6 | Bapak Supir

329 44 17
                                    

Rafael membuka matanya perlahan ketika mendapat dirinya di ganggu oleh cahaya matahari yang amat terang di pagi hari. Ia menegakkan tubuhnya lalu meregangkan lengannya yang terasa sakit karena posisi tidurnya yang tidak nyaman.

Ia menyeret matanya untuk melihat kondisi disekitarnya. Ia berada di sebuah rest area, apa bapak supir tersebut sedang beristirahat sejenak disini? Tapi rest area ini terlihat sangat sunyi dan sepi.

Lalu ia menatap gadis yang sedang terlelap di hadapannya, ia tersenyum.

"Cantik," ujarnya ketika melihat Aurel.

Setelah itu ia berdiri untuk melihat lebih jelas keadaannya.

"Dimana sekarang kita?" Ujarnya mengambil ponsel di saku celananya. Ia membuka aplikasi Google Map.

"Ish, apa-apaan ini? Ga ada sinyal?" Gerutu nya sembari meninggikan posisi ponselnya, berusaha mendapati sinyal.

"Ngghhh, siapa itu berisik banget?" Ucap Raka membuka matanya perlahan. Syakira yang sedari tadi bersandar di bahu Raka ikut terbangun.

"Hai! Met pagi!!"

"Gue lagi nyari sinyal," sambung Rafael sembari berputar-putar di atas bak besar tersebut dan membuat suara yang ricuh.

"El! Diem ah! Duduk! Gue lagi mimpi di peluk Syasya juga," ujar Raka masih dengan mata terpejam, sedangkan Syakira menautkan kedua alisnya bingung.

"Dipeluk siapa??" Pancing Rafael menahan tawa.

"Dipeluk Sya—"

Raka membuka sempurna matanya lalu terkejut mendapati Syakira dihadapannya dengan tatapan bingung.

"Maksud gue, Syakira artis itu lo. Yang nyanyi waka waka e-e, samina, samina, zakariwa," ucap Raka menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Rafael hanya tertawa.

Tanpa Rafael sadari, ia telah membangunkan seluruh orang di mobil tersebut.

"El! Lu ganggu orang tidur aja," ucap Gibran yang segera meregangkan lengannya.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Selena.

"Jam 6 lewat 13 menit."

"Sekarang kita dimana?" Tanya Aurel sembari mengucek-ngucek matanya.

"Rest area," jawab Rafael.

Rafael meloncat dari bak mobil tersebut, "laper ga? Cari makan yuk! Kayaknya Bapak sopirnya lagi istirahat deh."

"Lo aja, gue ngantuk!" Ujar Gibran lalu kembali memejamkan matanya.

"Yeee, kebo!"

Rafael terkekeh, namun teman-temannya yang lain masih sibuk membangunkan diri mereka. Mata mereka masih terpejam.

Rafael mengabaikan teman-temannya, perutnya sudah lapar. Ia tidak bisa menahannya lebih lama. Lalu ia berjalan ke arah sebuah kantin yang biasanya ada di rest area.

"Gue kesana ya!" Ujarnya, entah apakah teman-temannya mendengarkan atau tidak. Ia melangkahkan kakinya mantap.

Namun...

Ia berhenti.

Ia berhenti ketika melihat kursi depan—tempat pengemudi—pintunya terbuka lebar. Lalu ia memandang sebuah kunci mobil masih tergantung disana.

"Aneh? Kok kuncinya ditinggalin? Pintu nya di buka lagi? Gatakut di curi orang?"

"El! Ikut, gue laper." Ujar Raka yang akhirnya sadar dimana ia hidup sekarang—yang pasti itu bukan dunia mimpi.

SURVIVEWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu