CHAPTER 9

254 40 6
                                    

|Please click ⭐ first|

***

“Falling Down”

***


Anak laki-laki itu mendekap kedua kakinya erat, tatapannya terarah pada sebuah foto yang dikelilingi oleh bunga krisan. Hatinya yang terluka dipaksa untuk berbaur dengan rasa kehilangan yang seolah merenggut sebagian warna dari hidupnya. Seung Gi menangis tanpa suara di sudut ruangan, menyalahkan dunia yang memaksanya untuk kehilangan sosok ibu dan membuatnya harus tinggal dengan orang itu.

Sepasang mata sembab Seung Gi menangkap siluet pria yang berjalan ke arahnya dengan langkah gamang, membuatnya seketika mencium bau alkohol tepat ketika pria itu menarik lengannya dengan kasar, "Gara-gara kau! Lihat itu!" pria itu mencengkeram wajah Seung Gi, memaksa anak berusia enam tahun itu untuk menatap foto ibunya yang terbingkai oleh bunga krisan, "Dia meninggal gara-gara kau! Dasar anak sial!"

Seung Gi sempat melihat tangan pria itu terayun, siap untuk memberinya pukulan tepat ketika sepasang matanya terbuka. Ia terbangun dari mimpi singkat yang membuat kepalanya sakit dan menyadari bahwa ia baru saja tertidur di tengah jam pelajaran terakhir hari ini.

Dengan wajah yang nampak pucat, Seung Gi kemudian meminta izin untuk pergi ke toilet pada guru. Tepat ketika Seung Gi menghilang di balik pintu, Yoona kemudian memutuskan untuk menyusul pemuda itu. Walau bagaimanapun, ia merasa sekarang saat yang tepat untuk meminta maaf pada Seung Gi.

Seung Gi yang tak sadar bahwa Yoona ada beberapa langkah di belakangnya lantas masuk ke dalam toilet. Ia menghadap cermin besar dan segera membasuh wajahnya beberapa kali, berusaha mengusir sisa mimpi yang masih pekat di dalam ingatannya.

Bahkan mengingat mimpi itu saja sudah cukup untuk membuat kedua tangannya gemetar. Seolah ketakutan yang tertinggal dari mimpi itu enggan untuk meninggalkannya.

Seung Gi beberapa kali menarik napas panjang untuk menyingkirkan ketakutan yang terasa tak asing itu sebelum akhirnya ia berbalik dan hendak keluar dari toilet tepat ketika ponselnya memberi tanda bahwa ada panggilan yang masuk. Dalam layar ponselnya, Seung Gi bisa melihat kontak dengan nama Noona dan hendak menjawab panggilan itu sebelum akhirnya ia menemukan Yoona tengah menunggunya di depan toilet.

Hal itu lantas membuat Seung Gi mengurungkan niat untuk menjawab telepon dari Hyun Mi, "Kenapa kau ada di sini?" ujarnya ketika matanya bertemu dengan mata Yoona yang menunjukkan sebersit rasa bersalah.

Yoona belum memberikan jawaban sementara tangannya nampak terulur untuk memberikan sebuah sapu tangan pada Seung Gi. Sapu tangan untuk mengeringkan wajah pemuda itu dari sisa air yang ia gunakan untuk membasuh wajahnya tadi.

Seung Gi sempat menatap sapu tangan berwarna biru langit itu kemudian helaan napasnya lolos seiring dengan langkah kakinya yang mulai berjalan meninggalkan Yoona. Ia hendak mengabaikan sapu tangan itu, juga gadis itu, Yoona.

"Aku minta maaf." Yoona mengatakannya dengan lantang, berhasil membuat langkah Seung Gi terhenti, "Maafkan aku." ujarnya sekali lagi dengan penuh penyesalan.

Seung Gi yang berada dua langkah di depan Yoona lantas berbalik, menatap gadis itu sepenuhnya, "Kenapa kau minta maaf? Kau tidak melakukan kesalahan apapun padaku."

Yoona yang semula tertunduk lantas memberanikan dirinya untuk mendongak, membiarkan tatapannya bertemu lurus dengan sorot mata Seung Gi yang entah mengapa terlihat lelah, "Sebelumnya aku sudah bilang percaya padamu, tapi tadi aku menatapmu seperti itu."

"Seperti apa?"

Yoona tercekat. Dalam sorot lelah pemuda itu, Yoona bisa menemukan setitik kekecewaan yang berkabut. Begitu tipis hingga hampir tertelan oleh setumpuk sorot sendu yang memenuhi sepasang mata pemuda itu, Seung Gi.

IGNITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang