Note 4: they misses you like i do

947 130 23
                                    





   ━━━━━━━━━━━━♱ ⋱ ✡︎ ✡︎ ✡︎ ⋰ ♱

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

   ━━━━━━━━━━━━
♱ ⋱ ✡︎ ✡︎ ✡︎ ⋰ ♱

"Disaat lautan biru itu mendamba Yoongi dalam dekapannya, disaat itu pula laut memusuhi Jungkook."


N O T E: #4


.

.

.




Hari demi hari berlalu. Namjoon terus-menerus menanyai perihal keabsenan Jungkook yang mendadak, hingga akhirnya menyerah dengan telak ketika Yoongi tidak kunjung memberi jawaban langsung. Yoongi mulai melupakan obat-obatannya, bahkan tidak juga menelepon nomor yang diberikan kepadanya, terapis yang lain, klinik, ataupun kelompok konseling.  Ia tidak ingin tenggelam, sebenarnya tidak benar-benar menginginkannya —tetapi ia masih saja pergi ke pantai pada larut malam, membiarkan air laut membahasi ujung celananya, kaki terkubur di pasir yang lembab. Kekacauan air membuatnya bergetar sekaligus rindu. Perpaduan yang gila.

"—Laut itu merindukanmu. Mereka membisikan puisi cinta."

Jungkook masih mengenakan pakaian Namjoon, meski sedikit kotor, kusut, begitu pula dengan rambut yang berantakan dan jauh dari kata terawat, seolah-olah angin laut telah menolaknya.  "Begitu kah?"  Yoongi bertanya, membalikkan punggung ke arah suara itu bermuara, memperhatikan ombak dan busa putihnya dan bagaimana cakrawala menghilang menjadi terlalu gelap, tidak ada bintang di luar. 

"Mereka bernyanyi untukmu," suara Jungkook memiliki dering jauh berbeda dari terakhir kali Yoongi mendengar suaranya, seperti ada emosi gelap membungkusnya.

"—mungkin mereka bernyanyi untukmu juga."

"Sayangnya tidak," jarak diantar keduanya lebih dekat sekarang, dan Jungkook berhenti di samping Yoongi, terdengar helaan napas.  "Mereka marah pada Koo."

"Memangnya bagaimana kau tahu?"

"Pembelot. Koo meninggalkan mereka,"

Yoongi menoleh untuk memandang sejenak, mencoba mencari apa maksud kalimat itu. Gelombang hampir menyentuh sebatas lutut mereka, dan arusnya membuat Jungkook waspada. Jungkook terlihat sedu dengan raut lelah dengan matanya cekung dan hampa.

"Kupikir aku sudah membuatmu cukup kesal."  Yoongi tidak yakin mengapa ia berucap begitu.  Jungkook menatapnya, putih di matanya hampir tidak terlihat, seperti fitur di wajahnya.  "Psikiaterku mungkin mengira aku membuatmu pergi kala itu."

"Tidak."

Yoongi mencemooh, sedikit terganggu.  "Aku tahu itu sekarang." Entah bagaimana pikirannya mengingat bagaimana rasa Jungkook di pengecapnya, semua lapisan rasa manis dan garam, dan itu membuat Yoongi bergerak, tidak nyaman. Mundur selangkah, dan air hampir mencapai mereka lagi, memaksa Jungkook untuk berjalan mundur juga.  "Aku akan pulang."

Echo Chorus [yoonkook]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon