Part XXVIII [Bella Kecewa]

2.1K 153 4
                                    

***
     'Plak'

     Pipi wanita itu terasa panas setelah menerima tamparan dari wanita di depannya, memegangi pipinya dengan nafas menggebu namun tak ada niatan untuk membalas tamparan itu pasalnya dia tahu bahwa keputusannya akan mendapatkan kontra dari banyak pihak.

     "Lo gila ya hancurin rumah tangga lo sendiri? Lo lihat Bella! Harusnya dia enggak nyaksiin ini semua, harusnya dia bahagia dengan kedua orang tuanya tapi karena keegoisan lo dia jadi kayak gini" tunjuk wanita itu pada gadis kecil yang dia sebut -- Bella, barusan.

     Gadis kecil itu sedari tadi meringkuk menghadap ke arah lemari, menyembunyikan wajahnya setelah melihat papanya tadi datang dan berbicara kasar dengan mamanya, ditambah aksi kekerasan yang dilihatnya membuatnya semakin merasa takut. Suara tangisnya mengalung indah di kamar hotel ini menemani dua sosok wanita dewasa yang kembali cek-cok.

     "Gue enggak mau selamanya hidup dalam sandiwara" suara wanita yang mendapat tamparan tadi terdengar bergetar dengan air-mata yang menumpuk di pelupuk matanya.

     Wanita yang tadi menamparnya memejamkan mata, berjalan mondar-mandir dan sesekali meraup wajahnya kesal.

     "Sekarang mereka mau apa? Gue udah nikah sama Levan dan punya anak, apalagi yang mereka mau dari gue? Utang bokap gue lunas kan?" Kali ini air-matanya perlahan kembali menetes dan dibiarkannya, biarkan semua orang melihatnya menangis berharap agar mereka pun tahu bahwa disini dia pun merasakan sakit hati yang dalam.

     "Lo enggak bisa terima kenyataan hah?"

     Wanita itu menggeleng mantap "Bisa. Tapi hati gue yang sulit, bahkan kalau mereka mau gue rela mereka bawa Bella biar mereka puas" ucapnya dengan nada menggebu.

     Mendengar kalimat mamanya mengarah padanya gadis kecil itu membalikkan tubuhnya, menatap wajah wanita yang disayanginya dengan luka "What did you say mom?" Terdengar jelas bahwa pertanyaan itu mengandung luka yang dirasakan gadis kecil itu.

     "Bella, mommy was kidding" wanita itu gelagapan melihat putrinya, dia kira gadis itu masih menangis dan tak mendengar setiap ucapannya.

     Tak berucap lagi perlahan gadis kecil itu mengatur langkah mundur, dan dengan cepat kilat berlari membuka pintu yang memang tidak dikunci sejak kedatangan papanya. Awalnya dia merasa bingung dan sedih akan pertengkaran yang terjadi, ditambah semua orang yang datang seakan menyalakan mamanya namun ketika mendengar kalimat tadi membuat rasa sedih itu semakin dalam.

***
     "Come on boy and hug bunda" wanita ini bertepuk tangan kecil sambil tertawa gemas menanti putranya yang tengah berlari kecil ke arahnya.

     Meski larinya belum cepat namun balita itu pun tertawa bahagia ketika dirinya berhasil masuk dalam pelukan hangat wanita yang selalu bersamanya setiap hari, setelah itu dirinya mendapat ciuman gemas di kedua pipinya.

     "Anak bunda udah bica lali yah? Um emes deh" lagi wanita itu memeluk balitanya erat "Diego, ayah kok ke toilet lama ya?" Wanita itu mengedarkan pandangannya pada sekeliling taman mencari sosok suaminya yang pamit beberapa menit lalu ke kamar kecil namun belum kembali "Kita susul yuk biar sekalian pulang" dirinya bangkit membawa Diego yang tadi berada di pangkuannya berpindah ke dalam gendongannya.

     Dua sosok itu berjalan menuju ke arah kamar kecil yang terdapat di taman ini. Wanita yang tak lain adalah Prilly itu memang rutin dengan Ali selalu membawa putra mereka untuk bermain di taman, selain bagus untuk menikmati matahari pagi itu juga dilakukan agar Diego terbiasa dengan keramaian.

     "Eh itu ayah, ayah nakal ya Diego malah main disini" dari jarak beberapa meter Prilly bisa melihat sosok Ali, meski pria itu tengah membelakanginya namun dia tetap bisa mengenal suaminya dengan baik "Li" panggilnya seraya berjalan menuju Ali.

     Mendengar namanya dipanggil oleh suara yang begitu dikenalnya dengan cepat Ali berbalik, mengatur langkah lebarnya menghampiri Prilly "Ayo pergi Prill"

     "Loh kenapa buru-buru?" Prilly yang sudah dirangkul Ali dengan sedikit kencang tak mampu membalikkan badannya untuk melihat ke belakang, entah apa yang suaminya itu lakukan sehingga menjadi terburu-buru begini ketika dirinya datang.
.
.
.
     "Hubby tadi kenapa sih buru-buru? Ada apa?" Prilly tetap menanti jawaban dari sang suami.

     Sedangkan Ali yang menggendong Diego yang tengah tertidur memaparkan ekspresi datar "Enggak ada apa-apa sayang, enggak baik lama-lama disana"

     "Ting"

     Pintu lift terbuka, sebelah tangannya yang bebas kini merangkul bahu istrinya berjalan menuju kamar apartemen.

     Dalam benaknya Prilly yakin bahwa pasti ada sesuatu di taman tadi yang suaminya tutupi, namun melihat ekspresi wajah Ali membuatnya mengurungkan niatnya untuk kembali bertanya, biarlah karena dia yakin suatu saat nanti dia pasti akan mendapatkan jawabannya.

***
     Hari Senin yang melelahkan bagi Prilly, setelah jam kantornya selesai dia langsung bergegas ke kediaman keluarga Aditya atas permintaan Yunira.

     Sa'at memasuki rumah berlantai dua ini Prilly sudah bisa mendengar suara tangis Bella yang menggema dari suatu kamar.

     "Ra"

     Yang dipanggil Ra -- berbalik, menghampiri Prilly dengan wajah cemasnya "Tolongin gue dong, gue enggak tahu lagi gimana caranya tenangin Bella. Dari tadi nangis mulu sambil bilang benci mamanya"

    Mengangguk kecil Prilly pun menghampiri gadis kecil itu "Hey Bella, kenapa sayang?"

     Mata gadis itu beralih menatap wanita yang bertanya padanya dengan suara lembut "Aunty, I hate mommy" lalu dia berhambur memeluk pinggang Prilly erat sambil sesenggukan.

     "Enggak boleh gitu sayang, enggak boleh benci sama mommy, kan mommy yang lahirin sama rawat Bella" Prilly mengelus pelan rambut pirang milik Bella, menyalurkan rasa sayang yang semoga bisa membuat gadis ini lebih tenang.

     Bella menggeleng "But mommy didn't want me, I heard it aunty" pelukannya semakin erat, menenggelamkan wajahnya pada dada Prilly mencari ketenangan.

     Prilly dan Yunira saling tatap, melemparkan raut kesedihan masing-masing, tak tega rasanya melihat anak sekecil Bella yang sudah dihadapkan dengan situasi seperti ini.

To be Continued

Depok, 10 Mei 2020

    

SURGA DINI [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang