Chapter 36

3.4K 203 57
                                    

Ini fast update dan juga long chapter spesial untuk kalian. Semoga suka. Jangan lupa VOMMENTS sebelum membaca kalau kalian mau book ini cepet update.
Happy reading💕

***

Setelah usai mengantar seorang Dokter yang ia panggil untuk memeriksa sekaligus mengobati beberapa luka yang Elora alami, Edward kembali menuju kamarnya untuk melihat langsung bagaimana kondisi gadisnya saat ini. Untung Helena sudah beristirahat di dalam kamar ketika ia membawa Elora datang sehingga Edward tidak perlu susah payah menjelaskan hal yang bahkan ia tidak tahu bagaimana bisa menimpa Elora.

Bunyi decitan pintu membuat Elora yang semula memejamkan mata kembali membuka kelopak matanya. Bahkan di dalam kondisi memprihatinkan seperti ini Elora masih bisa tersenyum manis pada Edward seolah sedang tidak terjadi apapun padanya.

Edward menghampirinya. Kening Elora diperban pada bagian lukanya. Begitu pula dengan lutut dan juga sikunya. Sungguh Edward menyesali hal ini. Jika bisa diputar maka ia lebih memilih dirinyalah yang menggantikan posisi Elora.

"Apa yang kau rasakan, El?" Tanya Edward sambil duduk di tepi tempat tidur. Menggenggam tangan gadis itu kemudian mengecupnya. "Sudah lebih baik?"

"Aku hanya sedikit pusing, tapi Dokter tadi sudah menyuntikan obat pereda rasa nyeri untuku. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku baik-baik saja."

Edward membalasnya dengan anggukan kepala. Ia tidak ingin banyak berkomentar karena Elora masih tampak lemas. Sesungguhnya, Edward sangat ingin menyalahkan dirinya atas ini semua—seandainya dia tidak terlambat menjemput Elora, seandainya dia menghubungi Elora terlebih dahulu dan menanyakan dimana posisi gadis itu berada, mungkin semua ini tidak akan terjadi.

"Ed, aku tahu apa isi pikiranmu. Tolong, jangan menyalahkan dirimu sendiri. Ini musibah. Siapapun tidak bisa mencegahnya."

"Aku lalai." Edward menunduk sambil kembali mencium tangan Elora. Guratan di wajahnya penuh penyesalahn. "Maafkan aku. Tapi aku berjanji akan menemukan siapa pengemudi di dalam mobil itu."

"Itu sudah cukup. Terimakasih sudah peduli padaku. Dan terimakasih juga sudah mau mengontrol mood swingmu. Kau sudah banyak perkembangan."

Edward membalas dengan senyuman singkat kemudian menghusap rambut Elora sebelum memberi kecupan singkat di bibirnya. Gadis itu terlalu tegar dan dia hanya sedang mencoba menyeimbangi Elora dengan cara mati-matian melawan kemarahan di dalam dirinya. Untuk kesekian kalinya Edward tidak ingin membuat Elora kecewa lagi padanya. Dan dia akan membunuh siapapun yang berani menyakiti gadisnya. Edward bersumpah.

"Tidurlah. Aku akan menemanimu sampai kau tertidur kemudian aku akan melanjutkan pekerjaanku." Edward melirik tumpukan dokumen yang berada di sebuah meja pada pojok kamar. "Itu laporan tahunan perusahaan dari semua dapartemen. Aku meminta Bara untuk mengantarnya kemari."

"Lanjutkan saja pekerjaanmu, Ed. Aku akan menemanimu dari sini."

"Aku akan tenang jika kau sudah tidur..—"

"Ed, please. Aku tahu takaran untuk diriku sendiri." Elora memasang tampang polosnya yang membuat Edward tidak bisa membantah. Pria itu berbalik arah untuk berjalan menuju meja dan sofa yang sudah disiapkannya untuk lembur. Tapi sebelum itu, Elora kembali memanggilnya. "Edward!"

Kembali menoleh, Edward memasang wajah yang menunjukan ia sedang berkata 'ada-apa?' kepada Elora.

"Boleh aku pinjam ponselmu?"

Kening Edward mendadak mengerut. Ponsel? Dia tidak menggenggam benda pipih itu cukup lama. Edward ingat terakhir kali ia menggunakannya sebelum meeting dimulai siang tadi. Oh astaga. Bagaimana dia bisa lupa dimana meletakan benda penting tersebut?

THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang