Bab 46

1.5K 134 9
                                    

Happy reading ...

Pendidikan dan cinta.

Mana yang harus diprioritaskan?

Jika pendidikan menyangkut masa depan, maka cinta juga demikian.

Lalu apa bedanya? Kenapa keduanya harus wajib dipisah? Kenapa dengan cinta pendidikan bisa hancur?

Arya meraup wajahnya gusar. Teka-teki yang selama seminggu lebih berusaha ia pecahkan, tapi hasilnya nihil. Ia tak bisa apa-apa. Perjanjian itu sudah resmi. Jika dilanggar maka program itu terancam dibatalkan. Sedangkan Arya sudah berada di tengah jalan, tak mungkin kembali tanpa hasil apapun. Terlebih ternyata Pak Basir telah menghubungi orangtuanya akan hal ini.

Inilah yang membuat Arya frustasi. Semenjak kejadian itu, kedekatannya dengan Alika sudah hampir mendekati haram. Mengapa tidak? Ia tak boleh lagi bersama gadis itu bahkan untuk bertemu sebentar saja. Jika di sekolah selalu ada Pak Basir yang mengawasinya maka di rumah ada Rahmah. Arya kesal, kecewa, dan marah. Hati kecilnya menginginkan Alika, tapi hati yang lain tak dapat menyela.

Hingga Arya memberanikan diri menemui sang Umi, saat wanita itu istirahat dari kegiatan mengajarnya di pesantren. Ya, semenjak Alika pindah Bunda Lis selalu mencari kesibukan. Kadang kala tak ada kegiatan, Arya tanpa sengaja sering melihat sang ibu menangis. Entah apa sebabnya Arya tak tahu. Ia hanya berhusnuzon pada Uminya itu.

"Umi lagi sibuk?" tanya Arya duduk di dipan sebelah wanita itu.

"Enggak. Ada apa Rio? Ada masalah dalam belajar?" tanya Bunda Lis lembut bak gulali menyentuh lidah.

Arya menggeleng. Ia rasa harus bercerita pada Uminya sekarang. Ia tak bisa lagi menahan semua dalam tekanan.

Selang berapa detik kemudian, Arya menurunkan tubuhnya ke lantai bersimpuh di hadapan sang ibu. Bunda Lis kaget dengan perlakuan putra bungsunya.

"Maafkan Rio Mi! Maafkan Rio yang telah lancang mencintai Alika,"

Bunda Lis tersentak. Apa yang ia duga ternyata benar bahwa putranya telah menaruh hati pada gadis yang telah ia rawat. Tapi bukankah itu inginnya selama ini?

"Hingga Rio gak tau caranya berhenti. Rio tersiksa sama aturan ini Mi. Rio gak bisa jauh dari Alika," ungkap Rio dengan sungguh-sungguh di depan Bunda Lis.

Wanita berseragam itu mengalihkan pandangannya, berusaha mencari objek lain agar air matanya tak menetes mendengar pengakuan Arya. Jujur, Bunda Lis tak bisa melihat putranya seperti ini. Bahkan ia sendiri tak sanggup jauh dari Alika. Ia sangat mengerti dengan apa yang dirasakan Arya.

"Rio harus bisa!" tegas Bunda Lis walau agak sedikit bergetar.

"Aku akan belajar dengan giat Mi, Asal Rio bisa dekat lagi dengan Alika."

"Rio harus belajar walau tanpa Alika! Rio harus melupakannya,"

Arya tak percaya. Bagaimana bisa sang ibu juga tak memihaknya?

"Tapi kenapa Mi?" tanya Arya.

Bunda Lis terdiam. Matanya ia gerakkan cepat agar tak beradu dengan Arya.

"Kenapa Mi? Kasih tau Rio alasannya?"

Lagi lagi tak ada jawaban.

"Mi!" bentak Arya dengan nada sedikit meninggi.

"Karna Alika sudah milik orang lain Rio! Dia dijodohkan!" ujar wanita itu juga meninggikan suaranya. Ia menatap putranya tajam, tatapan yang tak pernah Arya terima sebelumnya. Mungkin ini pertama kali Bunda Lis membentaknya dan pertama kali juga ia membentak Uminya.

Arya & Alika (Ayat Cinta Anak Rohis) |TAMAT|Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt