Part 42

10.2K 509 18
                                    

Briant membawa Deylora menuju mansion miliknya. Jangan tanya dimana keberadaan anak lelakinya dengan Elea. Ia masih berada di California bersama orang tua Elea.

Briant akan membawa kembali anaknya ketika Deylora sudah siap menerimanya dan hidup sebagai satu keluarga yang bahagia. Briant sangat berharap itu akan menjadi kenyataan.

Deylora berjalan dengan badan sempoyongan. Ia di tuntun oleh Briant untuk masuk kedalam kamar.

Akal sehat Deylora sudah menghilang. Ia terus mencacimaki Briant. Menurutnya memang ini situasi yang pas untuk meluapkan isi hatinya pada Briant dengan cara mabuk.

"Kau jahat Briant! Aku benci padamu!" Ujurnya terus menurus.

"Kau mabuk Deylora. Cepatlah kau masuk. Aku akan membersihkan tubuhmu lalu beristirahatlah dengan tenang" ucap Briant sambil menopang tubuh Deylora.

Kini mereka telah berada di dalam kamar Briant. Ia sengaja menidurkan Deylora disana supaya Briant bisa terus mengawasinya. Briant tak akan berbuat keji pada Deylora yang sedang tidak sadarkan diri.

Briant mengganti baju Deylora yang bau alkohol. Deylora benar-benar mabuk berat sqat ini. Ia tak habis pikir bagaimana bisa wanita polos sepertinya akan nekat datang ke club sendirian. Bagaikan umpan yang menyerahkan diri ke mangsanya.

Kini Deylora sudah tertidur lelap. Briant berada di sebelah Deylora. Ia terus menatap ke arah Deylora. Briant terus terjaga dalam malamnya, sesekali ia menengok pada ipad yang dibawanya, tubuhnya bersandar pada headboard tempat tidur dengan begini Briant dengan gampangnya memperhatikan Deylora.

Sejujurnya Briant sangat sedih melihat Deylora seperti ini. Ia tak berpikir panjang jika dampaknya akan sebesar ini pada Deylora. Ia benar-benar bodoh.

"Maafkan aku Deylora. Karnaku kau seperti ini. Percayalah aku telah memutuskannya untuk terus berada disampingmu. Aku telah kehilangan Elea dan aku tak akan sanggup jika kehilanganmu" ujur Briant sambil membelai rambut Deylora, Tak sadar Briant sudah tertidur dalam posisi yang masih sama menyandarkan tubuhnya pada headboard.

--------------------------
Sinar matahari masuk menembus jendela kamar Briant. Membuat Deylora tak nyaman dan terganggu dari tidur panjangnya. Ia mencoba mencari posisi yang nyaman tapi tubuhnya malah terbentur tubuh seseorang. Ia mengingat-ingat apa yang telah terjadi semalam. Betapa kagetnya dirinya.

'Jangan-jangan aku telah berakhir di ranjang bersama om-om' ujurnya dalam hati dengan mata yang masih tertutup, dengan hitungan detik ia membuka matanya lebar-lebar.

Tak percaya apa yang ia lihat dihadapannya sekarang. Ia melihat tubuh Briant. Pria itu tidur dengan posisi yang tidak nyaman. Dengan cepat Deylora duduk sejajar dengan tubuh Briant.

"Mengapa aku disini bersamamu?" "Mengapa kau menjagaku?" Ujurnya sambil menatap Briant dengan tatapan sendu.

Tak dipungkiri Deylora, ia benar-benar sangat merindukan pria dihadapannya sekarang. Ia ingin memeluknya dan berkata jika ia merindukannya, tetapi dengan segala kesalahan yang Briant lakukan padanya harusnya ia membenci pria itu.

"Andai kau jujur padaku pada saat itu, semuanya tak akan terlambat. Aku bisa pergi meninggalkanmu. Dan tunangan kita tak akan terjadi" ujurnya lirih dan masih terus menatap wajah Briant.

Deylora tak tahu jika Briant sudah terbangun semenjak ia mencoba mencari posisi yang nyaman dan Briant merasa tersentuh oleh tangan Deylora yang tak sengaja menyentuh tubuhnya bagaikan sedang memeluk guling. Briant mengurungkan niatnya untuk membuka matanya.

Deylora harus pergi dari kamar ini. Ia tak pantas berada disini. Dengan pelan dan sangat berhati-hati Deylora menuruni kasur milik Briant. Ia tak ingin mengganggu Briant yang sedang tidur.

My Hero is a Man in a SuitWhere stories live. Discover now