23. Just You and Me

5.9K 994 101
                                    

Setelah mengetahui jika Ratu sedang mengandung anak Hayam Wuruk, aku benar-benar tidak tau harus bersikap seperti apalagi.

Seumur hidupku, aku tidak pernah menjadi sosok yang ketiga di dalam hubungan orang lain. Tapi kini, aku terlihat sangat jahat.

Tidak ada yang bisa aku salahkan kecuali diriku. Bahkan Hayam Wuruk juga tidak salah karena aku selalu menerimanya kembali.

Aku termenung di pinggir sungai, memainkan kalung berbentuk surya majapahit yang melingkar di leherku. Astaga, rasanya benar-benar membuatku dilema.

Aku ingin sekali pulang, menjadi seorang Ayana Rose lagi. Tapi aku belum sepenuhnya tau tujuanku terlempar kembali ke masa lalu. Aku tidak ingin kembali dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa terjawab.

Seandainya aku bisa mengendalikan perasaanku kepada Hayam Wuruk, lalu tahu diri pasti rasa bersalah yang bergemuruh di dadaku ini tidak akan menyesakkan.

Bukannya menghindar, aku malah tenggelam lebih dalam. Bahkan setelah mengetahui semua kekacauan ini, jauh di lubuk hatiku aku sangat merindukan sosok gagah nan rupawan tersebut.

Ini adalah waktu terpanjang aku tidak bertemu dengan Hayam Wuruk. Pasti beliau sedang sibuk mengurus istri dan calon anaknya.

Ayana wanita yang malang.

Aku bisa mendengar ranting yang patah karena terinjak, namun aku tidak berminat sama sekali untuk menoleh. Biarkan saja, bahkan jika itu hewan buas aku juga tidak takut.

Langkah tersebut semakin mendekat hingga akhirnya aku bisa merasakan kehangatan menyergap tubuhku. Merengkuhku dengan erat sambil mengecup puncak kepalaku berkali-kali.

Apakah Hayam Wuruk memiliki kemampuan membaca pikiran? Baru saja aku memikirkan lelaki itu, sekarang ia sudah hadir sambil mendekapku.

"Aku sangat merindukanmu..." bisiknya. Aku tidak tau harus merespon apa, karena sungguh ucapan Ratu mengenai kehamilannya terus menghantui benakku. Membuat aku merasa semakin bersalah.

"Ku kira kau akan pergi dalam waktu yang lebih lama."

Hayam Wuruk terkekeh, mendekapku lebih erat. "Apa kau merindukanku? Aku belum pergi, cantik. Masih ada beberapa persiapan untuk perjalanan tersebut."

"Begitukah?"

Hayam Wuruk bergumam, ikut terdiam di belakangku.

Keheningan ini malah membuat pikiranku melayang jauh. Tapi aku tidak bisa merangkainya dalam sebuah untaian kata.

"Apa yang kau lakukan disini? Aku tidak melihat kain yang kau cu--"

"Apa Ratu sedang mengandung?" Pertanyaan itu muncur begitu saja dari bibirku. Aku menoleh, mengamati ekspresi Hayam Wuruk yang sulit dimengerti.

"Apa perjalanan ini untuk calon bayimu?"

Aku bisa melihat dengan jelas bagaimana rahang Hayam Wuruk mengeras ketika aku menanyakan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Tapi aku tidak peduli, aku hanya ingin sebuah jawaban darinya.

Hayam Wuruk menghela nafas, menoleh ke arahku. "Begini--"

"Ya atau tidak?" Astaga, aku benar-benar terlihat mengerikan karena menuntut sesuatu dari seorang lelaki yang sudah beristri.

"Ya."

Padahal aku sudah mengetahui semuanya dari sang Ratu, aku sendiri juga yang menginginkan jawaban pasti dari Hayam Wuruk. Namun kenapa hatiku sangat nyeri ketika mendengarnya dari mulut lelaki itu?

Kenapa rasanya begitu sesak hingga airmata menghalangi pandanganku.

"K-kenapa kau tidak memberitahu ku?" Tanyaku.

The King and His Flower [Majapahit]Where stories live. Discover now