2 | Ambulans

387 56 3
                                    

Rafael menatap ponselnya. Ia memperhatikan foto Bapak tua di kapal tadi. Ia benar-benar yakin ada yang tidak beres dengan pria tersebut, sampai Polisi pun berbohong. Rafael menatap Sakti di sampingnya, ia sedang tidur. Lalu ia menatap Angga dan Raka, mereka juga tertidur.

Sepertinya hanya dirinya yang tidak bisa tidur. Ia berjalan ke bagian depan bus. Kemudian ia duduk di kursi kosong seraya memperhatikan jalanan dari kaca besar bus.

"Ga bisa tidur?"

Suara seorang wanita berhasil mengejutkan Rafael. Ia menoleh ke sampingnya. Matanya membelalak melihat Aurel disampingnya. Ia segera berdiri menjauh.

"Eh maaf, gue ga liat lo disitu."

Rafael menunduk malu. Ia tak melihat Aurel karena lampu bus sedang di matikan. Lalu ia berjalan kembali ke kursi nya.

"Gapapa, duduk aja disini," ucap Aurel seraya menepuk kursi di sampingnya. Rafael menatapnya.

"Gapapa?"

Aurel mengangguk. Atas izin Aurel akhirnya Rafael duduk disampingnya.

"Kenapa belum tidur?" Tanya Aurel sembari mengunyah cemilan di tangannya.

"Gatau," ujar Rafael sedikit gugup.

"Masih kepikiran Ucup yah?" Tanya Aurel. Rafael mengangguk, ia benar-benar khawatir dengan keadaan Ucup sekarang.

"Lo kenapa belum tidur?" Tanya balik Rafael. Ia menatap wanita di sampingnya, tak pernah ia duga ia bisa bicara berdua seperti ini dengannya.

"Insomnia," ucap Aurel. Rafael terkejut.

"Insomnia?"

"Iya, gabisa tidur."

"Kok gue baru tau?" Ceplos Rafael. Seharusnya ia mengetahui hal itu sebelumnya, karena ia sudah lama menyukai  Aurel. Aurel yang mendengar pertanyaan Rafael menautkan alisnya heran.

"Emang lo harus tau?"

Rafael bungkam. Astagfirullah, kenapa gue ngomong itu tadi?

"Lagian lo ga nanya sih," imbuh Aurel sembari terkekeh. Rafael tersenyum melihat wajah manis Aurel ketika tertawa.

"Sejak kapan?" Tanya lelaki blasteran eropa tersebut.

"Kecil."

"Terus lo sekolah gimana?"

Rafael memanfaatkan keadaan ini untuk mengetahui lebih lagi tentang Aurel. Ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Gue kan sering bolos ke masjid, buat tidur. Hehe," ucapnya dengan senyum manisnya. Rafael ikut tersenyum.

Setelah itu keadaan berubah menjadi hening, Rafael memang tidak ahli masalah wanita seperti ini, ia biasanya meminta saran Raka dan Angga.

Tiba-tiba mobil ambulans yang membawa Ucup berada di depan bus mereka. Ucup akan langsung dibawa ke rumah sakit terdekat, tapi sampai sekarang pun ambulans itu belum sampai di rumah sakit yang mereka maksud.

Rafael benar-benar curiga dengan para perawat itu. Sebelumnya polisi yang berbohong, sekarang mereka. Entah apa yang terjadi, ia sangat letih memikirkannya.

"Gue liat Bapak-bapak yang gigit Ucup," ujar Aurel. Rafael menengok ke arahnya.

"Serem," imbuh Aurel.

Rafael sangat ingin bercerita terus terang dengan Aurel. Tapi ia takut Aurel tak mempercayainya.

"Lo tau ngga?" Rafael menggeleng seraya menunggu Aurel melanjutkan perkataannya.

SURVIVEWhere stories live. Discover now