Bagian 19. Ungkapan yang Terpaksa

4.6K 333 9
                                    

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu. Salam Sejahtera bagi Kita Semua. Om Swastyastu. Namo Buddhaya. Salam Kebajikan.

Sebelumnya seperti biasa. Aku mau mengucapkan terima kasih bagi kalian yang membaca cerita ini, vote dan comment cerita. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. <3

Jangan lupa untuk vote dan comment. Teruntuk yang beragama muslim, selamat menjalankan ibadah puasa

|▪|▪|▪|▪|▪|

"Lepas Mas Idris buat saya. Batalkan pernikahan kalian."

Aku langsung berdiri sambil menggebrak meja membuat pengunjung cafe langsung menoleh padaku. Trisa langsung menunduk menutupi wajahnya dengan rambut panjang nya yang berwarna pirang. Aku kembali duduk dengan menatap Trisa tajam. Trisa nampak tenang saja melihat emosiku. "Maksudmu Apa?"

"Dari dulu Mas Idris gak pernah dekat sama cewek. Tiba tiba dia menjaga jarak dari aku. Lalu aku mendengar kabar bahwa dia akan menikah. Kalian di jodohin?" Dia mengubah pengucapan nya dari saya menjadi aku.

Aku diam tidak menjawab pertanyaannya. Aku tahu dia sedang menebak nebak. Aku tersenyum miring. "Kau keseringan membaca novel?" tanyaku balik. Dia hanya menunjukkan senyum miringnya yang menyebabkannya tetap terlihat cantik. Sialan.

"Kau tahu ulang tahun Mas Idris?" Shit. Itu pertanyaan yang menjebak. Aku tidak tahu apa apa tentang Pak Idris. "Kenapa diam? Kau tidak tahu sungguhan?"

Dia mengambil tas yang diletakkan diatas meja. Lalu berdiri dan membungkuk agar wajahnya sejajar denganku. "Turuti saja permintaanku. Tinggalkan Mas Idris buat Aku. Batalkan pernikahan kalian atau...." Dia menjeda ucapannya sambil menunjukkan senyum miring nya. "Pernikahan kakak mu yang hancur. Kamu tidak mau kan pernikahan kakak mu hancur mengingat kakak mu sudah punya Naila?"

Aku diam menatapnya tajam. Nafasku naik turun menandakan aku sangat kesal padanya. Tapi dia hanya tersenyum lalu memasang kacamata hitamnya dan pergi keluar cafe setelah meninggalkan uang 100 ribu diatas meja.

"Daneen," panggilan Mas Hanif membuatku tersadar dari lamunan ku. Mas Hanif nampak melambai lambaikan tangannya di depan wajahku. Aku sedikit menjauhkan wajahku. "Kamu ngelamunin Apa? Ini masih jam 2 pagi loh Daneen. Saya gak mau ya kamu tiba tiba ketawa cekikikan tanpa sebab." Mas Hanif tertawa pelan.

Aku hanya tersenyum dengan terpaksa. Mas Hanif langsung menghentikan tawanya dan menatapku serius. "Ada Apa? Kamu lagi ada masalah?" tanyanya padaku. Aku menggeleng pelan. Masalah anatara aku dan Trisa terlalu berat untuk di bagi kepada orang lain. "Daneen, kalo kamu butuh teman buat cerita atau butuh saran, saya bisa bantu."

Aku menatap Mas Hanif. "Saya boleh nanya Mas?" tanyaku.

"Boleh." Mas Hanif menyandarkan badannya ke kursi dengan menaikkan salah satu alisnya. Dia bersedekap dada dan menatapku serius.

"Kalo Mas Hanif suka sama saya. Kenapa Mas Hanif gak mau rebut saya dari Pak Idris?" tanyaku. "Kenapa Mas Hanif gak mencoba melakukan apapun agar saya bisa bersama Mas Hanif?"

"Melakukan apa emangnya?" tanya dia bingung.

"Melakukan apa saja agar bisa mengambil saya dari Pak Idris. Tidak penting itu haram atau tidak," bisikku pelan. Seperti Trisa yang mengancam aku untuk menghancurkan hubungan keluargaku agar dia bisa bersama Pak Idris.

Prawira Abu Abu [#1.SGS] (Tersedia E-book)Onde histórias criam vida. Descubra agora