12

854 89 16
                                    

dodeka.
everything underneath.
━━━ ⸙ ━━━

aku mencukupkan diri merasa nyaman hanya dengan memandang cakrawala yang membentang. dengan biru sebagai latar belakang serta gumpalan kapas yang menyiratkan ketenangan.

tidak ada yang mengusikku untuk beberapa menit, hingga percakapan ringan mengalir diantara kami.

serta sebuah bingkisan kecil yang kini berpindah pemilik.

“kacamata?” aku menatap skeptis setelah mengintip bingkisan berbentuk persegi.

“anggap saja hadiah ulang tahunmu yang terlambat.” akaashi menunduk serta menggaruk tengkuk.

“kenapa kacamata?” tanyaku, lagi.

“aku ... bisa tahu kau mengalami rabun jauh karena kebiasaanmu menyipit melihat papan tulis dari bangku ketiga.”

masih dengan pasir yang lebih akaashi perhatikan dibanding lawan bicara, ia melanjutkan.

“dan aku bisa mengetahui titik terjauh penglihatanmu darinya. jadi, sebelumnya, aku ingin meminta maaf jika kurang akurat.”

aku sibuk mencerna. lantas meneguk ludah, merasa tak nyaman. bukankah ini terlalu berlebihan?

“cobalah,” ujarnya.

tidak membutuhkan waktu lama, kacamata sudah membingkai wajah. pandanganku menjadi jelas. tidak ada lagi bayangan ganda yang jatuh pada retina.

garis horizon yang semula membayang, menyatu seperti seharusnya.

“terima kasih.” kuulas senyum tipis sebagai apresiasi. “aku akan mencoba percaya diri memakai kacamata ini.”

biar kuulang lagi,

aku mencukupkan diri merasa nyaman hanya dengan memandang cakrawala yang membentang dan gumpalan awan.

sedangkan segala sesuatu yang terdapat di bawahnya, tidak memiliki arti sama sekali.

hingga seorang akaashi keiji datang, mengusik sedikit ketenangan dengan memberikan sebuah kacamata.

dia yang begitu mudahnya menarik perhatian. sama seperti awan yang menyiratkan ketenangan dan harapan.

[]

sedikit banyak chapter ini terinspirasi dari film last sunrise.

u guys must watch it!

konstelasi || a. keijiWhere stories live. Discover now