Photography

995 132 21
                                    











Aku mengarahkan kameraku pada Ten yang sekarang sedang berbincang dengan salah satu mahasiswa dari Thailand. Aku mengambil beberapa photonya secepat mungkin sebelum ia menyadari kalau aku bertindak kurang ajar sekarang.


Seminar baru saja selesai dan beberapa masih berbincang-bincang dan mengucapkan selamat satu sama lain. Aku mengambil beberapa gambar biar tidak dikira makan nilai buta. Sebelum kembali menatap Ten yang sekarang juga mengambil gambar lain.


Move on disaat harus bekerja sama dengannya seperti sekarang ini benar-benar jalan buntu. Aku bahkan tidak bisa menahan diriku untuk tidak memerhatikannya dan sekarang aku malah memotretnya diam-diam.


Aku benar-benar menyalahkangunakan tugas. Bu Bada memintaku untuk menjadi penerjemah meraka dan yang kulakukan hanya memerhatikan Ten. Kemudian bu Bada meminta untuk mendokumentasikan sedikit aku malah menggunakannya untuk memotret Ten.


Tapi Ten benar-benar tampan. Aku tidak tahan untuk tidak bucin padanya. Maafkan aku Lisa. Aku pinjam pacarmu sebentar.


Bicara soal pacar, aku tidak mendengar lagi gosip soal Ten dan Taeyong. Sepertinya mereka sudah sadar. Kalaupun belum kuharap mereka cepat sadar dan berhenti mengurusi orientasi sexual orang lain.


Flash baru saja ditembakan kearahku. Aku terkejut dan sedetik kemudian menyadari Ten yang kini tertawa sambil menatap kameranya. Sepertinya laki-laki itu memotretku saat aku melamun tadi.


"Ihh pasti jelek." kataku.


"Bagus kok." jawabnya, "cantik."


Aku sepertinya halu barusan. Ten mengatakan aku cantik. Demi Tuhan ujung kuku Lisa saja lebih berkilau dari wajahku. Bagaimana bisa Ten menyebutku cantik. Fix halu.


Bu Bada memanggil kami. Dan aku dengan cepat mengangkat kameraku mengarahkannya pada bu Bada yang sudah berpose cantik dengan mahasiswa dari China.


Aku dan Ten tetap di tempat kami membiarkan para mahasiswa asing yang datang mengatur diri mereka sendiri dan kami hanya tinggal memotretnya.


Beberapa dari mereka menghampiri kami untuk mengecek gambar yang baru saja di ambil. Mereka bahkan memberikan pujian pada Ten karena kemampuannya. Aku tidak pernah melihat hasil jepretan Ten tapi mendengar pujian yang dialamatkan padanya pasti hasiknya bagus.


"Kakak jago photografi ya?" tanyaku sambil kami berjalan meninggalkan audiorium ini.


"Lebih jago bang Johnny." Bantahnya.


Hasil jepretan Johnny memang luar biasa. Aku menjadi 100 kali lebih cantik kalau Johnny yang memotret meski hanya dengan handphonenya.


"Masa?" tanyaku.


Aku hanya berniat bercanda, dan Ten tertawa sambil menarik keluar handphonenya. Setelah menyentuh layar handphonenya beberapa kali, ia menurunkan handphonenya ke depanku.


Hasil photo Ten benar-benar bagus. Dia menggeser photo itu dan memerlihatkan photo-photo lainnya. Kebanyakan photo yang diambilnya ada photo pemandangan.
Ten kemudian menarik handphonenya dengan cepat mematikan layarnya dan kembali menyimpannya. Aku mencoba tersenyum. Pasti Ten merasa cangung karena tanpa sengaja memerlihatan photo Lisa padanya.


Meski menyakitkan. Tapi wajar bagi Ten mempunyai photo Lisa di handphonenya. Dan aku bisa memahami itu. Itu bukan hal aneh. Justru aneh kalau Ten tidak menyimpan photo kekasihnya.


Ten Pieces | TEN WayV ✔Where stories live. Discover now