Manner

952 135 8
                                    












Ten sudah pernah bilang sebelumnya kalau ia menerima ajaran etika dan sopan santun sejak kecil. Tapi cara bersikap laki-laki itu benar-benar luar biasa.


Aku masih ingat saat kami melakukan hiking dan dia menolongku yang ketakutan melewati jembatan gantung. Ten menggenggam tanganku erat sambil memberikan kata-kata yang menyemangatiku.


Ten juga membantu menenangkanku setelahnya dengan mengajakku bicara. Dia benar-benar baik.


Disisi lain, dia tetap bersikap sopan saat memegangi Lisa menuruni anak tangga. Dibandingkan dengan menggenggam tangan Lisa. Ten lebih memilih memegangi lengan bagian atas gadis itu menjaganya untuk berhati-hati. Aku baru menyadarinya akhir-akhir ini.


Dia juga menghargai pendapat orang lain dengan sangat baik. Tidak mudah menjadi pendengar yang baik dan bisa menghargai pendapat orang lain. Tapi Ten bisa melakukannya. Selama di Mountain house, dia mendengarkan semua pendapat satu persatu kemudian mendiskusikannya bersama yang lain.


Dia juga terbiasa membereskan sendiri sisa makanannya dan menaruh sendiri piring ke tempat kotor. Aku tahu ini karena dia melakukannya saat berkunjung ke rumahku. Dibanding menumpuk semua sampang dan piring diatas meja. Ten memisahkan mereka memasukkan sampah mereka ke dalam plastik dan mengangkat piring ke dapur sekaligus membuang sampah-sampah itu pada tempatnya.


Seperti yang ia lakukan sekarang. Mereka sedang berkumpul di rumahku. Ada Taeyong, Jaehyun, Mark, dan Winwin. Ada Hendery dan Yangyang juga di lantai atas, main ps di kamar Renjun.


Ten baru saja kembali dari membuang sampah mereka. Aku bersyukur laki-laki itu melakukannya, itu artinya aku hanya perlu membereskan sedikit ruang tengah saat teman-temannya Johnny pulang.


"Nginep sini aja lah."


Aku melotot mendengar tawaran Johnny. Bukannya aku tidak suka dengan teman-temannya Johnny. Hanya saja kalau mereka menginap mereka akan nonton bareng. Iya nonton bokep. Atau engga mereka akan minum dan mengubah ruang tengah menjadi club dadakan.


"Gue udah nelpon Orlin buat bawain minuman buat kita."


Aku menghela napas, tidak bisa apa-apa kalau sudah begini. Aku hanya berharap orang tuaku tidak mendadak pulang malam ini. Kalau tidak kami berdua akan di gantung hidup-hidup.


Dan soal Orlin. Setahuku dia gebetan Johnny, mungkin sekarang sudah jadi pacarnya. Sesungguhnya aku tidak yakin hubungan mereka apa. Orlin adalah tipe gadis berani tapi dia baik. Dia benar-benar tipe kesukaan Johnny.


"Ajak Lisa juga, buat nemenin Orlin." kata Taeyong yang dijawab dengan anggukan setuju oleh yang lain. "Ten, telpon Lisa."


Aku yang sedang duduk diatas sofa menatap Ten yang kini sedang mengetik pesan untuk Lisa. Kalau Lisa benar-benar datang, aku akan tidur saja di kamar atau ikut main ps dengan Renjun sampai subuh.


"Ajak Aurora lah juga buat nemenin Eva. Kesian dia jomblo." kata Johnny.


Ngehina gak usah di depan semua temen lu juga bang. Pikirku.


"Gak usah bang. Gue gabung sama Renjun, Yangyang dan Hendery aja. Gosah bawa Aurora maksiat lu.


Ten menatapku saat aku mengatakan hal itu. Mungkin dia tertarik dengan fakta aku tidak ikut minum lagi bersama mereka. Aku memang tidak pernah mau ikut Johnny dan kawan-kawannya maksiat. Gak ada gunanya.


"Telat." Kata Jaehyun, "Aurora barusan bilang oke."


Aku mencibir Jaehyun yang dibalasnya dengan juluran lidah. Kalau Aurora benar-benar datang aku mau tidak mau harus ikut. Aku harus menjaga dia dari kawan yang bisa berubah jadi liar ini. Bukan berarti kalau Aurora tidak datang aku tidak harus menjaga Lisa dan Orlin. Hanya saja Johnny pasti tidak akan mengijinkan Orlin diapa-apain kecuali oleh dirinya sendiri. Dan Lisa, tidak perlu mengatakan apapun Ten pasti menjaga gadis itu.


Ten Pieces | TEN WayV ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora