Chapter 2

22.8K 2.2K 409
                                    

Salah satu jalanan di kota Jakarta yang semula hening, kini sudah dipenuhi oleh puluhan motor geng TIGER dan Cakrawala.

Devan sendiri sudah duduk di atas motor sport-nya dengan Daren-ketua geng Cakrawala yang berada disampingnya.

Kedua cowok tersebut terlihat saling melemparkan tatapan tajam dibalik helm full-face yang mereka kenakan.

"Siap-siap aja lo kalah," ujar Daren dengan nada meremehkan. Cowok itu memang terlihat sangat membenci Devan, dia tak henti-hentinya mencari masalah dengan geng TIGER, entah karena alasan apa!

Devan tersenyum miring di balik helm yang ia kenakan. "Bukan Devano Kalandra namanya, jika lawan lo aja kalah!" sahut Devan dengan nada tidak kalah meremehkan.

Daren berdecih mendengar hal itu, ia paling tidak menyukai sifat angkuh yang dimiliki Devan. "Kita liat aja nanti," ujarnya sambil menutup kaca helm yang ia kenakan.

Devan melakukan hal yang sama, ia menutup kaca helm-nya dan mengarahkan pandangannya ke depan, kedua tangannya sudah bersiap di atas stang motor.

Seorang gadis berjalan ke tengah jalan diantara keduanya, dia mengacungkan sebuah kain bendera berwarna biru di tangannya.

Tepat ketika kain bendera tersebut jatuh mengenai tanah, kedua motor tersebut segera melaju dengan kecepatan sangat tinggi.

Saat ini Devan memimpin permainan. Tak jauh dibelakangnya, Daren tengah berusaha menyusul.

Devan tersenyum miring, sudah ia pastikan kalau dirinya yang akan memenangkan permainan ini.

Daren berhasil menyamai kecepatan motor Devan. Cowok itu tersenyum licik. "Gue yang akan menang!" ujarnya percaya diri.

Devan menoleh ke samping, cowok itu tersenyum meremehkan mendengarnya. "In your dream!" ujarnya sembari menaikan kecepatan motornya.

Daren tidak tinggal diam, ia segera mensejajarkan kembali posisinya dengan Devan. "Gue duluan!" ujarnya, tepat setelah itu kakinya menendang motor Devan cukup keras.

Devan yang tidak siap mendapat serangan mendadak seperti itu, akhirnya jatuh tersungkur ke aspal.

"SIAL! CURANG LO BANGSAT!" teriaknya emosi ketika melihat Daren yang semakin jauh dari penglihatannya.

Cowok itu segera bangkit berdiri, ia merasakan perih di sikut dan lututnya karena tergores aspal.

Devan segera menghampiri motornya yang terguling dan mengalami kelecetan dibeberapa bagian. Ia mengepalkan tangannya emosi karena Daren telah bermain curang dengannya.

Dengan cepat Devan segera mengangkat motornya dan naik ke atas motor tersebut. Dengan emosi yang membara, cowok itu melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Ia paling tidak suka dengan yang namanya kecurangan. Sudah dipastikan Daren tidak akan pulang ke rumahnya dengan kondisi sehat, atau apa perlu Devan memotong kaki cowok itu karena sudah menendangnya tadi?

Sesampainya di garis finish, Devan bisa melihat Daren yang sedang ber-tos ria dengan teman-teman geng-nya. Dia terlihat bangga karena telah memenangkan permainan, meskipun dengan cara curang.

Tanpa membuang waktu, Devan segera menghampiri Daren, bahkan ia tidak memperdulikan teman-teman geng-nya yang berniat menyambutnya.

"Lihat, kan? Lo kalah!" Daren memamerkan senyum bangganya ketika Devan berdiri dihadapannya.

Devan berdecih mendengarnya. "Lo curang, bangsat!" bentaknya.

Bugghh..

Satu pukulan yang cukup keras mendarat di wajah Daren, bahkan sudut bibir cowok itu sudah mengeluarkan darah segar.

Feeling of Regret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang