1. Lomba Sialan

328 166 234
                                    

"Somehow, when I need something, I always hope and depend on you"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Somehow, when I need something, I always hope and depend on you"

~Alissya Raina~

1. Lomba sialan.

Matahari mulai naik ke atas puncak kepala kami dan sepertinya tidak bosan menyinari kami berdua.
Ya, aku dan Adhit sedang menyusuri taman kompleks perumahan kami.

Sudah hampir satu jam dia mengajakku berkeliling di taman ini. Walaupun sebenarnya aku yang mengajaknya jogging pagi , tapi tidakkah ia tahu bahwa aku seorang perempuan yang langkahnya pendek-pendek.

Dia bukannya jogging tapi lebih tepatnya berlari. Sesekali aku mensejajarkan langkah kami. Hal ini membuatku harus mandi keringat di tambah dengan bibir yang hampir terkelupas. Aku haus.

"Hos..... hosh..... Dhit, jangan cepat-cepat dong, aku capek, istirahat bentar ya," ucapku mulai mendudukkan diri di kursi dekat kami untuk menetralkan nafas yang memburu.

Aku melirik Adhit dengan ujung mata, kulihat dia juga duduk di sampingku.

"Yang ngajak jogging siapa?" tanyanya cuek dengan menatapku sinis.

"Aku," jawabku cengengesan. "Tapi itu salah kamu juga, ngapain lari-lari? Sekarang aku lagi haus, beliin minum dong!!" kini aku sedang memajukan bibirku beberapa centi ke depan agar dia peka bahwa aku sedang haus.

"Ogah," jawabnya cuek membuatku ingin menonjok wajah tampannya sekarang. Namun sebelum aku mengambil ancang-ancang untuk memukulnya dia sudah berdiri dan berjalan entah kemana. Aku hanya bisa memandang punggungnya dengan heran dari belakang. Aku tak mempermasalahkan itu, siapa tau dia mau buang hajat, asalkan dia tak meninggalkanku sendirian di sini. Aku merasakan angin sepoi-sepoi menerpa wajahku dan menerbangkan beberapa helai rambutku, kini aku merasa sejuk. Karena taman kompleks perumahan kami ini memang tergolong sebagai taman terbersih dan indah di kota ini. Sudah lama aku tak merasakan kebebasan seperti ini. Entah sudah berapa lama Adhit pergi, yang jelas aku mulai memejamkan mataku hingga tiba-tiba aku merasakan benda dingin menyentuh pipiku dan itu membuatku terkejut.

"Nih," ucapnya saat aku membuka mata dan dia memberikan sebuah air mineral kepadaku. Ternyata dia tadi membelikan air untukku.

"Thanks, Dhit!" aku langsung mengambil dan meneguknya sampai habis. Akhirnya temanku yang satu ini peka juga, Tuhan.

Setelah meneguknya sampai habis, aku beralih menatap Adhit yang sudah duduk di sampingku. Dia juga sedang meneguk airnya.

"Ini pakai uang kamu kan? Nanti aku bayar balik," ucapku sambil mengangkat botol minuman tadi.

"Gak usah, aku ikhlas kok." Adhit langsung berdiri dan menghadap kearah ku. "Mau pulang sekarang atau nanti?" ajak Adhit yang sudah berdiri sambil menaikkan sebelah alisnya kepadaku.

"Nanti aja ya? Kita duduk di sini dulu!" aku menarik tangan Adhit untuk duduk kembali. Aku tidak ingin pulang dulu, mumpung hari minggu dan udara disini sejuk sekali.

AR Where stories live. Discover now