Differentia

470 31 13
                                    

Tok! Tok! Tok!

Cklek

"Permisi bu Kandiya." Aya datang ke kelas kami di dua jam pelajaran terakhir.

Aya langsung menghampiri bu Kandiya dan mereka berbicara pelan, bahkan aku sampai tidak kedengaran. Mereka berdua mengobrol sampai akhirnya bu Kandiya menganggukan kepala.

"Attention please. Indra, Medelyne, Setya dan Yessica bisa ikut Aya, Ibu ijinin kalian buat tinggalin kelas." ucap bu Kandiya.

Ada apa ini? Indra, Eril dan Chika langsung berdiri. Aku yang masih bingung ikut berdiri dan mengikuti mereka keluar kelas. Di koridor ada cukup banyak siswa yang berdiri, seperti menunggu.

"Yuk." ajak Aya, kemudian yang lain mengikutinya, jadi aku mengikutinya juga.

"Ada apa ini?" bisikku ke Chika.

"Panggilan buat anak OSIS baru mungkin." jawabnya.

"Panggilan? Aku gak daftar OSIS loh."

"Daftar? Emang jadi anggota OSIS harus daftar?" tanya Chika balik.

"Kalau di sekolahku dulu gitu sih. Aku daftar, wawancara, baru deh nanti dipanggil kalau diterima." jawabku, lalu dia hanya mengangguk.

"Disini mungkin karena muridnya dikit, jadi masuk ke anggota OSIS jatuhnya kaya 'dipaksa' sama Pembina OSIS, soalnya kayanya gak banyak juga yang minat." ucapnya.

Kami mengikuti Aya sampai akhirnya masuk ke lab MIA. Aku sudah beberapa kali masuk kesini waktu pelajaran Biologi dan Kimia, tapi kenapa bukan di perpustakaan saja yang yang lebih besar? Bukannya minggu lalu mereka rapat di perpustakaan juga?

Cklek

Aya membuka pintu yang tak pernah terbuka saat aku kesini. Kami berjalan masuk dan aku takjub dengan isi ruangan ini! Banyak lemari di pinggir ruangan, meja besar dengan kursi yang mengelilingi, lalu ada juga meja bundar kecil di pojok-pojok ruangan serta bantal dan beanbag untuk 4 orang di setiap meja bundar. Bahkan di sudut ruangan juga ada komputer dan printer untuk mendukung kegitan kepengurusan OSIS.

Kupikir di sekolah ini untuk menjadi anggota OSIS harus mendaftar dan wawancara dulu, jadi aku tak berusaha mencari informasi mengenai itu. Tapi tak kusangka ternyata disini masuk jadi anggota OSIS adalah sesuatu yang 'dipaksa'. Aku sebenarnya tak terlalu berminat jadi anggota OSIS disini karena bisa menyita waktuku, tapi kurasa bukan hal buruk juga.

"Kalian bisa duduk dulu, aku mau panggilin anak-anak kelas satu." ucap Aya, lalu dia pergi sendiri.

Saat yang lain mulai duduk di kursi meja besar, aku masih takjub dengan apa yang kulihat.

"Ruang OSIS sekolah lama kamu lebih bagus ya?" tanya Chika.

"Ng-nggak kok, justru di sekolah lama aku gak ada ruang OSISnya, kalau rapat pasti di perpustakaan." jawabku sambil terus melihat sekelilingku.

"Ruang ini barusan aja dijadiin waktu liburan kemarin kok. Dulunya tempat ini tuh tempat penyimpanan peralatan lab yang udah pada rusak, terus akhirnya peralatan itu dibuangin dan anggota OSIS diminta pakai ruangan ini biar gak menuhin perpustakaan. Kita anak OSIS lama yang tersisa baru selesai dekor kemarin Minggu."

Bulu kudukku merinding saat melihat kepala tengkorak ada di atas salah satu lemari buku.

"Itu peraga yang rusak ya?" tanyaku sambil menunjuk ke kepala tengkorak itu.

"Gatau. Waktu bersih-bersih tinggal kepalanya aja, badannya gatau kemana. Tapi karena masih bagus kita pakai aja jadi hiasan. Tabung-tabung reaksi juga masih ada yang kita pakai jadi dekorasi."

TutorWhere stories live. Discover now