A Six- eps 6

15 3 3
                                    

     Rumah Ata memiliki dua tingkat. Ada kolam renang kecil di sekitar taman air mancur. Halamannya cukup luas, hal itu membuat Ata dijuluki anak sultan oleh teman-temannya.

"Hahh... lega banget gue kalian bisa menang lomba meskipun nggak juara satu." Adam menghempaskan diri di sofa ruang tamu.

"Ta, AC nya gue naikin ya suhunya." Adhit mengambil remot AC di meja kaca depan sofa.

"Naikin aja, tapi jangan dingin-dingin nanti flu."

"Oke siap"

"Aisyah, Aira, bantuin gue ambil makanan di kulkas dong." Ajak Ata kemudian.

Aira mengangguk, ia dan Aisyah menyusul Ata yang sudah berjalan duluan ke dapur.

"Kemarin gue beli kue coklat enak banget, Lo ambil di kulkas. Sama lemontea kaleng juga ya. Gue mau buatin teh siapa tau ada yang pengen teh hangat." Jelas Ata sibuk sendiri.

"Aku bantu ya Ta." Aisyah muncul dan mulai membantu Ata.

"Aduh neng Ata, nggak usah repot-repot. Biar bibi aja." Bi Ami selaku pembantu rumah tangga Ata datang dan mengambil alih pembuatan teh hangat tersebut. Beliau menyuruh Ata dan yang lain ke ruang tamu.

"Nggak papa Bi, kita bisa bantu sedikit kok. Bibi pasti capek habis dari belanja." Bujuk Aira yang melirik kantong belanjaan berisi sayuran dan makanan lain.

"Nggak papa Neng Aira, udah tugas ibu itu." Senyum Bi Ami.

Aira, Aisyah dan Ata pun mau tak mau kembali ke ruang tamu.

"Taa, numpang WiFi yaa," suara Adam menggelegar seisi ruangan.

"Iyaa," jawab Ata setengah tertawa.

"Adam, kaki Lo!" Peringat Aira, ia menggeleng-geleng melihat para sahabat cowoknya yang bertingkah seolah tinggal di rumah sendiri.

Adam yang bermain handphone dengan kaki di atas sofa, Adhit yang tidur-tiduran, Arkan yang sibuk menulis sesuatu di tabletnya sambil bersandar santai.

"Maafin kita ya Ta, mereka emang kadang gak ada akhlak." Aira tersenyum malu pada Ata.

"Ga usah malu-malu kali, kayak baru ketemu sekali aja. Kita udah barengan sejak SMP, udah kayak saudara." Ujar Ata enteng.

"Saudara ya," celetuk Adhit tanpa menoleh.

"Iya saudara."

Adhit melirik Aira yang sedang mengobrol dengan Aisyah, entah mengobrolkan apa.

Ata duduk di samping Adhit, memberikan camilan dan lemontea, ia tersenyum tipis pada cowok itu.

"Mungkin ada yang nggak Lo anggap saudara, Dhit?" Tanya Ata setengah berbisik.

Adhit terkejut kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Apaan sih,"

"Kalau gitu ga usah di liatin terus kali, ketauan Aisyah dibilang zina mata lho!" Celetuk Ata terkekeh.

Adhit tertawa hambar, cowok itu memukul Ata dengan bantal yang dibalas pukulan bantal juga.

💫💫💫

     Aira berjalan menyusuri trotoar, ia tidak pulang dengan Aisyah karena gadis itu pulang duluan dijemput orang tuanya. Aira juga berniat membeli sesuatu di supermarket, sehingga ia memutuskan pulang sendiri.

Suara klakson motor mengagetkannya yang sedang asyik melamun.

"Yo, mau bareng? Kebetulan gue mau ke arah sana," tunjuk seorang laki-laki yang memakai helm fullface, cowok itu menunjuk ke arah depan.

A Six ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang