7. Ajakan Raja

8.6K 1.4K 153
                                    

Sebagai seorang anak yang baik, aku berusaha menjalankan peran ini dengan maksimal. Meski biasanya aku juga sering menyapu, tapi aku tidak pernah menyapu halaman seperti ini.

Ditambah jarik yang aku kenakan membuat pergerakanku semakin terbatas. Aku cukup kesulitan, tapi daripada kena omel Ibu yang super galak. Lebih baik kita turuti saja perintahnya.

Ini sudah hari kesekian aku tidak mendengar kabar apapun tentang Hayam Wuruk. Apa lelaki itu benar-benar ingin aku menghampirinya?

Tapi masalahnya kan, aku tidak tau ucapan apa yang ia katakan kepada Ayana. Jika aku hanya sekedar menemuinya, bukankah itu sia-sia?

Pandanganku mengarah pada daun lontar yang mencuri perhatian. Karena setau ku, di zaman ini orang-orang menggunakan daun lontar sebagai media untuk menulis.

Dengan cekatan, aku mengambil daun tersebut. Mataku membulat ketika melihat tulisan yang terdapat di daun tersebut.

Tulisannya ditulis menggunakan huruf alfabet, sesuatu yang aneh karena setauku di zaman ini orang-orang masih menggunakan bahasa sansekrta atau jawa kuno. Tapi aku berusaha tidak memikirkan masalah itu, aku hanya ingin membacanya karena sangat penasaran.

Ada jawaban untuk setiap pertanyaan yang kau miliki. Bersabar dan ikuti bagaimana semesta membawamu.

Tubuhku langsung merinding seketika. Setelah selesai membacanya, aku membawa daun lontar tersebut ke dalam rumah. Bermaksud sebagai pengingat atau bukti, namun lagi-lagi aku dibuat teperangah ketika tulisan itu menghilang dalam waktu dua menit setelah aku selesai membacanya.

Sialan, apa-apaan sih ini?

Peluh sudah menetes dari dahiku. Aku panik dan kebingungan, sungguh.

Apa yang sedang terjadi? Lagi-lagi pertanyaan itu yang selalu menggaung di kepalaku. Semua kejadian-kejadian aneh membuat aku semakin hilang akal.

"Kau disini rupanya." Ibu tiba-tiba masuk ke dalam kamarku. Aku dengan cekatan menaruh daun lontar tadi ke dalam laci yang berada dekat dengan posisiku.

"Apa kau tidak mendengarku? Aku memanggil namamu sejak tadi!" Omelnya.

Aku menarik nafas, mencoba menetralkan debar jantungku yang bergerak sangat cepat. "Maaf.."

Ibu menghampiriku, wajahnya yang semula galak mendadak khawatir. "Apa kau ada masalah dengan Raja?"

"Ya?" Tanyaku bingung.

"Apa kau ada masalah?"

Masalah apa? Kenapa aku dibuat sangat bodoh di negeri ini sih? Banyak sekali hal yang tidak aku ketahui.

"Tidak."

"Raja akan menikah dengan putri dari Pajajaran. Dan kau diminta untuk ke istana."

Ya Tuhan, bolehkah aku pingsan sekarang juga? Aku benar-benar lelah dengan semua kejadian yang mengagetkan ini. Belum juga jantungku kembali normal karena daun lontar tadi, sekarang ditambah lagi dengan informasi mengejutkan lainnya.

"Kenapa aku harus ke istana?" Tanyaku.

Ibu menggenggam tanganku. "Aku tidak tau. Pengawal kerajaan sudah menunggumu di depan. Kau akan baik-baik saja."

Aku menatapnya balik. Sungguh raut cemas yang tergambar dengan jelas di wajahnya membuat aku menjadi sedih. "Sungguh?"

Ibu mengangguk dan memelukku. "Pergilah. Dan jangan lupa untuk pulang."

Aku memeluknya balik, keadaan ini membuatku semakin rindu dengan Bunda. Jika aku sudah kembali nanti, aku ingin sekali memeluk Bunda dalam waktu yang lama.

The King and His Flower [Majapahit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang