chapter; 22

123 19 16
                                    

-Naya's pov-

Aku mengerjapkan mataku pelan saat merasa seseorang sedang memainkan rambutku. "Niall? Kau sudah bangun?"

"Semua orang sudah bangun daritadi Naya," Niall terkekeh pelan.

"Kenapa kalian tidak membangunkanku?"

"Well, Mr. Horan baru saja membangunkanmu dengan memain-mainkan rambutmu Naya," sahut Liam sambil membawakan sekotak bento untukku. "Ayo sarapan bersama," ajaknya.

"Jam berapa ini Liam?"

"Masih jam delapan pagi,"

"Okay, mungkin aku akan mencuci muka dulu," kataku seraya beranjak ke kamar mandi.

Jadi, kamar mandi di kamar inap ini letaknya sedikit tersembunyi. Kalian harus masuk dulu ke dalam lorong di pojok kamar baru kalian bisa menemukan kamar mandinya. Kamar inap ini kelas VVIP jadi wajar saja kalau sangat besar ukurannya. Bahkan ada lemari es juga untuk menyimpan makanan bagi orang yang menunggu pasien.

Aku sudah sampai di depan kamar mandi. Namun pintu kamar mandinya terkunci. Ku rasa ada orang di dalamnya.

Beberapa saat kemudian pintu terbuka. "Astaga, kau membuatku terkejut!" Harry sedikit berteriak sambil mengelus dadanya pelan. Aku tertawa dibuatnya.

"Maafkan aku Mr. Styles," kataku masih tertawa. Namun tawaku langsung terhenti saat sadar wajah Harry sangat amat kusut pagi ini.

Matanya sayu, sedikit bengkak, dan sangat merah. Rambut curlynya berantakan sekali. Bibirnya juga terlihat pucat. Ia tidak memancarkan aura kehidupan sekarang. Maksudku ia bukan mati bodoh, tentu saja ia masih hidup. Tapi terlihat seperti zombie dengan tampilannya itu.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Harry bingung.

"Are you okay Mr. Styles?" ia mengerutkan alisnya tanda tidak mengerti.

"Apa kau merasa sakit? Kau terlihat sangat pucat," aku memegang dahinya untuk memastikan kondisi Harry tapi tanganku langsung ditepis kasar olehnya.

"Aku baik-baik saja," ia berlalu begitu saja. Meninggalkan aku yang masih dengan ekspresi terkejut karena ia menepis tanganku.

Ada apa dengannya? Kenapa Harry kembali menjadi dingin seperti saat pertama kali aku bertemu dengannya? Ah, aku tidak boleh berburuk sangka. Mungkin ia hanya kelelahan.

Selanjutnya aku segera menyikat gigiku dan mencuci muka. Air dari keran wastafel sedikit membantuku untuk terlihat lebih fresh dari sebelumnya. Setelah selesai aku langsung bergabung bersama The Boys untuk sarapan bersama.

"Haruskah aku makan makanan rumah sakit ini? Makanannya terlihat sangat hambar," tanya Niall saat Zayn memberikan nampan berisikan makanan yang diantarkan oleh perawat. "Aku ingin makan bento seperti kalian," rengek Niall.

"Louis hanya membeli lima porsi bento Niall, empat untuk kami dan satu untuk Naya.." jawab Zayn. Ku lihat wajahnya berubah menjadi tidak enak pada Niall.

"Kau mau bento Niall?" tanyaku. Niall mengangguk pelan. "Baiklah. Ini, untukmu" aku memberikan bentoku pada Niall. Ia terkejut. Tapi aku bisa melihat matanya berbinar senang.

"Benarkah Naya? Lalu kalau ini untukku, kau sarapan apa?" sekarang wajah Niall menunjukan ekspresi tidak enak padaku.

"Aku belum lapar, mungkin aku akan membeli roti di kantin rumah sakit" aku tersenyum manis pada Niall.

"Terimakasih Naya, kau baik sekali padakuuu.." ia sedikit menjerit dibuatnya. Aku terkekeh melihatnya kesenangan seperti itu.

"Anything for you Niall,,"

what if...?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang