Part 13

5.8K 612 16
                                    

Selama berapa hari gue jagain Sehun di rumah sakit ini, ga ada keluarga yang menjenguknya.

Paling kerabat paling dekatnya cuma si Seulgi-Seulgi itu.

Rasanya pengin tanya ke Sehun tentang keluarganya, tapi gue ingat apa kata Lucas kalo Sehun ngga suka saat ditanyai tentang keluarganya.

Kalau kalian kepo, gue beberapa kali memang menginap di rumah sakit ini. Seperti yang sudah gue katakan, ruangan yang hanya ditiduri oleh satu pasien ini terlalu besar. Ditambah ada kasur tambahan di dalamnya untuk anggota keluarga yang ingin menginap.

Yaa, walaupun gue bukan anggota keluarga.

Sekarang Sehun sedang tertidur. Setelah diberikan obat oleh dokter, nggak lama kemudian Sehun tertidur. Gue masih asik dengan laptop untuk mengerjakan beberapa tugas kuliah.

"Saena. Air!" Nadanya persis seperti menyuruh babu.

Dia baru bangun aja galaknya kaya gitu. Bisa nggak sih Sehun ini tidur aja jangan ganggu gue.

Padahal air sudah gue sediakan tepat di sebelah kirinya. Lagi pula tangannya yang diperban hanya sebelah kanan, dia masih bisa menjangkau gelas itu dengan tangan satunya. Dasar bayi!

"Ini tuan besar." Ledek gue.

"Hari ini kamu nggak pulang?" Tanyanya heran.

Gue juga heran, emang sih gue yang punya niatan buat jaga Sehun 24 jam karena semua ini ulah gue. Tapi Sehun ga pernah keberatan kalau di malam hari gue tidur di rumah.

"Engga. Disini aja."

Setelah selesai minum, dia memberikan lagi gelasnya kepada gue. Padahal itu gelas dia letakin sendiri ke meja di sebelahnya juga bisa. Sengaja banget emang nyuruh-nyuruh gue kaya babu.

"Lagi ngerjain apa kamu?" Tanyanya melirik ke arah laptop gue yang menyala.

"Biasa, tugas."

"Coba sini saya lihat tugasnya."

"Haah?" Gue heran, tapi tidak ada balasan lagi dari Sehun, ia hanya memajukan dagunya seolah menunjuk ke arah laptop gue.

Tanpa berpanjang lebar, gue memberikan laptop itu di pangkuan Sehun. Dia seperti sangat serius menelusuri file yang ada di dalam laptop.

Ia mengerutkan dahinya seperti ada sesuatu yang salah.

"Ini Manajemen Pemasaran?" Tanyanya.

"Iya itu mata kuliah Manajemen Pemasaran."

"Sini." Sehun menyuruh gue untuk mendekat kearahnya.

Guepun mendekat dan mengikuti jemari Sehun yang menunjuk ke arah laptop.

"Contoh produk yang kamu buat di sini itu terlalu mainstream. Targetnya memang luas tapi saingannya juga banyak. Itu namanya red ocean strategy."

Gue memperhatikan dengan lekat tulisan yang telah gue buat. Sepertinya Sehun ini sudah sangat cocok jadi dosen di kampus gue.

"Harusnya cari inovasi yang lebih fresh. Cari target yang tidak terlalu luas tapi tetap bisa dijangkau siapa aja. Kamu coba lebih dibaca tentang blue ocean strategy."

"Hooo, gitu ya. Tapi kalau gue—"

Ucapan gue terpotong karena saat gue menatap Sehun, ia sudah lebih dulu menatap gue dengan pandangan yang sangat dalam.

Dia mulai memajukan wajahnya, gue hanya bisa terdiam, mennunggu kelanjutan dari aksi Sehun ini.

Bibirnya yang sedikit basah itu menjadi fokus tatapan gue. Kini tinggal beberapa centi lagi bibir itu akan mendarat tepat di bibir gue.

My Lovely CEO Where stories live. Discover now