Bagian 11. Hadiah

4.8K 378 9
                                    

|▪|▪|▪|▪|▪|

Di mobil, aku hanya diam karena gugup menghadapi sidang ini. Pak Idris nampak santai mengendarai mobil. Sepertinya dia sudah mempersiapkan sidang ini dengan matang sekali. Berbeda denganku yang tidak tahu apa yang akan diucapkan nanti ketika ditanya. "Pak," panggilku.

"Iya Eshal?"

Aku meremas remas celana yang aku gunakan. "Kalo ditanya surat Al Quran yang mau di lafalkan. Pak Idris mau surat apa?"

"Apa Ya?" Pak Idris nampak berfikir sebentar. "Ar Rahman deh," katanya. Aku langsung membulatkan mataku mendengar jawaban Pak Idris.

"Pak Idris emang hafal?"

"Kamu meremehkan saya?"

"Saya gak apal pak. Saya mau surat An Nas," kataku pelan sekali. Malu sebenarnya untuk berkata seperti ini.

"Ya sudah surat An Nas sama kaya kamu." Aku menoleh padanya. Pak Idris masih nampak serius menghadap kedepan fokus mengendarai mobil.

Pak Idris membelokkan mobilnya ke parkiran Polrestabes Surabaya. Jantungku langsung berdegup kencang seperti menunggu pengumuman kelulusan saja. Aku keluar dari mobil bersamaan dengan Pak Idris. Ada beberapa pasangan yang sepertinya akan menikah juga sedang berjalan menuju ke dalam gedung.

Sesampainya di dalam gedung yang dimaksud. Kami semua duduk berpasang pasangan. Ada sekitar 5 pasangan yang akan menikah dan melaksanakan pra sidang. 2 pasangan diantaranya adalah sesama polri. 1 pasangan polisi dan tentara. 1 pasangan mendapat orang umum.

Aku dan Pak Idris mendapat tempat duduk paling kanan. "Habis sidang ini terus sidang di intansi kamu," bisik Pak Idris pelan. Aku mengangguk membenarkan. Berharap hal seperti ini cepat selesai. Lalu tidak lama kemudian para orang tua masuk ke dalam aula juga. Aku melihat mamaku dan orang tua Pak Idris datang. Kapan mereka yang datang? Kenapa tidak memberi kabar padaku? Pasti mereka hanya memberi kabar pada Pak Idris saja. Karena wajah Pak Idris tidak nampak terkejut mengenai kedatangan mereka yang tiba tiba.

"Pak kok mama, bunda sama papa datang?" tanyaku berbisik pada Pak Idris yang mendekatkan telinganya padaku. Pak Idris menoleh ke arah pintu lalu tersenyum kepada mamaku dan orang tuanya.

"Sengaja bikin surprise kamu," kata Pak Idris. Aku tersenyum ke mamaku dan orang tua Pak Idris yang nampak senang sekali karena anaknya akan menikah. Mereka senang anaknya akan menikah,padahal anaknya belum siap.

Sidang dihadiri oleh banyak orang penting. Dalam proses sidang ini para calon suami istri diberikan nasehat, pembinaan dan pengertian. Harus saling menghargai dalam membina keluarga dan juga sebagai istri nantinya harus mendukung tugas-tugas suami.

Setelah diberi arahan kami akan ditanya mengenai kesiapan kami untuk menikah. "Iptu Idris Dzuhairi Mahawira dan Daneen Eshal Jayanegara siap untuk menikah?" tanya pimpinan sidang kepada aku dan Pak Idris.

"Siap Pak," jawab kami bersamaan. Padahal dalam hati berkata tidak siap.

"Daneen Eshal, kenapa kamu memilih Idris untuk menjadi calon suami kamu?" Kenapa Ya? Karena dijodohkan. Tapi Pak Idris sudah bilang jangan menjawab seperti itu.

"Beriman, Berpendidikan, Tampan, dan Mapan Pak" kataku. Mengingat slogan di buku novel yang pernah aku baca. Untung saja aku pernah membaca slogan itu jadi aku tidak perlu berfikir terlalu lama dan membuat menunggu semua orang.

"Tampan? Wajahnya gak pernah senyum gitu kamu bilang tampan. Yakin kamu?" kata pimpinan sidang bercanda. Beberapa orang disana tampak tertawa. Sedangkan Pak Idris hanya duduk siap dalam diam menatap lurus ke depan dengan mata tajamnya itu. Aku mengangguk menjawab pimpinan sidang.

Prawira Abu Abu [#1.SGS] (Tersedia E-book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang