ILYR Wolu

67 7 0
                                    


Aili rekan sesama persit memiliki kegiatan lain yaitu membuka jasa pijat untuk perempuan. Jimayu yang merasakan pegal pada tubuhnya mengundang Aili untuk memijatnya. Canya membukakan pintu gerbang untuk Aili saat wanita itu datang. Aili datang bersama Auren. Auren masih seumuran dengan Meirsa. Tetapi tubuhnya lebih gempal dan kulitnya coklat. Jimayu memilih paket pijat dengan durasi tiga jam.

Auren sudah bermain bersama Meirsa ketika datang. Kedua gadis kecil itu sibuk berlarian. Juga bergantian menaiki sepeda Meirsa. Gada memasang cup bekas air mineral di atas ban. Agar saat sepeda berjalan gesekan antara cup air mineral dan ban menghasilkan bunyi nyaring. Meirsa tertawa, sedangkan Auren bertepuk tangan.

" Auren, kok kamu gendut? " Canya benar-benar gemas dengan Auren. Pertanyaannya tidak dihiraukan oleh Auren. Gadis itu kembali berlari mengikuti sepeda Meirsa. Jabar tertawa, ia puas bisa melihat Canya yang dicueki oleh anak kecil. Canya melemparkan handuk yang baru akan dijemur. Jabar menangkap handuk itu.

" Bang jangan ngeselin sih? " Jabar semakin tertawa. Rasanya menyenangkan menggoda Canya. Biasanya lelaki itu yang akan sibuk menggoda Jabar maupun Rakawuni. Canya menjemur pakaiannya asal. Ia tidak pernah menjemur pakaian dengan rapi. Meski ada kerutan saat menjemur ia akan membiarkan saja pakaian itu.

" Da, katanya ada tugas, " Jabar mengingatkan Gada yang masih tertawa menggoda Mirsa dan Auren yang bermain sepeda. Kedua gadis kecil itu menjerit-jerit karena Gada. Keringat membanjiri pelipis dan wajah Gada karena berlarian. Napasnya juga putus-putus. Bocah itu berhenti mengejar Meirsa dan Auren. Gada mengusap keringatnya dengan lengan bajunya.

Jabar mengikuti Gada. Ia akan bertugas menjadi kameramen pada kegiatan Gada. Gada membawa tumpukan bajunya yang kotor. Bocah itu sangat ribut hanya untuk mencuci baju saja. Jabar yang akan mengambil gambar menjadi gemas. Sudah memakai celana dan baju pendek, namun masih masu mensinsingkan agar lebih pendek takut basah katanya.

" Kan nanti basah om, " Jabar hanya mengiyakan saja. Terserah bocah itu akan memakai model mencuci seperti apa. Gada mengguyur baju dengan air.

" Om, sabunnya mana ya? " Gada celingak-celinguk melempar pandangan ke seluruh sisi kamar mandi. Jabar masuk ke kamar mandi mengambil botol berisi detergen.

" Dah buruan dicuci. Entar difoto. "

*

Gada tengah menyapu di kamar. Meirsa dan Leipa sejak tadi hanya membuat rusuh. Kasur busa yang sudah disandarkan ke dinding dijatuhkan sehingga debu yang sudah disapu Gada kembali beterbangan.

" Yah, kapan bersihnya atuh adik ini mah aa dari tadi nyapu gak selesai juga, " Bukan menyelesaikan kegiatan menyapu Gada ikut duduk di atas kasur busa bersama kedua adiknya. Meirsa dan Leipa hanya cekikikan melihat wajah frustasi Gada. Leipa mengambil sapu yang tergeletak begitu saja kemudian mulai menyapu secara berantakan.

*

Leipa cemberut di depan cermin. Ia menginginkan kepangan rambut seperti milik Meirsa. Tetapi sang mama baru saja pergi karena ada kegiatan di luar. Canya sejak tadi berusaha membuat kepangan tidak berhasil membuat bibir gadis kecil itu semakin cemberut. Tangan Canya sedari tadi hanya bergelung di rambut Leipa. Matanya mengawasi video youtube melihat bagaimana cara mengepang. Namun, tetap saja sampai detik ini Canya tidak berhasil.

" Om Acan, lama. Mau kaya teteh gitu, " tadi Canya sudah berhasil mengepang tetapi menguncir rambutnya terlebih dahulu. Leipa tidak mau. Ia mneginginkan kepangan tanpa dikuncir terlebih dahulu.

" Bang, bisa ngepang gak? Aku gak jago tadi bisanya yang dikuncir dulu kalau yang kaya kelabang gitu mana bisa, " Jabar melambaikan tangan tanda menyerah. Bagaimana bisa adik lettingnya itu berpikir jika dirinya bisa mengepang rambut. Rambutnya sensiri saja tidak bisa dikepang.

" Ei, om nyerah deh. Kalau yang gitu gak bisa yang dikuncir bisanya, " Canya tidak berhasil membujuk Leipa. Gadis kecil itu menangis keras. Bahkan mengacak rambutnya sendiri. Jabar mengambil alih Leipa. Ia menggendongnya dan mengajak Leipa untuk bersepeda walau ini masih tengah hari. Matahari bersinar sangat terik. Jabar mengendarai sepeda sekaligus menggendong Leipa. Jabar mengayuh sepeda mengelilingi lapangan. Leipa melepas topi yang dipakai Jabar. Ia memakai untuk kepalanya sendiri.

" Om Abal ke taman hewan, ya om? " Jabar mengikuti kemauan gadis kecil itu. Ia mengayuh lebih cepat karena arah taman hewan berbeda dengan yang saat ini ia tuju. Sepedanya disandarkan di pinggir tiang ayunan. Leipa duduk manis di atas ayaunan. Topi Jabar terasa longgar dipakai oleh kepala kecilnya.

" Bang lagi di mana? " Suara Canya dari seberang telepon terdengar. Jabar ikut duduk di ayunan sebelah Leipa.

" Taman, kenapa sih? " Lama Canya memberi jawaban. Hanya suara cekikikan yang ia dengar.

" Ada paket bang, " Jabar tidak merasa membeli barang online sehingga harus dikirim melalui paket. Keluarganya juga sedang tidak mengirim paket apapun.

" Ngerjain ya, orang gak pesan barang, " Jabar sedikit tersentak. Leipa menginginkan untuk duduk di pangkuannya yang kini sedang di ayunan. Jabar mengapir ponsel di antara telinga dan bahu. Ia memposisikan Leipa agar duduk nyaman. Leipa menyandarkan kepalanya ke dada Jabar. Lengan kecilnya melingkar di perut Jabar walau tidak bisa mencakupnya.

" Beneran bang, masa bohong nih kukirim fotonya deh. Namanya aja jelas-jelas buat Al Jabar Khawarizmi, " Sebelah tangan Jabar menepuk-nepuk punggung Leipa. Jabar tahu gadis kecil itu sudah mulai mengantuk.

*

" Bang! " Jabar segera meletakkan jari telunjuknya ke depan bibir agar Canya diam. Ia baru saja memarkirkan sepeda. Leipa masih tertidur dalam gendongannya. Canya mengangguk. Setelah meletakkan Leipa di kamar, Jabar menemui Canya. Benar saja sebuah kotak besar tertuju untuknya ada di depan Canya.

" Dari siapa, ya? " Canya mengendikkan bahunya. Ia sudah penasaran sejak tadi. Namun, tahu jika paket itu bukan miliknya jadi ia tidak membukanya.

" Penggemar rahasia uhuy, mungkin aja. Buka aja sih, " Rakawuni juga penasaran sejak tadi melihat Canya membawa paket dari kurir. Jabar membuka selotip pada kardus. Ia menganga melihat isi dalam kardus. Sebuah surat juga terselip di antara barang-barang itu. Jabar segera mengamankan sebelum si rusuh mengambilnya.

" Kan emang penggemar rahasia. Gila sih ini mirip sama yang dipakai lo sih. " 

Apa kabar? Semoga baik yah. Ponselku ya sudah kuambil dari tukang service tapi gak tahu bisa baik lagi gak tu ponsel. semoga gak ambekan lagi ya ponselku. Masih butuh buat revisian dosbim online, nanti sempro online, sidang online juga. Bismillah aja

ILYR (Complete)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora