riya'

19 0 0
                                    

“Meninggalkan amalan karena manusia termasuk riya’ dan beramal karena manusia termasuk syirik.”

Banyak orang yang merasa pintar, lalu dia mengatakan meninggalkan amalan perbuatan baik, karena takut riya' atau orang mengatakan orang lain beramal di perlihatkan di katakan riya', pamer,
orang itu lebih mudah berkomentar, dan mengomentari orang lain, kayak penonton sepak bola, ribut mengomentari pemain sepak bola profesional, meng goblok goblokkan pemain sepak bola profesional, karena tidak bisa memasukkan bola ke gawang.
Padahal kalau dia di suruh main bola sendiri baru lari 100 meter sudah nafasnya putus, yah orang itu lebih mudah berkomentar atau membuat cemoohan.
Banyak orang yang takut beramal, karena takut di anggap riak, beramal karena manusia, padahal itu dia telah terjatuh ke dalam kesyirikan, sudah tdk beramal, tdk melakukan amal, dan jatuh ke dalam kesyirikan, yaitu menyekutukan Allah dengan manusia sebagai tempat di takuti, takut kepada manusia, takut amalnya di ketahui manusia, maka itu sama saja menyandingkan manusia setarap dengan Allah dalam hal di takuti dalam beramal dan tdk beramal. Manusia di jadikan ukuran ketakutan melakukan dan tdk melakukan amal. Coba renungkan.

Sudah tdk beramal, tapi malah jatuh dalam penyekutuan Allah, di sekutukan dalam hal rasa takut di ketahui manusia maka tidak jadi beramal.

Melakukan amal di ketahui banyak orang itu lebih baik, daripada tidak beramal karena takut kalau beramal di ketahui manusia.
Dan menyembunyikan amal itu lebih baik daripada menunjukkan amal kepada banyak orang.

jika semua orang takut riak, sehingga  berusaha menyembunyikan amal, maka rasulullah saw tidak akan menyarankan sholat berjamaah, sebab jika seseorang sholat berjamaah itu makmum harus tau sholatnya imam, jika imamnya takut sholatnya di ketahui, lalu dia sholatnya kemulan sarung, dan mengunci di dalam kamar, bagaimana makmum akan mengikuti gerakan imam?

juga bagaimana seorang guru mengajarkan huruf dan ejaan kepada murid muridnya jika si guru menyembunyikan tulisannya karena takut riak, bagaimana murid bisa tau tulisan kalau tidak melihat tulisan gurunya?

jadi intinya orang yang tidak beramal karena takut riya, itu sebenarnya sudah jatuh ke dalam tipu daya iblis.
yang benar itu mau ada orang atau tidak ada orang, seseorang itu harus belajar ikhlas, ada orang dan tidak ada orang hati dalam beramal tidak berubah, amal yang di lakukan tidak berhenti.
ikhlas itu bisa menetap di hati orang harus di tanam dengan istiqomah, di sirami dengan kebiasaan, di rawat dari penyakit, ada penyakit dalam ikhlas itu wajar, sebagaimana tumbuhan di serang hama, sebagai petani keikhlasan maka karena serangan hama tak lantas berhenti menanam amal, amal tetap di tanam, dan pelan pelan hama tanaman di obati, nilai suatu amal itu kadang kala di ambil dari sejauh mana merawat tanaman amal, sampai di capai keikhlasan dan panen pahala di dapat itu karena sanggup melewati pancaroba berbagai macam hama tanaman yang mengganggu tanaman amal agar bisa bertahan sampai musim panen tiba.
dan menghalau hama tanaman amal itu ada pahala di dalamnya sendiri, dan pahala di dalamnya hanya Allah yang tau berapa banyak kadar dan ukurannya. Karena yang menguji mendatangkan hama itu Allah, untuk menguji hamba seberapa sabar merawat pohon amal sampai ke masa panen.
maka beramalah terus jangan menunggu ikhlas, ikhlas itu bagian ruh, sebagaimana sabar, ridho, tawakal, semua dalam dimensi ruh, tidak bisa di raba, di lihat bentuknya, dan tidak bisa di kecap rasanya, yang menaruh rasa sabar, rasa ikhlas, rasa ridho, itu semua Allah yang memberi, tugas kita beramal, dan selalu beramal.  tidak usah memikirkan ikhlas atau tidak ikhas.

Kyai Nur CahyaningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang