O2 | Tenebris

54 10 3
                                    

Malam ini Lami menghabiskan waktunya di atas ranjang rumah sakit. Ia belum diperbolehkan pulang, mau merengek pada Minju pun percuma. Gadis Kim itu pasti akan mendelik padanya dan kembali mengomelinya.

Kim Lami menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan, saat ini ia sendirian di dalam kamar. Jaemin dan Minju tadi pamit beralibi mengambil pakaian. Tapi sejak pukul 20.00 hingga sekarang pukul 22.45 dua kurcaci itu belum kembali juga.

Apa mereka tidak takut Lami bunuh diri lagi, ya?

Lami mendudukkan diri di atas ranjang, kandung kemihnya terasa penuh. Tapi tubuhnya masih lemas.

"Apa tidak ada perawat yang berjaga malam ini? Ah, sudahlah. "

Gadis Kim muda itu mencibir penuh sembari berusaha turun dari ranjang dengan pelan-pelan. Ketika telapak kakinya mencium ubin kamar inapnya, ia terjengit dan memekik kaget.

"Dingin astaga! " lantas Lami berdiri selama beberapa detik sembari tangan kirinya meraih tiang infus, berusaha menyesuaikan suhu di kakinya.

"Perasaanku saja atau memang hawanya dingin sekali ya, " matanya melirik persegi panjang warna putih yang menempel di dinding, tepat di atas pintu kamar inapnya.

Lami menyipitkan mata, "eoh, 24°C harusnya tidak sedingin ini. " gumamnya lagi, kemudian memilih mengedikkan bahu dan mulai melangkah menuju kamar mandi.

Beruntung kamar inapnya disertai kamar mandi, kalau tidak, mungkin Lami harus berjalan kaki di sepanjang lorong rumah sakit untuk mencari kamar mandi.

Membayangkannya saja gadis itu sudah bergidik ngeri.

Setelah beres dengan urusannya, Lami menutup pintu kamar mandi dengan pelan.

Pats!

"Yaaak! " lampu padam. Gelap menelan Lami yang mengernyit kebingungan.

"Ini rumah sakit kok bisa mati listrik, aneh. " gadis itu berusaha melihat dalam gelap, berupaya meraih ranjang untuk ia tiduri.

"Aish, kenapa ranjangnya terasa jauh sekali! " mata Lami menyipit ketika ia melihat sesuatu di sudut kamar.

"Jaemin? " cetusnya pelan, ketika yakin bayangan di sudut kamar yang ia lihat itu merupakan sosok laki-laki.

Tapi, "he? Jaemin kan berambut blonde. " Lami melangkah semakin dekat, berusaha mengenali wajah bayangan di sudut kamar.

Tak menyadari kalau hawa dingin yang mencekam sedari tadi memeluk tubuhnya.

Ctak, Lami mengernyit sakit. Telapak kaki kanannya seperti ditusuk... Duri? Ketika menunduk dan mengangkat kaki kanan, gadis itu terkesiap mendapati setangkai mawar dengan cairan gelap disekitarnya.

"Apa ini? " sembari menahan perih, gadis itu merunduk, meraih tangkai mawar yang masih berduri dengan hati-hati dan mengamatinya.

Semerbak anyir bercampur karat besi seketika tercium oleh hidungnya sesaat setelah ia mengangkat mawar itu mendekat ke wajahnya.

Lantas kedua matanya membelalak begitu menyadari tangannya ikut basah dan sedikit lengket begitu menyentuh mawar tadi. Sontak ia melempar tangkai mawar tadi dan melangkah mundur ketakutan.

"S-siapa?!! Siapa disana?!! Jangan main-main sialan! " deru nafas Lami terdengar keras, gadis itu ketakutan setengah mati ketika bayangan di sudut kamarnya tak memberi respon sedikitpun.

Lami semakin ketakutan ketika hawa dingin disekitarnya seakan mencekik lehernya, memeras kulitnya untuk memproduksi keringat dingin.

Matanya mulai berkaca, bibirnya bergetar, bahkan tubuhnya juga ikut bergetar.

TenebrisWhere stories live. Discover now