A Six-eps 7

17 3 2
                                    

     Adhit dan Adam berjalan mengendap-endap ke ruang OSIS. Mereka akan menyelidiki sesuatu yang menjadi tanda tanya besar selama ini.

Kemarin saat Bimo dipanggil ke ruang BK, ia mengatakan pada Adhit tentang rencananya.

Bimo bersama sekumpulan anak kelas 12 sengaja meng-hack komputer dikarenakan ada pihak yang menyabotase soal ujian terlebih dahulu.

Beberapa guru bekerja sama dengan seorang murid yang mengajak murid lainnya juga untuk keuntungan mereka sendiri. Beberapa guru tersebut akan memberikan kunci jawaban soal ujian, kemudian murid-murid terpilih itu akan membayar harganya.

Licik namun untuk orang yang sudah biasa berhubungan dengan uang, itu tak seberapa.

Kakak kelas 12 tersebut sudah menyelidiki siapa tersangka utama kasus penyuapan ini. Dan hal itu merujuk kepada organisasi OSIS. Entah siapa pelakunya, belum pasti. Namun kemungkinan salah satu dari anggotanya.

"Lo jagain pintu, gue yang masuk." Ujar Adam yang diangguki cepat oleh Adhit.

Adam mendorong pintu perlahan, benar seperti dugaannya jika ruang OSIS tengah kosong karena mereka rapat di ruang breefing bersama beberapa guru.

Adam mulai mencari berkas yang menunjukkan tanda-tanda penyuapan tersebut.

Mulai dari rak buku, laci meja, berkas-berkas OSIS, ia mencarinya pelan-pelan.

Jeglek... Pintu tiba-tiba dibuka, muncul Arkan yang mengagetkan Adam.

"Lo ngapain di sini?" Tanya Arkan ikut terkejut.

"AA anu itu, ehm, gue mau minjem sesuatu ke anak OSIS, katanya suruh ngambil di ruang osis." Jawab Adam ragu-ragu.

"Lo nggak baca ada peringatan selain pengurus dilarang masuk?" Tanya Arkan mulai marah.

"Maksud gue nggak gitu, Kan..."

"Kalau gitu keluar sekarang." Tajam Arkan kemudian.

Adam tak kuasa melawan, ia berjalan pelan keluar namun Adhit datang menahan pintu masuk dengan tangan kanannya.

"Gue mau nyelidikin sesuatu tentang pengurus OSIS Lo itu. Gue harap Lo mau kerja sama sama kita, Kan."

"Penyelidikan bab apa?"

"Lo keluar dulu, baru gue ceritain."

"Nanti aja, gue ada rapat habis ini."

"Ck ni anak, songong banget deh heran," celetuk Adhit seolah gemas.

Arkan tak mengindahkan, cowok itu beranjak mengambil buku jurnal miliknya yang sering tertinggal. Selanjutnya ia pergi keluar tanpa menyapa Adhit dan Adam sedikitpun.

"Kayaknya Arkan marah deh Dhit," seloroh Adam dengan pandangan menyesal.

"Ya marahlah kalau ada yang ikut campur dalam organisasi nya. Orang lain pasti juga marah,"

"Nah itu masalahnya, kenapa bukan Lo aja tadi yang masuk? Kenapa gue?"

"Kalau gue yang masuk bakal panjang urusannya. Lo tau sendiri gue sekalinya ngelakuin sesuatu harus sampai selesai. Jadi sekalipun dia nyeret gue keluar ruang OSIS gak bakal gue turutin. Tapi kalau Lo masih mau nurut dikit-dikit. Inget Dam, kita nggak boleh sampai ketauan pengurus OSIS lain. Sebab semua belum tentu bisa dipercaya."

"Termasuk Arkan dong,"

"Bisa jadi. Gue mau nanya ke dia nanti."

Adhit dan Adam pergi menemui kakak kelas mereka yang terlibat dalam pemberontakan penyuapan kemarin.

"Apa?? Lo bilang ke Arkan?" Tanya kakak kelas yang bernama Tomi dengan pandangan tak suka.

"Belum, bang." Jawab Adhit seadanya.

"Gila lu ya, Arkan tuh terlibat banget sama penyuapan ini."

"Hah? Nggak salah denger gue bang??!" Sekarang Adam berbicara tak santai.

"Dia sendiri yang ngancem kita supaya nggak berbuat macem-macem. Sekarang Lo mau ngehancurin rencana kita dengan bilang ke anak itu? Wah parah Lo pada."

"Kita bukan mau ngehancurin bang, tapi dia temen kita. Kita seenggaknya harus tau kebenaran kasus ini dari dia." Sambut Adhit yang sebenarnya ikut kecewa.

"Coba aja kalau dia mau bicara. Gue yakin dia pasti bakal nutupin sesuatu. Dia orangnya licik, Dhit."

Adhit diam, ia tak ingin membahas itu lebih lama. Arkan orang yang dikenalnya sejak lama, mana mungkin ia percaya begitu saja dengan rumor yang belum tentu benar adanya.

Ia harus memastikan sendiri dengan mata dan telinganya kebenaran kasus ini dari Arkan. Baru ia bisa percaya.

💫💫💫

     Malamnya, Adhit ditemani Adam pergi menuju rumah Arkan. Seperti biasa, mereka bermain nitendo dan bermain game untuk hiburan.

"Kan," Adhit membuka topik pembicaraan dengan ragu.

"Hm?" Arkan membalas tanpa menoleh dari game di handphone nya.

"Lo... ada yang Lo ketahui tentang kasus hack kemarin nggak?" Tanya Adhit pelan.

Arkan terdiam, ia melepaskan handphone di tangannya. "Maksud Lo?"

"Apa Lo, tau tentang kasus itu? Pelaku utamanya mungkin?"

"Pelaku utamanya Bimo kan? Bukannya kemarin udah di skors?"

"Iya, gue tau. Tapi setelah gue tanya-tanya ke Bimo, dia sama beberapa orang sedang bekerjasama untuk mecahin masalah yang lebih besar."

"Sebesar apa masalahnya?"

"Penyuapan terhadap guru, manipulasi nilai, pembocoran soal ujian secara personal, itu semua Lo tau kan?"

"Mana buktinya? Lo nuduh gue?"

"Gue emang belum punya bukti. Tapi gue pengen denger langsung dari Lo kalau Lo nggak terlibat."

Arkan tertawa sumbang, "sayangnya mereka bener, Dhit. Gue emang terlibat. Jauh."

Adhit melotot, ia menarik baju Arkan, "Lo terlibat? Sialan lo!"

"Dhit, sabar Dhit, kita di rumah orang. Lo nggak bisa berantem seenaknya." pisah Adam menahan lengan Adhit yang hampir menonjok Arkan.

Arkan berdecih pelan, "Lo nggak tau apa-apa tentang gue. Saran gue lebih baik Lo jangan ikut campur."

"Gue kecewa sama Lo Kan. Kita cabut." Ujar Adhit seraya mengambil jaketnya dan pergi keluar dari rumah Arkan.

"Lo bener mau ngebiarin Arkan kayak gitu, Dhit? Gimanapun dia sahabat kita." Adam berbisik dengan nada khawatir.

Langkah Adhit yang ingin menghampiri motonya tertahan, ia berbalik menatap Adam.

"Nggak lah. Gue akan cari cara supaya dia mau keluar dari penyuapan itu. Kita harus bikin rencana."

Adam mengangguk. Ia dan Adhit akan mencari cara yang dapat mengeluarkan Arkan dari jurang kegelapan itu.

Mana ada yang mau sahabatnya pergi ke jalan yang salah? Kalaupun ada, rasanya tidak pantas disebut sebagai sahabat.

💫💫💫

-A Six-

Fahmi Arian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Fahmi Arian

A Six ✔Where stories live. Discover now