Chapter 3 : (P) Persiapan Lagi

124 22 7
                                    

Kandahar, Afghanistan Selatan
06:10 pagi

Matahari mulai menampakan dirinya di kejauhan. Markas angkatan udara ini pun masih tetap menerima dan memuntahkan pesawat-pesawat, dan kesibukan yang tidak pernah padam di dalamnya. Diluar dari markas, terdapat sebuah tempat untuk memarkirkan kendaraan-kendaraan tempur yang disebut sebagai motorpool, seperti garasi terbuka.

Disana, sudah mulai ada teknisi dan montir yang mengecek dan merawat kendaraan-kendaraan itu. Terkhusus ke pasukan resimen ke-21, mereka lebih didahulukan dari yang lain, seperti peserta B*JS dengan kelas A. Tiang-tiang jarring kamuflase ditempatkan hampir diseluruh tempat sebagai pelindung dari teriknya panas timur tengah, dan mengecoh penglihatan musuh dari udara. Itu adalah motorpool yang dimana kendaraan tempur terjejer rapi dengan beberapa hangar, tempat yang Torru tuju.

Ia kemudian langsung mendekati kerumunan personil yang bertanggung jawab atas perawatan kendaraan unitnya.

"Jadi, apa yang si tua berikan kepada kita?" Ucap Torru, kakinya mendarat tepat ditengah-tengah meja dimana para personil, mekanik ini sedang bersanta".

"Ah, komandan! Kebetulan sekali" Sambut panik personil-personil yang sedang berkumpul bermain kartu remi.

"Ini sebuah berkah dari RNGesus, pakde buncit (William) bolehin kita bawa barang-barang asing dari unit negara lain!" Jelas salah satu mekanik sambal mengangkat kedua tangannya, selayaknya ia sedang berdoa.

Suara meja lipat yang digunakan para mekanik untuk bermain kartu dibanting meramaikan suasana di motorpool, Torru tidak menyangka bahwa William akan mengambil tindakan gila seperti menggunakan persenjataan negara lain. Tapi, dampak baiknya ia dapat mengeksploitasi setiap kelebihan di setiap senjata tersebut.

"Dan, ngapa banting meja? Kasian tau" Keluh salah satu mekanik yang hanya bisa diam melihat hal itu terjadi. Beberapa dari mereka ada yang tersenyum lebar, selebar pintu tobat. Ada juga yang kesal, wajahnya merah layaknya bendara pekahi. Bisa dipastikan, Torru merusak suasana mekanik-mekanik yang sedang adu mekanik. Sungguh tercela komandan satu ini :c

Dilihat dari sisi manapun, mendapatkan alutsista negara lain adalah sebuah berkah, apalagi negara supapowah! Sebagai seorang realis, Torru merasa iba dengan pasukan bagian logistik dan perawatan. Walau begitu, ia kembali larut ke dunia halu bersama dengan alutsista yang biasanya tidak muncul bersamaan.

"Nggak ada, btw kok bisa kita dikasi pajak warga segitu banyaknya? Kan nggak meksense"

Salah satu personil perawatan bernama Kanegawa, berkebangsaan yang sama dengan Torru menyodorkannya sebuah clipboard daftar kendaraan yang sudah diberi lampu hijau untuk dibawa study tour.

'Ini tidak salah, tidak salah?!' Teriak Torru dalam hatinya tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Dia menerima kendaraan tempur negara lain yang biasanya tidak begitu saja diberikan, dan lagi perlengkapan individu juga diganti dari memadai ke lebih dari mencukupi.

Torru menggigit jempol kanannya selagi membaca data perlengkapan yang berada ditangannya. Khalayannya mulai berkembang begitu liar, dan orang disekitarnya hanya memandanginya dengan, aneh? Dilihati beberapa menit oleh anak buahnya, Torru kembali tersadar dan merapikan sikapnya kembali. Ia mengembalikan clipboard itu ke orang yang bertanggung jawab tadi dan kembali berkeliling.

"Bukan main, ini sih bukan buat ngangkut barang lagi. Buat nyerang ibukota negara pun bisa pake sebanyak gini lapis baja" Ucap Torru dengan pelan, ia menoleh ke Kanegawa lagi dan memasang wajah lecek.

"Kau harusnya senang komandan, cerahkan wajahmu!"

"Logistik, oh logistik. Kalo gaada amunisi, mau nembak apa benda benda tempur ini?" Bagaimana jika setiap kendaraan tempur, senjata yang dibawa perorangan membutuhkan peluru yang berbeda? Itu akan membebani seksi logistik, yang tentunya akan mempengaruhi efisiensi mereka dalam mendistribusikan kebutuhan masing-masing unit.

Torru mulai menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan mulai mencari solusi. Solusi tidak kunjung datang, ia melihat lagi wajah Kanegawa yang masih heran dengan komandannya, ia mengira Torru sedang masuk masa sinting.

Setelah ia menggaruk selangkannya dengan brutal seperti yang ia biasa lakukan di kamarnya jika sedang fokus, ia mendapat ilham. Ia meminta kembali clipboard yang berisi data-data alat tempur yang tersedia untuknya.

"Betul! Aku akan meminta logistic pendukung dari William, dia tidak akan menolak jika aku bisa meng-counter omong kosong yang sudah dia siapkan!" Torru tertawa jahat dan mengembalikan clipboard itu ke Kanegawa. Ia menyalami Kanegawa dan berpamitan.

*

Kandahar, Afganistan Selatan
08:00 pagi

Gemuruh knalpot merusak pendengaran ditengah-tengah padang gurun Afganistan, seluruh unit dibawah komando Lettu. Takamiya Torru bersiap untuk bergerak, dengan total dua kompi lapis baja yang akan bertindak sebagai basis pengangkut barang yang akan diangkut berdasar perintah dari komandan lanud / pangkalan udara NATO, James C. William.

Beberapa dari mereka menggunakan senapan yang berbeda dari yang seharusnya. Unit dari Polandia tidak menggunakan Beryl M762 yang merupakan senapan standar pasukan Polandia, tapi ada yang membawa HK-416, benar-benar diluar nalar.

Itu adalah kebijakan yang didapat kepada unit dibawah Torru, setiap personil bisa memilih senjatanya sendiri selama itu masih senjata yang disimpan di Armory markas. Torru sendiri tetap menggunakan senjata standar, Howa Type-89 dengan beberapa aksesoris tambahan seperti pembidik dan senter lumen.

Diam-diam, beberapa senjata-senjata yang tidak diperlukan ikut nyasar kedalam kotak perlengkapan unit ini. Sepertinya, ada seseorang yang entah iseng atau serius, ingin melakukan riset mendalam "menggunakan senjata abad-20an pada pertempuran Close Quarter Battle yang amat brutal". Senjatanya seperti pernah digunakan oleh Kerajaan Italia, Wehrmacht dan SS Jerman, SOE Inggris, Pasukan Merah СССР, sebagian besar adalah senjata PD-II.

Melihat keadaan disekitarnya, Torru memberi sebuah kode untuk seluruh prajuritnya untuk berkumpul, mendiskusikan kembali apa yang perlu mereka lakukan secara ringkas dan cepat. Torru beserta tangan kiri dan kanannya yang terpercaya, Aleksei dan Marco, memulai khotbah singkatnya.

"Baik semuanya, terima kasih sudah berkumpul walaupun kalian telat 0.1 detik dari waktu yang sudah ditentukan, kalian harusnya malu sebagai tentara yang menjunjung kedisplinan" Pembukaan dimulai oleh Marco dengan omong kosong, beberapa dari tentara di barisan belakang terlihat cengengesan, mungkin mereka tahu sifat Marco sebenarnya.

"Telat atapun tidak, kita langsung ke intinya. Kalian tidak tahu apa yang kita akan lakukan, benar?" Aleksei yang tidak suka terlalu banyak berbicara bertanya kepada rekan-rekannya yang mungkin belum tahu detil misi yang diberikan.

"Masih ada yang belum tahu ternyata. Kan komandan per skuad sudah memberitahu kalian bukan? Tolong di upgrade dulu telinganya baru jadi tentara." Beberapa dari tentara ada yang mulai muak dan memberi Marco jari indahnya dengan begitu saja.

"Banyak bacot satu ini, langsung inti aja tol" Keluh salah satu tentara yang di roasting Marco. Marco hanya membuat wajah kesal dan dengan sendirinya diam. Aleksei kemudian menjelaskan misinya, Torru hanya mendengarkan sesekali menjelaskan beberapa bagian yang terlewat oleh Aleksei. 

Setelah penyampaian detil misi secara ringkas oleh Aleksei, Torru angkat bicara sembari mengangkat tangan kananya yang ia kepal.

"Dengan ini, misi kita mulai! Ganbaree!"

"Ganbaree!" 

Dengan itu, operasi dengan nama sandi "Blackcamp" dimulai...

———————————
Seru nggak?

Seru?

Nggak?

Yaudah ;)

Divote ya klo suka, biar author makin semangat. Klo ada salah tulis ato tipo, dikoreksi ea tolong. Maacih

Stranded In A New World (Revisi + Slow Update)Where stories live. Discover now