O5 | Tenebris

34 11 3
                                    

Esok hari Lami terbangun dengan mata bengkak, semalam ia kembali menangis memeluk beruang moka pemberian Jeno. Ia rindu sekali dengan Jeno.

Hari ini ia putuskan untuk kembali ke kampus, entah mengapa firasatnya mengatakan akan ada sesuatu setelah ia masuk ke kampus.

Maka Lami beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Sebelum tubuhnya tenggelam di balik pintu kamar mandi, gadis itu sempat melirik ke arah kotak setengah rusak pemberian Jeno.

Lalu pintunya ia tutup.

Sekian menit Lami habiskan untuk mandi dan berpakaian, gadis itu kini tengah mengeringkan rambutnya di depan cermin.

Setelahnya ia menghembuskan nafas, menatap bayangannya di cermin dengan lekat. Lagi-lagi pandangannya terjatuh pada kotak setengah rusak pemberian Jeno.

Lami mengamati kotak itu sedikit lama, lalu mengangkatnya. Membawanya menuju tempat tidur, dan meletakkan di pangkuan.

'Buka. '

Lami bergerak membuka tutup kotak dengan tangan bergetar, bibir bawahnya ia gigit karena tak siap melihat apa yang ada di balik tutup itu.

Apa dia akan menangis lagi?

Tidak, hanya saja dia nyaris menangis. Lami menangkupkan kedua telapak tangannya ke depan mulut, terlalu terkejut sekaligus terharu melihat sesuatu didalam kotak tadi.

Sepucuk surat, setangkai Mawar dengan setengah kelopaknya hancur, dan sebuah sweater berwarna peach lembut.

Itu sweater yang ia inginkan waktu mereka kencan pertama kali, Jeno masih mengingatnya? Ia bahkan hampir lupa.

Lami membiarkan pipinya basah oleh air mata, tangannya meraih tangkai Mawar dan membelainya hati-hati. Tangkai mawarnya tak berduri, diikatkan pita warna peach tepat di pangkal bunganya.

Manis. Lami meletakkan mawarnya dan beralih membuka amplop surat.

'Perasaanku tidak enak. Kuharap kau menyukainya, maaf jika aku akhir-akhir ini mengabaikanmu. Dari Lee Jeno, beruang kesayanganmu. '

Jeno bilang perasaannya tidak enak? Laki-laki itu memang peka, dan harusnya Lami mendengarkannya ketika sore itu. Sore dimana mereka bertemu terakhir kali sebelum Jeno pergi.

Melupakannya sejenak, Lami mengangkat sweater peach pemberian Jeno. Tersenyum lebar mengamati detailnya, lalu memakainya dengan girang.

Gadis itu beranjak, hendak mengamati pantulan dirinya yang berbalut sweater peach pemberian Jeno.

Ceklek.

Lami menoleh, mendapati Minju yang telah rapi menyatukan kedua alisnya.

"Mau kemana? " tanya gadis di depan kamar Lami, matanya menatap penuh selidik wajah Lami yang kini ditundukkan.

"Ehm, kupikir aku sudah terlalu lama meliburkan diri? "

Mendengar jawaban Lami, Minju menghela nafas. Ia mendekat, meletakkan tangan kanannya di salah satu bahu Lami.

"Kau yakin? " Lami mengangguk semangat, binar dimatanya dapat Minju lihat. Gadis itu menghela nafas, mengulas senyum tipis.

"Baiklah, tapi pulang sendiri bagaimana? Aku pulang malam. "

Lami mengernyit, memangnya mau kemana Minju seharian?

Minju terkekeh, mengelus kernyitan dahi Lami dan tersenyum. "Kau tidak perlu tahu aku mau kemana, yang jelas kau harus baik-baik saja ketika aku pulang nanti, oke? "

TenebrisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang