Bab 20 (Fokus Dev!)

203 28 10
                                    

Sejak pembicaraannya dengan Farish kemarin, Devi menjadi tidak fokus bekerja, kebanyakan hanya melamun. Pikiran Devi dipenuhi oleh Farish. Beberapa kali dia salah menjalankan perintah bosnya karena ketidakfokusannya itu. Zakky jelas saja marah pada Devi hingga daripada membuang waktu menghadapi asistennya yang terus keliru akhirnya malah mengerjakan kebutuhannya sendiri.

"Dev, hari ini jadwal saya ada berapa? Tolong tanyakan ke sekretaris!"

"Saya sudah datang lebih awal kok Pak, tidak usah diragukan lagi bahwa saya ini rajin dan disiplin."

Zakky melongo, itu sama sekali bukan jawaban yang tepat dengan apa yang dia tanyakan.

"SAYA BERTANYA TENTANG JADWAL BUKAN BERTANYA KAMU DATANG LEBIH AWAL ATAU TIDAK!"

"Oh jadwal? Tadi Bu Salwah berpesan pada saya bahwa jadwal Bapak hari ini hanya bertemu dengan investor dari Singapura dan rapat bersama pemegang saham. Setelah itu tidak ada jadwal lain lagi."

"Baiklah, tolong buatkan saya kopi, meladeni kamu yang tidak fokus ini rasanya saya jadi haus."

Kali ini Devi tidak protes karena mengerjakan pekerjaan OB untuk membuatkan Zakky kopi, daripada bosnya itu marah lagi lebih baik dia menurut saja. Dengan cepat Devi kembali sambil membawa secangkir kopi dan menaruhnya di meja. Dengan santai Zakky menyeruput kopi tersebut.

"Dev kenapa kopinya asin?" protes Zakky sambil memuntahkan kopi ke tempat sampah.

"Masak sih Pak?"

"Kamu tidak bisa membedakan mana gula dan mana garam?"

Devi hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan bingung dengan dirinya sendiri kenapa bisa seceroboh ini.

"Kamu ini membuat saya tambah jengkel saja. Sekarang tolong ambilkan berkas keuangan yang kemarin saya titip di ruangan kamu."

Devi mengangguk. Beberapa menit kemudian dia kembali ke ruangan Zakky.

"DEVIIII INI BUKAN BERKAS KEUANGAN, TAPI INI BUKU DIARY KAMU," teriak Zakky semakin emosi hingga memijat pelipisnya.

"Maaf Pak, biar saya ambilkan lagi berkasnya."

"Sudah, tidak perlu. Sebaiknya pikiran kamu harus di istirahatkan dulu. Saya tidak ingin kekeliruan kamu semakin bertambah dan semakin membuat saya pusing. Sekarang kamu boleh keluar."

Devi hanya bisa pasrah kemudian keluar dengan lesu, dia berjalan menuju pantry. Mungkin bila meminum segelas air bisa membuatnya lebih baik.

"Dev kamu kenapa murung? Kamu nggak sakit, kan?" tanya Ami sahabatnya yang kebetulan berada di pantry juga.

"Nggak kenapa-kenapa kok Mi, aku kurang fokus saja jadinya kayak gini," jawab Devi sambil menuangkan air kedalam gelas.

"Aku yakin, kalau kamu tiba-tiba murung begini berarti ada masalah."

Devi dan Ami kemudian duduk di kursi pantry.

"Sebenarnya hari ini aku tidak fokus bekerja karena kepikiran Mas Farish. Hari ini dia akan berangkat ke Amerika untuk kuliah. Coba kamu bayangin deh Mi, Amerika dan Indonesia, kita bakal terpisah dengan jarak yang begitu jauh dan waktu yang amat berbeda, disini siang tapi disana malam. Jadi bagaimana kita bisa berkomunikasi. Aku pasti bakal kangen banget sama dia."

"Aku memang belum pernah merasakan hubungan jarak jauh seperti itu. Kalian pasti akan merasa berat dengan semua ini karena rindu tidak bisa bertemu. Kamu yakin saja pada satu hal, bahwa Farish akan kembali. Kalian hanya tinggal melakukan aktivitas seperti biasanya saja. Sibukkan diri untuk menepis rasa rindu yang mungkin muncul. Farish pergi bukan karena dia membenci kamu kan tapi Farish pergi karena ingin meningkatkan kualitas diri. Jadi kenapa kamu harus sedih?"

Dream Zone: Sleeping Pills (1)Where stories live. Discover now