Chapter 23 ~ about Zac

609 103 8
                                    

Myungsoo bersandar dipinggiran pintu ruang wardrobe bernuasa pastel, mengamati Jiyeon yang tampak sibuk  mencari sesuatu diwardrobe-roomnya. Apa Myungsoo harus mempercayai gadis ini atau tidak??? Myungsoo tidak yakin. Setelah para gadis membohonginya sejauh ini bagaimana bisa dia masih percaya pada Jiyeon, tapi ada sesuatu dalam hatinya yang mendorongnya untuk percaya pada gadis yang relatif baru dikenalnya ini.

Myungsoo membuang nafas kasar, Jiyeon menghubungi pria bernama Zac itu setelah ciumannya dipinggir jalan tadi. Pria beriris hijau itu menyapa Myungsoo dengan bahasa korea yang cukup fasih, Myungsoo cukup terkejut. Pria itu meminta maaf karena tidak memperkenalkan diri lebih awal, dan juga karena tidak bisa hadir diacara pertunangan mereka beberapa waktu lalu. Tapi Myungsoo tidak pernah mendengar bahwa keluarga Park memiliki seorang anak adopsi.

"Ketemu" seru Jiyeon girang, menyeret Myungsoo untuk berbaring di tempat tidur bersamanya. Myungsoo menolak dan memilih untuk duduk dipinggir tempat tidur masih dengan wajah sanksi diwajahnya.

Jiyeon membawa beberapa album foto ditangannya, karena Myungsoo menolak untuk berbaringJiyeon putuskan untuk duduk dihadapan pria itu. Jiyeon membuka album masa kecilnya dengan Zac, Jiyeon membuka album pertama.

Untuk putraku Zac & Putriku Jiyeon. Itu yg tertulis di halaman pertama album.

Jiyeon membelai tulisan tangan itu dengan penuh kerinduhan.

"Ini tulisan tangan eommaku" jelas Jiyeon, Jiyeon membalik halaman berikutnya. 3 orang dewasa tersenyum difoto dengan dua orang bayi digendongan mereka.
"Ini eommaku" jelas Jiyeon,menunjuk wanita yang sangat mirip dengannya. "Dan yang ada digendongan Eomma adalah Zac, itu aku yang digendong appa. Dan Lekaki yang ada disamping Eomma dia adalah ayah Zac, Damon"

Myungsoo mengangkat alis, apa ibu Jiyeon ini memiliki putra dari pria lain? Masa iya?

"Eomma selalu bilang, anhi bahkan sampai akir hayatnya pun dia masih tetap mengulang hal yang sama. Walau Zac tidak lahir dari rahimku, tapi Zac tetap putraku" ucap Jiyeon dengan tatapan yang menerawang jauh, Myungsoo bisa merasakan ada nada kesedihan dan kerinduhan dalam nada suara gadis itu.

"19 tahun yang lalu, orang tuaku bersamaan dengan kedua orang tua Zac mereka dalam perjalanan pulang kerumah setelah makan malam. Seorang pengendara truk yang mabuk menerobos lampu merah dan menabrak mobil Damon malam itu. Malam itu Damon harus memilih antara anak atau istri yang dicintainya, Damon memilih istrinya. Tapi takdir berkata lain, istrinya justru meninggal karena kehabisan darah tapi putra mereka justru lahir dengan selamat. Putra mereka itu adalah Zac" cerita Jiyeon "Sedangkan ibuku harus kehilangan salah satu dari bayi kembarnya. Kakak laki-lakiku tidak bisa bertahan, mereka bilang karena posisi kakak yang ada diatas maka dari itu aku bisa selamat. Aku lahir premature karena memang usia kandungan ibu lebih mudah dari usia kandungan Elen. Tapi seperti Damon yang kehilangan Elen Ibu kehilangan anak laki-lakinya"

"Damon yang kehilangan Elen seperti kehilangan separuh hidupnya, Damon lebih banyak mengurung diri distudionya dan bergumul dengan minuman keras. Kondisi Damon saat itu menurut appa sungguh memprihatinkan, dan karena itulah ibu mulai nerawat Zac. Zac itu bagi eomma sama seperti putranya yang pergi kesurga bersama Elen. Eomma mencintai Zac seperti putranya sendiri, bahkan aku sering merasa iri dengan kasih sayang eomma pada Zac."

"Kami tumbuh bersama sejak bayi, makan bersama, tinggal bersama berbagi ibu yang sama, jika appa itu sosok ayah bagi kami, Damon lebih seperti sosok kakak laki-laki yang nakal. Kami tumbuh selayaknya kakak adik, bahkan saat kami kecil dulu seperti kakak-beradik pada umumnya aku tidak ingat kapan kami pernah akur" Jiyeon terkekeh mengingat masa kecilnya dan Zac yang selalu dihiasi pertengkaran. "Tapi bukannya itu hal yg wajar?? Semua kakak beradik pasti banyak bertengkar saat mereka masih kecilkan?" Jiyeon melempar pertanyaan pada Myungsoo. "Kau dan Sooyoung unni juga pasti sering bertengkar saat kalian masih kecil kan?"

"Karena Noona lebih tua 10 tahun dariku kami justru tidak bertengkar saat kami kecil" jawab Myungsoo "Noona jadi lebih menyebalkan saat aku mulai dewasa dan sejak itulah kami mulai sering ribut" tambah Myungsoo sambil terkekeh mengingat betapa menyebalkan kakaknya sekarang.

"Jinja??? Itu aneh" Jiyeon terkekeh " Zac justru berubah jadi sosok kakak yang dewasa setelah kelas 7, apalagi setelah eomma meninggal." Tatapan Jiyeon berubah sayu lagi "Zac benar-benar berubah menjadi sosok kakak yang bisa diandalkan. Paling tidak sampai malam ini"

"Aku tidak tau apa yang membuatmu semarah itu sore ini, tapi yang jelas hubunganku dan Zac adalah hubungan murni kakak beradik. Bukan sebuah hubungan antara lelaki dan perempuan, seperti hubunganku denganmu" jelas Jiyeon menatap iris mata Myungsoo dengan kesungguhan.

'Hubunganku denganmu' ulang Myungsoo dalam hati, bagaimana bisa aku dan kamu terdengar begitu manis disandingkan dalam kata-kata sederhana itu.

Beban dihati Myungsoo terangkat, kecurigaanya dan segala amarahnya lenyap begitu saja. Myungsoo menyentuh wajah Jiyeon dan membelainya lembut. Menarik lembut Jiyeon kearahnya Myungsoo mengecup bibir Jiyeon dengan lembut dan intens.

"Apa perkataanmu tadi sungguh-sungguh?" tanya Myungsoo membelai lembut rambut panjang Jiyeon, "Atau itu cuman alasan untuk menghentikanku?"

"Itu bukan alasan" tolak Jiyeon dengan kesungguhan dimatanya.

"Jadi kau sungguh-sungguh menyukaiku?" ulang Myungsoo dengan lembut tanpa melepas tatapannya dari Jiyeon yang begitu cantik didepannya.

"Kau tidak menyukaiku?"

"....."

"Kenapa tidak menjawab?"

"Kenapa justru membalikan pertanyaanku, kan aku dulu yang bertanya sayang" bisik Myungsoo menyusup dipotongan leher Jiyeon menghirup aroma Vanilla gadis itu, Myungsoo menarik tengkuk Jiyeon. Menarik sang gadis itu menunduk menatapnya, mengikis jarak diantara mereka dalam tatapannya yang memabukan.

"Myungsoo jangan begini" tolak Jiyeon pada Myungsoo yang sudah mendorongnya berbaring diatas tempat tidurnya.

Jemari panjang Myungsoo membelai wajah Jiyeon dengan lembut, menyusuri garis rahang sang gadis. Mengagumi kecantikan gadis yang berbaring dihadapannya itu, jemari nakal menyusuri lekukan indah dibawahnya

"Jangan seperti ini!" tegas Jiyeon menahan tangan nakal yang membelai-belai tubuhnya lancang.

Myungsoo mengangkat tangannya seolah berjanji tidak akan menggoda Jiyeon lagi. Bukan Myungsoo namanya kalau menyerah semudah itu, bertumpu pada tangannya Myungsoo mulai mengecup bibir Jiyeon menggoda sang gadis untuk ikut aktif berperang bersama lidah mereka.

Myungsoo is great kisser, ciuman Myungsoo seperti alkohol yang memabukan dan melemahkan Jiyeon. Jiyeon larut dalam ciuman intens yang menuntut dari pria yang disukainya ini. Myungsoo melepaskan tautan bibir mereka, menatap lurus keiris Jiyeon dengan penuh kilatan gairah.

"Haruskah kita kunci pintunya" bisik Myungsoo semesra bisikan setan yang menjeratmu.

"KIM MYUNGSOOO, KELUAR KAU!!!!" raung Sooyoung seperti singa yang kelaparan, tanpa ampun singa betina yang mengamuk itu menggebrak pintu kamar sang adik tanpa ampun.

BRAK!! BRAKKK-BRAKK!!!

Vanilla ✿

VANILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang